Kanaya sedang mengantri untuk membeli tiket, saat bahunya ditepuk dari belakang.
"Lava, kita ketemu lagi." Tahu dong, siapa si tersangka yang menepuk bahunya.
Kanaya menoleh malas, Kevan ini pasti sedang membuntutinya jadi dia tidak perlu repot-repot menanyakan kenapa dia bisa disini.
"Lo mau nonton film apa? Kita nonton yowiskarepmu kuy." Kevan masih mengoceh, Kanaya segera menyebutkan film yang akan ditontonnya dan memilih seat tengah.
"Gue mau nonton film horror, jadi gue saranin mending lo pulang aja Ketan." Kanaya sangat hafal Kevan ini takut hantu, jadi tidak mungkin dia mau nonton horror.
Saat ruang theater dibuka, Kanaya segera masuk dan mencari kursinya. Dia duduk dengan nyaman sambil memakan popcornnya, bangku di sebelahnya sudah ada yang menempati, matanya melirik sekilas lalu mengalihkan tatapannya kembali kelayar.
Matanya melotot saat baru sadar siapa yang duduk di sebelahnya. "Gue nggak mau tahu, lo jangan ndusel-ndusel gue, jangan remes tangan gue, ngerti lo!"
"Jahat lo ya." Yap, yang duduk disamping Kanaya adalah Kevan. Dia nekat ikut Kanaya padahal jelas dia sangat tidak menyukai film horror.
Saat film dimulai, Kevan sudah menutup rapat matanya. Tangannya menggapai lengan Kanaya, dan meremasnya. Padahal hantunya saja belum muncul, Kanaya sangat ingin mencubit Kevan.
Krieettt, brakkkk!!
Beberapa perempuan menjerit, bahkan Kevan yang paling keras jeritannya.
"Anjrit! Kay pulang aja, nggak kuat gue astaga, itu tangannya serem gila, mama tolong nggak mau lanjut, Kay pulang aja sih." Kevan meracau sepanjang film, sementara Kanaya sudah gemas ingin memukul tangan Kevan yang meremas lengannya.
***
"Kay! Tungguin gila, lo mau gue pingsan disini, hah!"
Kanaya mengabaikan teriakan Kevan, dia sudah sangat jengkel. Jika takut nonton, kenapa dia ikut masuk bareng Kanaya.
"Kay lo harus tanggung jawab kalo gue nggak bisa tidur." Kanaya menoleh sinis, apa tadi katanya tanggung jawab? Siapa lo siapa gue gitu.
"Heh ketan! Salah siapa lo ngikutin gue, udah tau penakut juga." Kanaya berkacak pinggang. "Kalo lo masih ngerengek, gue tinggal lo di mall ini biar diculik wewe gombel."
Mereka keluar theater sekitar pukul 11, toko di mall banyak yang sudah tutup. Keadannya juga lumayan sepi, walau begitu lampu masih menyala terang dan Kevan sudah akan menjerit karena salah satu toko mematikan lampunya.
"Kok, gue dulu bisa khilaf pacaran sama manusia goa satu ini dah, mana gue terindikasi gagal move on." Kanaya menggeleng dramatis, susah memang punya mantan cem monyet kayak Kevan.
***
"Kalau bukan demi Kanaya, gue mah ogah ngemall jam 11 malem. Gila aja itu ngemall apa mau ngepet."
–Kevan Narayan–
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN
Historia CortaSatu sekolah sama mantan itu BENCANA. Satu sekolah, satu kelas, sebangku, seorganisasi, rumah tetanggaan sama mantan namanya? KIAMAT. Apalagi mantan rese yang bawa penyakit menular, penyakit GAGAL MOVE ON.