Kevan sudah kembali sehat setelah sehari izin untuk istirahat total, Kanaya bahkan langsung menuju rumah Kevan sepulang sekolah untuk merawat lelaki itu.
"Oi Lava, minjem pena dong." Kevan menggoyang-goyang lengan Kanaya, saat ini guru tidak masuk dan digantikan dengan membuat tugas.
Kanaya tidak menanggapi, sementara Kevan yang melihatnya tidak gentar. Tangan kevan aktif menoel lengan, bahkan sudah menarik pelan ujung rambut Kanaya.
Kanaya berdecak. "Apaan sih Ketan! Lo sekolah bawanya apaan sih, pena doang minjem?"
Kevan cengengesan. "Gue bawanya cinta buat lo, gimana dong."
Kanaya melirik sinis. "Bisa aja lo, Maemunah."
Kanaya mengambil satu pena lagi, lalu diberikannya pada Kevan.
"Wih! Pena standard, suka yang murahan lo ya."
Kanaya tidak menanggapi, yang waras diam saja.
***
Kevan berjalan memasuki kantin, matanya mengedar melihat sekitar. Bibirnya tersenyum kecil saat matanya melihat Kanaya, dia kemudian berteriak heboh.
"Oi! Lava, cebol!"
Kanaya yang mendengar teriakan itu menoleh kaget, dia meringis ngeri melihat kehebohan Kevan.
"Gue nggak kenal, sumpah!" Kanaya menutupi mukanya dengan sebelah tangannya.
Kevan menepuk bahu Kanaya agak keras. "Ngapain lo nutupin muka? Gue udah liat juga."
Kanaya merengut. "Lo tuh ya, makhluk astral, sono jauh-jauh."
Kevan mencebikkan bibirnya. "Jahatnya mamak tiri."
Kanaya menggeplak kepala Kevan, yang dibalas cengengesan oleh Kevan.
***
"Kanaya kalau lagi marah kayak mamak tiri, serem. Herannya gue masih sayang aja."
-Kevan Narayan-
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN
Short StorySatu sekolah sama mantan itu BENCANA. Satu sekolah, satu kelas, sebangku, seorganisasi, rumah tetanggaan sama mantan namanya? KIAMAT. Apalagi mantan rese yang bawa penyakit menular, penyakit GAGAL MOVE ON.