Hai, Iman balik lagi nih... Jangan lupa Vote dan komennya ya...
Happy reading cemuana....
💦🌺💦🌺
Im dan Enzie kini sudah tidak ditaman lagi, mereka kini berada di aula utama menuju keruang makan. Yang makan hanya Im dan Enzie sementara yang lain tidak. Enzie masih memandangi Im yang sedikit risih dengan pakaian itu.
"Sayangku," panggil Enzie. "Kau tampak imut sekali mengenakan pakaian yang kebesaran itu."
"Huh?" Im terkejut. "Tuan... Tapi baju ini sangat berat, aku tidak sanggup rasanya memakai ini." lirihnya.
"Lama-lama kau akan terbiasa sayang," ujar Enzie. "Ya sudah, makanlah dulu. Hari sudah malam, setelah makan kita langsung beristirahat. Besok pagi aku akan mengantarkanmu pulang." ujar Enzie.
Im hanya mengangguk, Im memasukan sesuap makanan lezat di hadapannya itu. Air mata berlinang saat Im merasakan makanan yang ia makan. Enzie melihat air mata Im menetes, bahunya bergetar, Im terisak.
"Permaisuriku, kenapa kamu menangis?" tanya Enzie. Shen Qio dan Avram Wang yang berdiri jauh dari mereka ikut cemas.
"Yang mulia ada apa? Apa makanannya tidak enak? Kalau iya kami akan menggantinya." ujar Shen Qio.
"Yang mulia..." Avram tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat melihat air mata Im.
"Permaisuriku... Aku mohon, katakanlah padaku, apa yang membuatmu menangis," ujar Enzie. Enzie mengusap air mata Im lembut.
"Yang mulia..." bisik Iman, suaranya lirih dan terdengar sedih, ia melanjutkan. "Mungkin ini akan terdengar begitu sangat memalukan. Tetapi, seumur hidupku, aku baru merasakan makanan seenak dan selezat ini. Terakhir kali aku memakan makanan yang enak seperti ini, saat kedua orang tuaku masih hidup. Tetapi kedua orang tuaku sudah meninggal saat aku masih berusia sepuluh tahun. Aku di besarkan dan dirawat oleh pamanku, tetapi mereka selalu marah dan menyiksaku. Mereka mengatakan aku adalah penyebab kematian ayah dan ibuku."
"Aku tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Semakin hari, mereka semakin menjadi-jadi. Mereka keluargaku, tetapi tidak seperti keluargaku. Aku di perlakukan seperti pembantu dirumah itu. Bagiku tidak masalah aku tidur di sebuah gudang sekalipun. Pada saat aku bertemu denganmu pertama kali, aku sangat kelaparan karena aku tidak makan apapun selama dua hari, karena paman dan bibiku menghukumku..."
Im semakin terisak, dia melanjutkan kembali. "Aku bahkan tidak ingin kembali kesana, mereka menginginkan aku mati." Kata-katanya terhenti.
"Tuan, bolehkah aku tinggal disini bersamamu? Akan aku lakukan apapun agar aku boleh tinggal disini. Aku tidak ingin kembali kesana, aku tidak mau. Aku takut... Aku takut dengan mereka... Tuan aku mohon, aku tidak peduli kalau harus putus sekolah, aku tidak peduli aku akan kehilangan semua harta warisan orang tuaku yang di kuasai oleh pamanku dan bibi. Aku tidak ingin kembali kesana aku tidak ingin.." Im memohon kepada Enzie.
Melihat Im semakin terisak, hati Enzie terasa hancur bagaikan di remas-remas.
"Permaisuriku, ini adalah istanamu juga. Kamu boleh tinggal disini sesuka hatimu sayang. Aku tidak tahu kalau kamu sangat menderita seperti ini. Aku berjanji, aku bersumpah, hatiku, hidupku, jiwaku, segalanya hanya milikmu. Aku hanya mencintaimu seorang. Orang lain aku tidak mau." Enzie mengucapkan janji dan sumpah.
"Tuan terimakasih, aku akan melakukan apapun agar selalu bersamamu. Hidupku, segalanya hanyalah milikmu. Aku mencintaimu juga," sahut Im.
DUUUUUAAAAR
CETAAAAS
KAMU SEDANG MEMBACA
BL-IM SECRET ( BUKU 3 SELESAI) REVISI
Cerita PendekLanjutan cerita dari I Love The King Devil, dan Return... kalau mau baca, baca cerita pertama dan kedua ya... Meski cerita ke tiga ini judulnya agak gimana gitu, tapi aku usahakan isinya nyambung dari yang Pertama dan kedua. . . . Di bumi, tepatny...