Kanaya sebenarnya penasaran, dari pagi Kevan tidak menjahilinya. Kanaya sebenarnya sudah tidak marah, toh itu bukan salah Kevan.
Dia menoleh ke arah Kevan yang diam saja, bukan hari ini saja dia diam bahkan dari kemarin. Dia sudah bertanya, tapi bahkan Kevan tidak mau repot-repot menoleh padanya apalagi menjawab.
Hari ini Kevan terlihat pucat, Kanaya tahu semalam Kevan pulang kehujanan, apa dia sakit? Tapi bahkan biasanya juga Kevan sering bermain hujan-hujanan dan dia baik-baik saja.
Kevan memijit pelipisnya dan meringis menahan pusing. Kanaya yang melihatnya tidak tega, tangan kananya terulur menyentuh kening Kevan.
Kevan yang tidak menduga terkesiap, dia menoleh ke arah Kanaya. Sementara Kanaya menatap khawatir, sebab Kevan sedang demam dan terasa sangat panas di tangan Kanaya.
"Bentar lagi pulang, masih kuat kan?" Kanaya bertanya pelan pasalnya guru masih mengajar, dia mengeluarkan ponsel dan mengabari mama Kevan agar menyuruh sopir untuk menjemput.
"Hm." Kevan hanya bergumam pelan, kepalanya makin pusing dia bahkan sudah merebahkan kepalanya kemeja mengarah Kanaya.
Tangan Kanaya terulur memijit kepala Kevan, sementara tangan kanannya mengetik di ponselnya. Kevan menarik bibirnya tersenyum kecil mendapat perhatian dari Kanaya.
***
Kanaya membantu Kevan menuju kamar, sementara mama Kevan sedang memasak bubur dan sup ayam untuk Kevan.
"Ganti baju abis itu istirahat, aku mau pulang dulu ganti baju." Saat Kanaya akan keluar dari kamar Kevan, lelaki itu mencekal tangan Kanaya.
Kanaya menoleh heran. "Kenapa?"
"Nanti balik kesini kan Kay?" Kevan membuat sorot memelas seperti anak kecil, Kevan kalau sakit kadar manjanya melibihi taraf normal.
Kanaya hanya mengangguk sekilas lalu meninggalkan Kevan sendirian, dia pulang kerumah untuk mengganti pakaian kemudian meminta izin pada mamanya.
Saat sampai di kamar Kevan, dia melihat mangkuk bubur, sup, gelas minum dan obat yang belum tersentuh. Pandangannya jatuh pada sesosok tubuh di atas kasur terbungkus selimut, matanya memejam tapi Kanya tahu Kevan belum tidur.
"Van." Kanaya memanggil pelan, tangannya menepuk punggung Kevan.
Kevan melenguh, "hm."
Kanaya membalik tubuh Kevan. "Makan dulu abis itu minum obat, terus nanti baru tidur."
"Nggak enak, pahit Kay."
Kanaya mendudukkan dirinya di samping Kevan, dia sudah memangku mangkok bubur.
"Gue suapin, makan ya." Kanaya sudah mengangkat sendoknya, memaksa Kevan makan.
Dengan sangat terpaksa dan muka cemberut akhirnya Kevan mau juga menerima suapan Kanaya, suapan demi suapan Kevan makan sampai buburnya tandas.
Kemudian Kanya menyodorkan minum dengan obatnya, setelah selesai Kanaya membereskan peralatan makan, dia membantu Kevan menyamankan posisinya.
Tangannya aktif memijit pelipis Kevan, dulu saat Kevan sakit dia juga melakukan hal yang sama. Sementara Kevan menyamankan posisinya, dia semakin mendekat ke arah Kanaya.
***
"Kevan kalau lagi sakit emang gemesin, tapi makin gemesin kalau lagi sehat."
-kanaya lavanya-

KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN
Cerita PendekSatu sekolah sama mantan itu BENCANA. Satu sekolah, satu kelas, sebangku, seorganisasi, rumah tetanggaan sama mantan namanya? KIAMAT. Apalagi mantan rese yang bawa penyakit menular, penyakit GAGAL MOVE ON.