5

774 37 1
                                    

Satu tahun sudah aku menjadi istri mas Raka. Selama satu tahun ini kami jarang berkomunikasi karna mas Raka  jarang pulang. Bahkan pernah selama 2 bulan mas Raka tak pernah pulang.

Setelah menjadi istri mas Raka aku tetap bekerja. Aku berangkat dipagi hari dan pulang sore hari. Walaupun bekerja aku tetap melaksanakan kewajibanku di rumah. Tapi bukan sebagai istri karna mas Raka melarangku untuk masuk ke kamarnya. Bahkan mas Raka selalu mengunci kamarnya ketika dia tidak di rumah.

Semua masakan yang aku siapkan tak pernah disentuh oleh mas Raka. Mas Raka pulang jam 10 malam, dan langsung masuk kamar. Sehingga hidangan yang ada di meja keesokan paginya berakhir ditempat sampah. Enam bulan lamanya aku melaksanakan rutinitas membuang makanan  di tempat sampah. Jika masih layak dimakan aku bawa ketempat kerjaan dan aku berikan kepada OB yang ada dikantor. Karna sayang makanan yang selalu terbuang, akhirnya aku menghentikan rutinitasku dan masak untuk diriku sendiri.

Malam ini, setelah satu minggu tak pulang untuk pertama kalinya mas Raka pulang dalam keadaan mabuk.

"Hai perempuan jalang... Puas kau sekarang...?" marah mas Raka sambil menjepit daguku menggunakan telunjuk dan ibu jarinya

"Sa... Sakit... mas" kataku gemetar ketakutan.

"Saya muak dengan semua ini... Kamu jangan berharap dengan tindakan mu itu  bisa merubah keadaan..."

"Maksud mas apa...? Ais ndak ngerti..." jawabku dengan suara gemetar ketakutan

"Alah jangan sok polos kamu!!!" bentak mas Raka

"Benar mas, Ais ndak tahu"

Mas Raka tak melanjutkan ucapannya, tapi malah menarik tanganku menuju kamar.
Mas Raka membantingku ke kasur dan menindihku dengan paksa

"Mm..mas..." suara ku bergetar karna ketakutan

Mas Raka tak merespon suara dan ketakutan ku. Mas Raka terus menindih dan menarik baju ku sampai robek. Malam itu terjadilah yang memang seharusnya terjadi. Mas Raka mengambil mahkota ku dengan paksa.

Aku duduk dipinggiran tempat tidur. Menangis tanpa mengeluarkan suara. Hanya air mata sebagai saksi bisu jeritan batinku.
'Kenapa kau lakukan ini mas..., jika kau minta pasti aku berikan. Karna ini memanglah hak mu. Tapi aku kecewa kau mengambilnya dengan cara seperti ini' batinku berbisik.

Dengan langkah yang gemetaran aku keluar dari kamar mas Raka. Sambil barurai air mata dipipi aku melanjutkan langkah menuju kamarku. Dikasur aku mengeluarkan semua tangisan dan sesak yang menghimpit dadaku. Karna lelah menangis, akhirnya aku tertidur.

"Astaugfirullah...." ucapku kaget bangun dari tempat tidur. Aku bangun kesiangan, cahaya matahari sudah mulai menembus hordeng kamar. Aku berjalan dengan pelan walaupun sakit dan perih yang kurasa. Aku tetap melanjutkan langkahku menuju kamar mandi.
Aku melaksanakan kewajibanku untuk sholat subuh, walaupun sudah lewat masanya. Akibat aku bangun kesiangan.

*****
Satu bulan kemudian

Pukul 8 malam. Mas Raka pulang membawa seorang perempuan. Tanpa melihat kearahku yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Mas Raka berjalan menuju kamarnya yang dilantai atas sambil tangannya memeluk pinggang perempuan tersebut.

Hatiku sakit... Tanpa berkata apa-apa aku langsung lari ke kamar dan mengeluarkan tangisku diatas bantal.

Sejak malam itu, hampir tiap malam mas Raka membawa perempuan itu pulang ke rumah. Aku baru tahu perempuan itu bernama Alin dan dia adalah kekasih mas Raka. Mas Raka sudah berencana dan sudah mempersiapkan pernikahannya dengan Alin. Terhalang restu dan ancaman dari mama akhirnya Mas Raka setuju dijodohkan dan menikah denganku.

Di rumah ini kehadiranku tidak dianggap sama mereka. Mereka dengan leluasanya melakukan apa yang mereka mau tanpa rasa malu. Tanpa memandang tempat, mereka bermesraan disetiap sudut rumah ini.

Hatiku sakit, malam ini aku melakukan pemberontakan pada mas Raka.

"Mas... " panggilku pelan pada mas Raka yang lagi asyik berdua dengan Alin diatas sofa.

"Maaaaas...." nada suara ku naik satu oktaf

"Ngapain kamu teriak haaaa..." balas mas Raka tak mau kalah

"Bisakah kalian melakukan aksi kalian di dalam kamar. Kamu keterlaluan mas, melakukan ini semua didepan ku yang jelas-jelas adalah istrimu. Kamu ....." ucapku pelan penuh penekanan.

"Emang kamu siapa ha...? Bisa-bisanya mengatur hidup ku.. Ini rumahku, dan jelas aku berhak melakukan apa saja dirumahku..." marah mas Raka
"Kalau kamu merasa terganggu, tidak usah kamu lihat, kalau perlu skalian saja kamu keluar dari rumah ini" usir mas Raka.

Setelah mengucapkan kata pedasnya yang menusuk hatiku, mas Raka berjalan kearah Alin dan menggendong kekasihnya itu menuju kamarnya.

Aku menangis, tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. 'Tega kamu mas' ratap batinku

Jam 2 malam aku terbangun dari tidurku. Aku bangun menuju kamar mandi, tiba-tiba kepalaku terasa berat. Dengan sempoyongan, kulanjutkan langkahku untuk berwudhu dan melaksanakan sholat malamku.

Semua keluh kesah dan beban hidupku, kucarahkan kepada sang Khalik. Hanya Dia lah yang maha tahu akan segala sesuatu. Semua keadaan yang kualami adalah izin dariNya. Aku yakin bahwa Allah memberikan aku cobaan seperti ini, karna dia sayang padaku. Dan menyiapkan suatu keindahan untuk ku disuatu masa nanti.

Selalu bersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang