3

1K 37 0
                                    

Malam itu aku tidak bisa tidur. Diotak ku terbayang ucapan kak Mira.
Apakah aku harus mengambil keputusan sesuai harapan kakak ku?

Sebulan  kemudian rumah kak Mira kedatangan tamu. Aku yang baru pulang dari tempatku bekerja kaget ketika sampai rumah sudah banyak orang di ruang tamu

"Assalammualaikum" ucap ku ketika memasuki rumah

"Waalaikumsalam, sudah pulang dek? ...
Tumben pulangnya cepat ? "

"Ya kak, stok bahan dipabrik belum datang, jadi tidak ada kerjaan. Karyawan dipulangkan semua... Maaf kak aku masuk dulu " pamit ku sambil tersenyum pada ibu-ibu yang duduk diruang tamu dan tak berhenti menatap ku.

Aku rebahan dikasur sehabis membersihkan badan ku.

"Bangun dek, makan dulu" perlahan kesadaran ku pulih begitu sayup-sayup kudengar panggilan kak Mira dan guncangan dibahu ku

"ya kak" dengan suara serak dan masih terpejam kujawab panggilan kak Mira

"Cepetan dek, yang lain dah pada nungguin. kamu kenapa dek? Muka mu pucat sekali" kak Mira bertanya dengan raut khawatir diwajahnya.

"Nggak papa kak, biasa penyakit perempuan. Aku mau tidur aja ya, ngk papa nanti kalau lapar aku makan sendiri" jawabku sambil menarik selimut.

"Ya udah kamu istirahat ya, kakak keluar dulu "

*****
Tiga hari setelah rumah kak Mira kedatangan tamu. Hari ini sabtu malam, kembali rumah kak Mira kedatangan tamu yang sama. Aku dipanggil kak Mira untuk bergabung dengan mereka di ruang tamu. Aku duduk disebelah kak Mira.

"Mmmh ... Gini dek ada yang ingin disampaikan sama bu Sarah"

"Ada apa ya kak?" tanyaku deg-degan

"Mmmh ... Ais sebenarnya tujuan saya dan suami saya kesini adalah untuk melamar Ais menjadi istri dari putra kami Raka."

Deggg, aku kaget mendengar penuturan si ibu. Aku ngk tahu harus jawab apa, dan aku hanya bisa diam.

"Gimana nak Ais, mau ya...? " tanya bu Sarah sambil memegang bahu ku.

Aku melirik kak Mira dengan pandangan permohonan dan penuh tanya.

"Nak Ais, mau ya..." kata tante Sarah penuh harap.

"InsyaAllah Ais mau buk, ya kan dek?"
Apa-apa an ini kenapa kak Mira yang jawab... Bisik batin ku.
Aku hanya diam dan tambah bingung. Dan situasi berubah menjadi menegangkan.
Hening beberapa saat.
"Deeek..."
"eeeh..... Iya" jawabku spontan dan menyesali kata yang keluar dari mulutku.

"Karna nak Ais sydah setuju, jadi pernikahan kita laksanakan minggu depan ya..." putus bu Sarah

"Haaaaa..." aku kaget mendengar ucapan bu Sarah

"Gimana sayang kamu setujukan, lebih cepat lebih baik. Segala niat yang baik harus kita segerakan. Mulai sekarang Ais panggil Mama ya" perintah bu Sarah tanpa penawaran.

Aku cuma bisa menggangguk lesu tanpa bantahan.

Selalu bersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang