BAB 2 'Angkringan.'

259 20 1
                                    

Mentari langsung menoleh untuk mencari sumber suaranya. Ia senang bahwa Biru menjemputnya di stasiun, lalu dengan cepat Ia berlari ke sosok lelaki tersebut dan memeluknya, Biru pun membalas pelukannya.

"gue kangen banget sama lo, gue pikir lo gak akan jemput gue di stasiun." ucap Mentari dengan napas yang terengah-engah akibat berlari-larian di stasiun.

"Maaf saya telat, tapi saya tidak pernah lupa untuk menjemput Mentari-ku. " ucap Biru yang langsung melepaskan pelukannya dan mencubit pelan pipi Mentari.

Mentari yang mendengar tersipu malu dengan sifat Biru yang masih saja berbicara dengan bahasa bakunya, tapi anehnya ia hanya berbicara dengan bahasa seperti itu hanya kepada Mentari, katanya Mentari itu spesial dihati Biru.

Keluarga mereka yang melihat mereka dari kejauhan hanya tersenyum senang, karena mereka tidak menyangka hubungan mereka sangat kuat setelah berpisah selama 9 tahun.

Kini, Hendra dengan istrinya Resti dan Samudra, menghampiri mereka berdua.

"Mentari, kamu mau ikut pulang bareng Ayah, atau sama nak Biru?" Tanya Hendra.

" Aku bareng Biru saja Yah, suruh bang Samudra bawain tas dan koperku saja hehehe."

Mendengar perkataan Mentari, Samudra menatap Mentari dengan tatapan tajamnya namun Mentari hanya membalas dengan mengelurakan lidah sambil mengembungkan pipinya. Biru yang melihat tingkah laku Mrntari yang dari dulu tidak berubah itu hanya menggeleng kepala dan tersenyum.

Mentari dan Biru sudah sampai di tempat parkir. Biru sengaja membawa motor karena permintaan dari Mentari padahal Biru tidak ingin Mentari sakit karena terkena angin malam, mengingat bahwa Senjani baru tiba di Jakarta malam hari.

Biru memasangkan helm ke kepala Mentari lalu setelah itu mereka langsung melesat meninggalkan parkiran teresebut.

Janji Mentari kepada Biru ketika ia berada di kereta tadi, ketika sampai Jakarta Biru harus janji membawa Mentari mengelilingi kota Jakarta dan Biru pun menyetujuinya. Ketika setelah lama berkeliling kota Jakarta, Biru meminggirkan motornya ke arah angkringan dekat Monas.

"Mentari, saya mau sate tusuk dan teh manis anget, kamu mau apa? " tanya Biru.

"Gue samain aja deh. " jawab Mentari tersenyum.

Biru pun langsung mengambil sate usus enam dan teh manis angetnya dua, lalu membawanya dan duduk di samping Mentari.

"Biru, makasih udah bawa gue keliling Jakarta. Ternyata Jakarta tidak seburuk yang gue bayangin." Ucap Mentari yang langsung di balas senyuman oleh Biru.

"Iya sama-sama, sudah jadi kewajiban saya untuk bahagiain kamu." jawab Biru.

Mereka pun menikmati makanan mereka dengan diiringi lagu oleh para pengamen yang sedang bernyanyi bersenandung ria.

Mentari & BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang