13

905 45 2
                                    

Pelan-pelan kesadaran ku pulih...indra penciuman ku menangkap bau obat-obatan. Ya...aku sekarang tergolek lemah di ranjang rumah sakit. Ku lihat putra sulung ku tidur di kursi sebelah ranjang ku dengan menggenggam tangan ku. Putra kedua ku dan putri bungsu ku tidur di sofa.

Perlahan aku berusaha bangkit. Karna pergerakan ku putra ku terbangun.

"Bunda...alhamdulillah bunda sudah sadar." sambut anak ku dengan memeluk ku "Bunda...apa yang sakit" tanya anak ku dengan nada khawatir.

"Nggak pa pa sayang bunda cuma lemas...bunda mau minum..."ucap ku dengan lemah.

"Bentar ya bun...uda ambilin minum"

"Terima kasih sayang...maaf bunda merepotkan mu..."

"Nggak bun...apa pun akan uda lakukan demi bunda...uda sayang bunda, jangan sakit lagi ya...uda khawatir"ucap anak ku lirih sambil memeluk ku.

Ku elus sayang pundak anak ku. Dan anak ku semakin memeluk ku erat seakan berusaha melindungi ku dari rasa sakit yang ku derita.

Perlahan ku dorong badan anak ku untuk memberikan sedikit jarak. Ku tatap mata anak ku...aku melihat ada luka di mata itu. Dan seolah mata itu berbicara bahwa luka yang ku alami juga dirasakan oleh anak ku.

Greeeek...bunyi pintu terbuka. Dan ku lihat mas Raka muncul dari balik pintu. Perlahan mas Raka mendekat ke ranjang dimana aku tidur. Mas Raka berdiri di sisi kanan ranjang, menatap ku dengan permohonan maaf dan penyesalan. Aku tak bisa melihat mata itu...rasa cinta ku masih besar dan tak hilang untuk mas Raka. Ku paling kan wajah ku menghadap sisi kiri ranjang.

Ku rasakan aura canggung diantara kami bertiga. Mas Raka makin memperpendek jarak kami. Tiba-tiba mas Raka memegang dan menggenggam tangan ku. Aku berusaha melepaskan tangan ku dari genggaman mas Raka. Tapi tenaga mas Raka lebih kuat dan tentu saja aku kalah.

"Maaf...lepaskan tangan anda...anda bukan mahrom lagi buat ibu ku...jadi anda tak berhak menyentuh ibu ku..."ucap anak ku sarkas

Aku kaget mendengar kata yang keluar dari mulut putra ku. Tapi apa yang diucapkan putra ku memang benar. Dengan berat hati terpaksa mas Raka melepaskan tangan ku dari genggamannya.

"Maaf...."ucap mas Raka sendu

"Sebaik nya anda pulang...ada kami anak-anak bunda yang akan merawat bunda disini...jadi anda tidak usah repot-repot menunggui bunda kami. Anda bukan siapa-siapa bagi bunda... Jadi sekali lagi sebaiknya anda pulang..."

"Izin kan ayah disini nak..." mohon mas Raka

"Saya tidak kenal dengan anda.....jadi jangan seenaknya anda membahasakan diri anda ayah..."

"Tap...."

"Stooooop....anda jangan berbesar hati karna kedua adek  ku langsung bisa menerima kehadiran anda...dari kecil kami tidak pernah merasakan kehadiran sosok seorang ayah...dan sekarang ketika kami remaja tak masalah bagi kami jika anda tidak hadir dalam kehidupan kami."

Aku cuma bisa mendengarkan perdebatan antara bapak dan anak ini. Ku lihat wajah sendu dan penuh permohonan maaf dari mas Raka.

Perlahan mas Raka melangkahkan kaki nya menuju pintu dan keluar dari ruang inap ku.

"Daaaa...."ucap ku memanggil putra sulung ku "Kenapa sayang...selama ini yang bunda tahu anak bunda adalah anak yang santun dan menghormati orang yang lebih tua...kenapa sekarang bunda merasa kalau bunda tidak mengenali anak bunda.... Maafin bunda...bunda telah mengecewakan anak-anak bunda.." ucap ku sambil terisak.

"Bunda adalah seorang ibu yang baik...dan uda tidak merasa kecewa pada bunda... Bagi uda bunda adalah segalanya ... Bunda wanita yang kuat, yang mampu membesarkan kami dengan kasih sayang walau tanpa laki-laki itu..."

Selalu bersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang