10

887 49 0
                                    

Januari 2015

Awal tahun 2000 merupakan babak baru dalam kehidupan ku. Aku tak tahu menyebut nya apa... Apakah ini babak kehancuran atau babak kebahagiaan.

Hari itu... Setelah mas Raka menjatuhkan talak nya, aku segera membenahi koper ku... Aku membawa surat yang dirasa penting untuk kehidupan ku nanti nya. Tak lupa aku masukan ke koper bingkai foto pernikahan ku dan mas Raka.

"Bun.... Bunda..."
"Buuuun..."

Aku tersadar dari lamunan ku ketika ku rasakan goncangan dibahu ku.

"Bunda...iiiih..." rengek putri ku

"Kenapa sayang...???"

"Dari tadi dede manggil, bunda ngk nyahut... Diam aja, bunda kenapa" rajuk putri canti ku dengan manja sambil bergelayut di pundak ku.

"mmmmh... Maafin bunda sayang" ucap ku dengan menyesal

"Bun... Uda sama abang kemana...??? Kok belum pulang...?"

"Tadi uda sama abang ke sawah... Bantu kang Diman mempersiapkan perlengkapan panen raya besok... Dede perlu sesuatu...sama bunda aja ya..." bujuk ku

"Ntar aja... Dede tunggu uda sama abang.." ucap putri ku sambil merebahkan kepala nya di paha ku.

Ku belai sayang surai panjang putri ku. 'Gimana kabar mu mas...??? Pasti kau hidup bahagia bersama keluarga baru mu... Anak-anak mu sudah remaja dan tumbuh menjadi putra-putri yang tangguh..'

"Bunda nangis???" tanya putri ku dengan heran seraya bangun dari paha ku. Aku cuma bisa memberikan senyum pada putri cantik ku. Di belai pipi ku sambil melap air mataku. "Bunda jangan nangis..."

Kurengkuh dan ku peluk dengan erat putri ku."Trimakasih... Trimakasih" ucap ku

"Bunda lagi sedih ya ...?"

Sambil tersenyum ke sentuh pipi putri ku
"Bunda lagi bahagia... Air mata ini adalah wujud rasa syukur bunda nak... Anak-anak  bunda tumbuh dan besar dengan baik.. Tak terasa kalian sudah remaja... Makasih udah mendampingi bunda..." ku rengkuh kembali putri ku dan ku kecup sayang puncak kepalanya.

"hmmmm..."

Dua pasang tangan mendekati kami dan ikut bergabung merentangkan tangan. Kami saling berpelukan. 'Alhamdulillah ya Allah.. Aku berhasil melewati masa-masa sulit dalam hidup ku.. Sekarang aku punya Tiga permata yang selalu memberi kan ku kekuatan'

"Uda sayang bunda..."
"Abang sayang bunda..."
"Dede sayang bunda..."

Ucap mereka serentak... Ku peluk dengan erat anak-anak ku

"Bunda juga sayang kalian... "Ucap ku serak menahan air mata ku.

"Udah bun... Bunda jangan nangis lagi... Uda lapar, makan ya" Ucap putra sulung ku

"Ayo sayang..." aku bangun dari duduk ku

"Hari ini bunda masak apa?" tanya abang sambil merengkuh pinggang ku

"Hari ini bunda masak banyak... Ada rendang kesukaan uda... Ayam balado kesukaan abang... Dan sop ayam kesukaan dede.."

"Waaaah bunda pesta...asyiiik" kata putra kedua ku dengan nada riang.

"Ayo buuuun... Uda dah nggak sabar. Pasti rendang buatan bunda is the best" kata putra sulungku sambil mengedipkan mata merankul bahu ku

Sampai di meja makan semua makanan sudah ku hidangkan. Piring,gelas, dan sendok tersusun rapi di meja makan. Ku sendokan nasi di piring untuk ketiga anak ku.

"Dede dulu bun.. Yang gede ngalah..." rajuk putri ku dengan manja sambil ngelirik kedua kakak nya.

"Ya deh... Demi princess kita ngalah ya ngk da...???"

Ku berikan senyum manis ku untuk putra-putri ku. 'Begitu banyak masa yang kau lewatkan bersama mereka mas'.

****
Flassback

Ku duduk termenung di halte bis dan tak tahu harus kemana. Langit gelap dan petir menyambar. Hujan turun dengan deras nya begitu juga air mata ku. Ku dengar azan maghrib dan hati ku menjadi resah. 'Ya Allah... Kemana aku harus pergi..??' jerit batin ku.

Sepasang manusia lanjut usia mendekati ku. Seperti nya mereka berteduh setelah pulang memulung. Ya mereka sepasang manusia lanjut usia dan pemulung profesi nya dalam mencari nafkah.

Ku rasakan tatapan penuh tanya dari muka sang ibu. Perlahan menyentuh bahu ku. Karna tak tahan air mata ku semakin deras membanjiri pipi ku dan menatap si ibu dengan tatapan pilu.

"Kenapa neng...???" elusan lembut si ibu di bahu ku

Ku ceritakan secara garis besar pada si ibu kalau keadaan ku tidak baik-baik saja dan baru saja dicerai oleh suami ku. dengan tatapan iba si ibu berkata....

"Sudah neng jangan sedih... Mungkin itulah takdir yang mesti harus neng jalani. Sabar...  Serahkan semua pada Allah dan mohon bimbingannya untuk menjalani semua. Sekarang neng mau kemana..???"

"Aku nggak tahu bu... Ngk tahu harus kemana... Aku nggak punya tujuan..." rintihku pelan

"Mau ikut ke rumah mbok...?? Tepat nya bukan rumah sih, hanya gubuk kecil" Tawar si ibu

"Apa ibu mau menampung ku..??"

"Mbok Isah... Panggil mbok Isah ya... Sebelum neng dapat tempat tinggal, neng ikut mbok aja... Sudah lewat maghrib... Kasihan dengan kandungan neng..." kata mbok Isah sambil mengelus perut ku.

Kurasakan tatapan mbok Isah lembut dan penuh kasih sayang seorang ibu. perlahan suami mbok Isah mendekat, diangkat koper  ku keatas gerobak. Dan kami melangkah menuju rumah mbok Isah.

Mbok Isah tinggal di sebuah gubuk kecil. Dan kami harus melewati gang sempit untuk menuju ke rumahnya. Miris hati ku... Ternyata posisi gubuk mbok Isah  dekat dengan pembuangan sampah.

"Maaf neng... Beginilah keadaan kami.."

"Nggak papa mbok... Terimakasih sudah menampung ku dan maaf merepotkan.

Mulai malam itu aku istirahat di rumah mbok Isah. Mbok Isah sangat baik dan penuh kasih sayang. Beliau sudah menganggap ku seperti anaknya sendiri dan beliau tidak mempunyai anak.

Setelah satu minggu tinggal bersama mbok Isah, suami mbok Isah meninggal dunia karna kecelakaan ketika memulung. Aku kasihan karna mbok Isah berangkat mulung sendiri tapi apa daya... Aku masih shock atas perceraian ku.Malam itu mbok isah mengajak ku berbicara.

"Maaf nak Ais, ada yang ibgin mbok bicarakan."

"Ada apa mbok...?? Bicaralah..." ucapku lesu

" Sebelumnya nak Ais jangan salah paham ya.Sungguh demi Allah mbok sangat sayang dan menganggap nak Ais adalah anak sendiri. Sungguh berat rasa nya mbok tinggal  di kota ini, mbok tak bisa lepas dari kenangan bapak... Setiap mbok lihat gerobak itu... Wajah bapak selalu terbayang..."  lirih mbok Isah pelan

Ku tatap mbok Isah dengan pilu...
"Jangan tinggalkan Ais mbok..." rintih ku pilu  "Ais tak tahu, apa yang terjadi pada Ais jika tidak ada mbok..."

"Mbok tidak akan meninggalkan mu nak..." perlahan mbok Isah merengkuh dan memeluk ku.

"Bawa Ais mbok...  Kemana pun mbok pergi...Ais akan selalu ikut mbok... " rintih ku

"Nak Ais mau ikut mbok...??? Tanya mbok memastikan. Aku cuma bisa menganggukan kepala ku pelan. "Mbok akan pulang kampung... Mbok masih punya rumah kecil peninggalan orang tua mbok. .." Mbok Isah diam sejenak "Nak Ais yakin mau ikut mbok...???" aku hanya bisa mengangguk untuk kedua kalinya.

"Besok kita pulang ya nak... Kita akan pulang ke kampung mbok di Malang"

Mungkin inilah saat nya aku harus benar-benar lepas dari luka masa lalu ku. Aku harus bisa bangkit demi masa depan anak-anak ku.

"Disana kita usaha apa mbok...?"

"Mbok bisa jadi buruh tani... Nggak usah takut nak... InsyaAllah kita bisa hidup dan bertahan disana... Ada Allah yang akan membantu kita.." kata mbok Isah dengan penuh keyakinan

💪💪💪💪💪



Selalu bersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang