Kanaya memijat pelipisnya pening, di hadapannya sudah ada soal-soal latihan untuk kenaikan kelas. Baru beberapa detik membaca soalnya, Kanaya sudah migrain dibuatnya.
Ini soal punya efek histeria ya, bikin mual soalnya.
Kanaya mencoba mengerjakan soal latihannya, dia akan mengerjakan sebisanya. Urusan benar atau salah biar jadi urusan belakangan, yang penting selesai.
Kanaya membanting penanya, dia mengerang frustrasi. "Berasap otak gue!"
Tuk!
Kanaya menatap jendelanya, dia berjalan dan membukanya. Di sana Kevan berdiri di balkon kamarnya, Kanaya mengangkat alisnya bingung.
"Kenapa lo cengengesan? Gila lo kumat?"
Kevan yang semula tersenyum berubah cemberut, dia mencibir. "Enak aja, gue tuh mau ngajakin lo belajar bareng. Gue tahu otak lo pasti udah kemebul, hampir kebakar."
Kanaya mengernyit, dia mengerutkan alisnya. "Mau belajar di mana?"
Kevan menyeringai. "Di cafe depan kuy," ajak Kevan semringah.
Kanaya mengangguk, lalu meninggalkan Kevan sendirian.
"Lah gitu doang? Asem bener." Kevan menggerutu pelan, dia masuk dan bersiap-siap.
***
Kanaya turun dari motor Kevan, dia berjalan masuk dan memilih meja dekat dinding kaca. Cafe dekat daerah perumahannya itu terbilang ramai walau bukan malam minggu, beberapa pengunjung berkelompok sedang belajar seperti dirinya dan Kevan. Tempat ini memang cozy dan nyaman untuk bersantai-santai atau belajar, tempatnya luas dan tidak berisik malah terbilang tenang.
Kevan duduk di depan Kanaya membawa 2 gelas strawberry milk shake dan camilan, mereka kemudian mulai berdiskusi.
"Mumet pala gue!" Kanaya melenguh menatap kumpulan soal di depannya.
Kevan mendongak, dia lalu menyentil jidat Kanaya. "Kerjain, itu soal nggak bakal kelar sendiri lo liatin begitu."
"Gue lulus SMA mau nikah aja dah," gumam Kanaya.
"Boleh, sama gue kan?" Kevan menaik-turunkan alisnya.
Kanaya melemparkan tutup penanya ke arah Kevan. "Dih, ogah! Kalo gue nikah sama lo, ntar gue lo kasih makan batu?"
"Makan cinta."
"Makan tuh cinta." Kanaya memeletkan lidahnya.
Saat Kevan akan mengacak rambut Kanaya, sebuah suara menginterupsi mereka.
"Hay, Kay."
Kanaya mendongak, Kevan pun berbalik ingin melihat siapakah orang yang mengganggunya dan Kanaya.
***
"Gue kalo nikah sama Kevan yang ada ujian hidup mulu, stress tak berkesudahan."
-Kanaya Lavanya-
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN
Kısa HikayeSatu sekolah sama mantan itu BENCANA. Satu sekolah, satu kelas, sebangku, seorganisasi, rumah tetanggaan sama mantan namanya? KIAMAT. Apalagi mantan rese yang bawa penyakit menular, penyakit GAGAL MOVE ON.