Selama pembicaraan ku dan mas Raka, pintu ruang kerja papa kami biarkan terbuka. Sesuai dengan permintaan ku pada mas Raka. Bagaimana pun juga, tak pantas rasa nya kami berdua dalam satu ruangan. Dikarnakan status kami yang tanpa ikatan, kami bukan lagi sepasang suami istri.
Kami duduk di sofa yang ada di ruangan ini. Mas Raka duduk di sofa single. Dan aku duduk di ujung sofa double.
Sungguh tak ku sangka akhir kisah mas Raka bersama Alin begitu menyesakkan hati. Dan ku lihat mas Raka begitu menyesal akan semua tindakannya di masa lalu. Entah kenapa penyesalan selalu datang belakangan.
"Bun....buuuun...." panggil Zahra dari luar ruang kerja.
"Ucap salam dulu nak..." titah ku pada Zahra
"Maaf bun....Assalammualaikum" ucap Zahra sambil mencium kedua belah pipi ku dan langsung duduk di sofa sebelah ku yang kosong. Dimana posisi Zahra antara aku dan mas Raka.
"Waalaikumsalam sayang" ku sentuh pipi Zahra dengan sayang.
"Bunda sama ayah sudah selesai bicara nya?" tanya Zahra dengan pandangannya di alihkan pada mas Raka.
"Sudah selesai, kenapa sayang???" ku usap. kepala putri ku yang tertutup hijab yang dikenakannya.
"Kita kapan balik ke Malang nya bun ? " tanya Zahra
"Besok..." tawar ku
"Tak bisa kah kalian tinggal lebih lama???" tanya mas Raka menyela pembicaraan ku dan Zahra.
Zahra memutar badan nya ke arah ku. Dan menatap ku seraya menaikan alis nya.
"Maaf mas....kami tak bisa untuk berlama-lama disini. Bagaimanapun juga anak-anak harus sekolah" jawab ku keberatan dengan usul mas Raka
"Pindah sekolah???" Ucap mas Raka, bukan mengajukan pertanyaan tepat nya memberi saran.
"Tinggal lah disini. Kalau kamu keberatan kalian bisa menempati rumah yang di Tangerang " usul mas Raka"Maaf mas, kami tidak bisa"
"kenapa ???" mas Raka diam sejenak
"Anak-anak butuh dekat dengan keluarga nya Ais. Disana kalian tak ada saudara. Apa kamu tak ingin silaturahmi ke rumah kakak mu, kak Mira?" bujuk mas Raka"Rencanya sore ini Ais dan anak-anak mau ke Bekasi mas. Ke Bandara nya kami berangkat dari sana"
Ku lihat ekspresi mas Raka berubah. Senyum canggung terbit dari bibir nya."Aku yang antar kalian ya Bekasi nya. " mohon mas Raka. Aku cuma bisa menganggukan kepala
"Kita berangkat sekarang dan malam ini kalian tetap nginap disini. Besok berangkat ke Malang tetap saya antar. Boleh ya!" izin mas Raka.
Kembali ku anggukan kepala.🌻🌻🌻
Innalillahiwainnalillahi rojiun.
Nyawa Tiara tidak bisa tertolong. Lima Desember dua ribu enam pukul sepuluh malam Tiara Putri Atmaja dinyatakan meninggal dunia. Akibat kecelakaan yang dialami nya Tiara kehilangan banyak darah dan benturan yang cukup keras pada kepala .Walaupun Tiara bukan darah daging ku. Aku tetap mengurusi jenazah nya dan mengantarkan Tiara ke peristirahatannya yang terakhir. Kasih sayang dan kenangan selama enam tahun ini kami lewati begitu berbekas di memori ku. Bagi ku Tiara tetap lah putri ku, putri cantik ku.
Meninggalnya Tiara, akhir hubungan ku dan Alin. Kami berpisah dan aku menyerahkan semua harta yang kami punya selama pernikahan pada Alin. Yah kami tidak punya harta banyak, hanya rumah dan mobil.
Setelah perceraian ku dan Alin, aku kembali ke rumah mama. Aku bersujud di kaki mama dan ku mohon kan ampunan atas kesalahan dan dosa ku selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selalu bersamamu
SpiritualCinta... Aku tak tahu apalah artinya. Bagiku bisa mencintaimu kekasih halalku merupakan suatu keharusan. Menerima segala kekurangan dan kelebihanmu. Bersamamu aku berharap bisa melalui gelombang kehidupan didunia ini. Bagaimana denganmu? Apakah kam...