Raka

902 45 0
                                    

Mama dan papa mengajak anak-anak untuk jalan-jalan mengunjungi beberapa objek wisata yang ada di kota Jakarta ini. Suasana rumah  sepi, karna hanya ada aku,Ais dan beberapa Art yang ada di rumah. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bisa berbicara dengan Ais. Saat ini aku dan Ais berada di salah satu ruangan yang ada di rumah ini. Ya....aku meminta izin pada papa untuk menggunakan ruang kerjanya sebagai tempat aku dan Ais berbicara.

Hari itu  aku resmi menikahi Aisyah Damayanti. Aku marah... Karna aku tak bisa menerima semua keputusan mama dan papa. Tanpa persetujuan dari ku mama dan papa memutuskan sendiri sosok perempuan yang akan aku nikahi. Padahal kedua orang tua ku itu tahu bahwa aku sudah mempunyai kekasih bahkan aku sudah mempersiapkan pesta pernikahan ku. Dan persiapan itu sudah rampung lima puluh persen. Tiba-tiba saja mama dan papa menyuruhku untuk menghadiri lamaran....yang benar aja...gimana aku nggak emosi.

Aku sudah berusaha menentang keinginan mama dan papa...tapi apa yang aku dapat. Mereka malah mengancam ku untuk tidak mengakui aku lagi sebagai anak nya. Whaaat.... sihir apa yang telah diberikan perempuan itu.... Sehingga kedua orang tua ku lebih memilih dia dari pada aku yang jelas-jelas adalah darah daging mereka. Hal ini menjadi kan ku sangat....sangaaaat membenci sosok perempuan yang telah menjadi istri ku. Dan akhir nya dia lah menjadi tempat ku untuk melampiaskan emosi  karna hati ku  tidak bisa menerima status ku.

Setelah sampai di rumah ku yang di Tangerang

"Masuk...."  perintah ku pada Ais " ini kamar mu.."

"Haaaa..." kulihat Ais kaget dengar ucapan ku

"Saya sudah mempunyai perempuan yang saya cintai, saya menikahi kamu hanya karna paksaan mama dan papa...jadi kamu jangan berharap banyak dengan pernikahan ini. Status kita hanya lah formalitas di atas kertas. Lakukan yang kamu mau. Bagi saya kamu tak lebih dari perempuan murahan yang ikut andil  memisahkan saya dengan kekasih saya. Dan begitu saja mau dinikahi karna harta dari keluarga saya" aku diam sejenak.
"Kamar saya ada si sebelah. Jangan berani-berani nya kamu masuk  ke kamar saya dan menyentuh barang-barang saya. Satu lagi...kamu siapkan mental, karna status kita tidak akan bertahan lama . Saya akan segera menceraikan kamu dan akan menikahi  gadis yang saya cintai. Ingat itu...." ancam ku pada perempuan yang status nya sekarang sudah menjadi  istri

Ku lemparkan dua kartu yaitu kartu kredit dan Atm ke wajahnya seraya berkata " Gunakan ini untuk  kebutuhan  mu, bukankah ini yang kamu mau?"

Setelah ku lemparkan dua kartu tersebut, ku langkahkan kaki ku masuk ke kamar.

*****

Genap satu tahun sudah pernikahan ku dengan perempuan itu. Dalam waktu satu tahun ini aku mulai merintis usaha sendiri di bidang properti. Aku pelan-pelan mengatur strategi ku agar ketika aku bercerai dengan perempuan pilihan orang tua ku , aku sudah bisa lepas dari fasilitas dan tak bergantung dengan orang tua ku. Tujuan ku agar aku sudah bisa berdiri sendiri , bisa membiayai hidup ku dan Alin walau tanpa harta dari orang tua ku.

Selama satu tahun ini aku jarang berinteraksi dengan nya. Karna aku malas untuk berada dalam satu ruangan dengan nya...sehingga aku jarang pulang dan sering menginap di kontrakan Alin.

Aku pun tak tahu apa aktifitas perempuan itu...sepertinya dia bekerja...berangkat pagi dan pulang sore. Walaupun tak pernah berinteraksi dengan nya aku tetap  memenuhi kewajiban ku untuk memberikan nafkah... Tapi tidak dengan nafkah batin. Rekening tabungan nya selalu aku isi setiap bulannya. Dari laporan yang aku terima...penarikan setiap bulan terhitung sangatlah sedikit, bahkan aku tak pernah menerima tagihan dari kartu kredit yang ku berikan pada nya. Aku sempat berfikir 'apa iya ada perempuan yang melewatkan peluang materi yang jelas-jelas ada di depan mata....aghhhh entahlah ...'

Selalu bersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang