6

755 34 0
                                    

Pagi ini, setelah selesai sholat subuh aku bersiap untuk bekerja. Aku berjalan menuju dapur dan berniat untuk membuat sarapan. Aku tidak tahu kenapa akhir-akhir ini fisik ku berasa lemah. Sering pusing dan mual dipagi hari. Selera makan ku hilang, padahal perutku lapar dan menjerit minta diisi. Apa daya setiap makanan yang masuk ke dalam perutku pasti keluar lagi.

Di dapur aku bertemu dengan mereka. Sambil mengaduk nasi gorengnya mas Raka bercanda dan marayu Alin dengan mesra tanpa menghiraukan kehadiranku. Setelah nasi gorengnya matang, mas Raka memindahkan ke dalam satu piring besar. Mereka makan berdua. Dengan santainya Alin duduk dipangkuan mas Raka. Mas Raka menyuapi dirinya dan Alin secara bergantian sambil mengelus perut Alin dengan tangan kirinya. Jelas aku iri. Aku ingin mendapatkan perlakuan seperti yang mas Raka berikan pada Alin. Aku menginginkan nasi goreng itu..... Aku hanya bisa menelan air liurku.

'Mas.... Aku lapar.... Aku menginginkan nasi gorengnya.... ' jerit batinku

Dengan langkah gontai dan pipi yang berlinang air mata aku meninggalkan mereka. Aku keluar rumah dan berangkat bekerja.

****
Jam 2 sore aku sampai di rumah. Karna pusing dan selalu muntah-muntal di pabrik, badanku jadi lemah dan kepalaku pusing. Aku izin dari kantor dan pulang lebih awal.

Aku langsung masuk kamar dan merebahkan diri di kasur. Sambil meringis aku pijat kepalaku.

Jam stengah enam aku terbangun dari tudurku. Astaugfirullah.... Aku belum Ashar. Begitu bangun, bumi serasa berputar. Ya Allah.... Aku kenapa.... Aku tak sanggup bangun... Kesadaranku hilang.

Jam 12 malam, kesadaranku berangsur pulih. Perutku perih. Seharian ini belum ada satu butir nasi atau makanan lain pun yang berhasil masuk ke perutku.

Dengan lemah aku menuju dapur , di meja makan aku melihat mas Raka lagi menyuapi Alin. Sate padang, itu yang mereka makan. Wanginya begitu menggodaku.

Dengan langkah gontai aku menuju kulkas, aku mengambil sebutir apel, setelah dicuci aku melangkah menuju kamar.

***
Pagi ini aku memasak sop iga. Setelah matang dan menyajikan di mangkok aku menuju meja makan dan memakan masakanku. Alhamdulillah... Masakan ini berhasil lolos dan masuk kedalam perutku tanpa mual.

"Sepertinya enak..." tanpa merasa risih Alin duduk di kursi sebelahku. "Ambilkan aku piring..." perintah Alin

Aku diam, emang dia bicara sama siapa????

"Hey... Kamu dengar nggak sih ?" bentak Alin mulai emosi dan menarik tanganku

"Maaf, kamu bicara dengan saya???"

"Cuma kamu yang ada disini, emang ada yang lain??? Ambilkan piring ....aku mau makan!!!!" perintah Alin

Aku berlalu mengambilkan piring dan perlengkapan makan lainnya untuk Alin. Setelah mengambil nasi berikut sayur, dengan santainya Alin makan dengan lahap.

" Hey.... Kamu dengar ya... " Alin buka suara setelah menghabiskan makannya " Aku hamil anak mas Raka..."

Deeggg, seperti petir disiang bolong aku mendengar ucapan Alin.

"Mulai sekarang, kamu harus menyiapkan kebutuhan saya seperti makan dan membuatkan susu.... Karna mulai sekarang saya yang jadi nyonya di rumah ini" ucap Alin sambil berlalu meninggalkan meja makan.

'Drama apa lagi ini ya Allah.... Aku membiarkan suamiku membawa wanita nya kedalam rumah kami. Aku membiarkan suami ku berbuat sesuka hatinya di rumah ini... Sekarang wanita nya hamil dan aku harus melayani nya.... ya Allah.... Apa aku masih sanggup menjalani semua ini....'

Ku keluarkan semua keluh kesahku di hadapan Rabb ku. Air mata mengalir deras di kedua pipiku.

Selama ini aku tak pernah melaporkan semua perlakuan mas Raka kepada mama nya. Yang mama dan keluarga ku tahu, bahwa rumah tangga kami baik-baik saja. Begitu hebat akting dan drama yang mas Raka mainkan apa bila kami berada di lingkungan keluargaku maupun keluarga besar mas Raka sendiri.

****
Aku terbangun dari tidur ku, ternyata aku ketiduran di atas sajadahku dengan mukena yang masih menempel di atas kepalaku. Aku ketiduran setelah mengeluarkan keluh kesahku di dalam sujudku pada saat sholat malamku.

Hari ini aku mengambil cuti untuk bekerja karna badan ku masih lemah.Setelah selesai sholat subuh, dengan badan yang sedikit gemetaran akibat muntah ku, aku keluar kamar menuju dapur. Kucuci beras untuk menanak nasi dan mengeluarkan ayam dari kulkas. Aku ingin masak rendang ayam.

"Susu ku mana????" dengan congkak nya Alin berjalan menuju dapur.
"Heh... Mana... Cepat bikinin aku susu"

Karna aku sedang sibuk mengaduk santan, aku mengacuhkan ucapan Alin dan itu membuat Alin menjadi tambah marah dan menjambak rambutku.

"Kamu apa-apaan sih Alin...., kamu nggak lihat kalau aku lagi masak..." ucapku tak terima dengan tingkah Alin

"Mana susuku... Bukankah aku sudah perintahkan kamu untuk melayani semua kebutuhanku...." jawab Alin tak mau kalah

"Kamu punya tangankan.... ? Dan kamu juga masih kuatkan...? Silahkan kamu bikin sendiri" jawabku santai dan berlalu menuju kompor melanjutkan masakanku.

"Ada apa ini, kenapa pagi-pagi sudah ribut....?"
Tiba-tiba mas Raka sudah muncul di dapur.

"Ini mas, masa aku minta tolong Ais untuk buatin aku susu.... Tapi Ais nya malah marah-marahin aku" rengek Alin pada mas Raka

"Ais...., buatkan Alin susu!!! "perintah mas Raka

"Aku lagi masak mas...."

"Aiiiis....."

Dengan rasa tak ikhlas, aku ambil dan aku buatkan susu untuk Alin.

Setelah masakan ku matang, kuambil satu porsi nasi lengkap dengan rendang ayam, sambal hijau, lalapan dan kerupuk. Aku bawa makananku ke kamar. Aku ingin makan di kamar aja, aku jijik lihat interaksi mas Raka dan Alin. Aku sengaja membawa makananku ke kamar untuk menghindari mereka.

Hueeek.... Setelah makan, ntah kenapa semua makanan itu keluar kembali. Tenggorokanku panas dan perih. Kepalaku pusing dan badanku seperti tidak bertenaga.

Aku rebahkan badanku diatas kasur.

"Hey... Pemalas bangun" aku kaget begitu guyuran air menerpa wajahku

"Apa-apaan sih lin..." kata ku marah

"Bangun, aku mau makan. Masakin sana...!"

"Tadi aku sudah masak Alin..."

"Aku ngk mau makan itu... Aku mau sop ayam"

"Makan yang ada aja lin...."

"Nggak mau, aku maunya sop ayam"

"Ya udah, kalau gitu kamu masak sendiri aja"

"Mas Rakaaaaa...." jerit Alin

"Ada apa sayang...." kata mas Raka masuk ke kamar ku sambil mengelus puncak kepala Alin.

"Hiikkk...hiiiik...aku mau makan. Hiiik...hiiik karna tadi yang masak Ais, aku izin untuk memakan masakannya.... Tapi Ais malah marah-marahin aku.... Hiik...hiiik" bohong Alin ke mas Raka

Aku cuma bisa bengong mendengar semua aduan Alin pada mas Raka.

"Dengar Ais... Kamu harus ingat posisi kamu di rumah ini... Kamu tak lebih dari perempuan jalang ... Perempuan matre... Yang mau melakukan apapun demi uang. " tuduh mas Raka sambil mengacungkan telunjuknya ke mukaku. Sakit dadaku mendengar ucapan mas Raka.

"Harusnya kamu bersyukur masih saya biarkan tinggal dan menumpang di rumah ini... Makan dan tempat tinggal gratis. Jadi sudah sewajarnya kamu disini melayani kami sebagai pemilik rumah ini." mas Raka diam sejenak

"Saya jadi berfikir bagaimana pendidikan dalam keluargamu... Orang tua macam apa yang menjual anak gadisnya demi harta... Dan kamu tak ubahnya seperti pelacur...."

Deeeeg.... Kutahan air mataku yang hendak mengalir jatuh ke pipi ku.

"Kau boleh menghinaku mas, tapi jangan orang tuaku. Terserah kalau kamu menganggap aku menjual diriku... Ataupun menganggap ku sebagai pelacur.... Tapi aku lebih baik karna hanya melacurkan diri ku buat suami ku sendiri... Bagaimana dengan dia, bukankah dia lebih buruk dari ku... Yang mau dan tanpa malu selingkuh dengan suami wanita lain, walaupun di depan istrinya sendiri... Bukankah dia lebih rendah dari pelacur yang mau menyerahkan dirinya tanpa ikatan pernikahan...."

'plaaaak'

"Diaaam... Kamu" marah mas Raka dan berlalu dari kamarku.




Selalu bersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang