Bab 18 'Pertandingan Futsal'

69 5 0
                                    

Berhari-hari Biru dan kawan-kawannya latihan futsal, kini saat nya mereka tanding.

Mentari, Meisha, dan Sila kini sudah berada di tribun SMA Pelita Nusantara untuk menonton Biru dan kawan-kawanya bertanding.

Sang wasit sudah mulai meniup peluit. Biru menggiring bola tersebut dan mengopernya kearah Irul. Dengan sigapnya Irul menerima bola tersebut dan menggiringnya kearah gawang.

"AYOOO IRULLLL" Teriak Sila.

Irul dengan santainya berhenti lalu menoleh kearah suara tersebut dan tersenyum, tanpa sadar bolanya sudah direbut lawanya.

"Fokus Bego!" Bentak Dava. Irul hanya tertawa seperti orang tidak bersalah.

Biru kembali berusaha untuk merebut bola dari lawanya. Sayangnya lawan tersebut dengan lincah mengecoh Biru sehingga Biru tidak bisa merebutnya.

Dan goal pertama dicetak oleh lawan. Hingga babak pertama usia lawan pun masih memimpin score.

Biru dan kawan-kawannya diberi kesempatan untuk beristirahat selama 5 menit. Mentari, Meisha dan Sila kini menghampiri Biru dan teman-temanya.

"Nih." Ucap Mentari sambil menyodorkan minum.

Biru mengambil dan langsung meneguknya.

"Yaelah gak ada yang mau ngasih gue minum apa?" Tanya Irul dengan tampang melas.

"Makanya punya pacar biar dikasih minum." Ucap Biru meledek lalu ditertawakan oleh yang lainnya.

Tiba-tiba saja, Sila menyodorkan minuman dingin dan langsung diterima oleh Irul.

"Jiaaa tumben baik lo." Ucap Irul sambil mengacak-acak rambut Sila.

"Bilang makasih kek, malah ngacak-acak rambut gue." Ucap Sila kesal.

Irul tertawa lalu menyubit pipi Sila.

"SAKITT!!! Siapa suruh nyubit-nyubit." Ucap Sila semakin kesal.

"Iya iya maaf dan terimakasih."

Sila mengangguk lalu tak lama ia malu karena menjadi pusat perhatian teman-temannya.

"FIX BANGET LU BERDUA COCOK." Ucap Rama.

"Apansi lu." Jawab Sila malu.

Meisha, Mentari dengan yang lain hanya tertawa melihat tingkah laku Sila.

Pertandingan akan dimulai dalam satu menit lagi. Biru dan teman-temanya bersiap menuju lapangan.

"Sering-sering ya Sil." Bisik Irul kepada Sila lalu mengacak-acak rambutnya sambil menuju lapangan.

Sila tersipu malu karena tingkah laku Irul tersebut.

"Cieeee.." Ucap Meisha dan Mentari berbarengan.

Pertandingan pun dimulai. Mentari sedari tadi menahan diri untuk membuang air kecil, akhirnya ia berlari menuju  toilet dan brugg ia menabrak seseorang.

"Maaf-maaf saya buru-buru mau ke toilet."

"Demen banget nabrak gue kayaknya." Ucap seseorang yang tidak begitu asing.

Mentari lantas melihat mukanya.

"Bagas?" Ucap Mentari.

"Kenapa?"

"Ngapain lo disini?"

"Ya gue disini nonton pertandingn sekolah gue lah."

"Kenapa gak bilang? tau gitu lo gabung sama gue aja, eh tunggu bentar gue mau buang air kecil dulu ya."

Bagas hanya terdiam, ia semakin yakin untuk bisa mendapatkan hatinya Mentari dan membuatnya celaka.

Mentari sudah keluar dari toilet ia sedang melihat Bagas bersender di tembok.

"Gue udah selesai." Ucap Mentari.

"Terus ngapain gue suruh nunggu."

"Gapapa sih Gas, gue cuma mau nanya kebetulan lo ada di sini."

"Nanya apa?"

" Kenapa perwakilan dari kelas 10 yang ikut ke Yogyakarta itu gue?"

Bagas terdiam lalu ia tahu perlakuan apa yang harus dilakukan sambil menjawab pertanyaanya. Bagas langsung menunduki badanya agar muka mereka saling sejajar. Kini hidung mereka nyaris bersentuhan

" Karena lo spesial, ada nya kehadiran lo disana nanti membuat gue bahagia." Ucapnya lalu mencolek hidung Mentari.

Pipi mentari seketika merah karena malu atas perbuatan yang dilakukan oleh Bagas.

"Apa sih gak jelas." Ucap Mentari lalu berlari meninggalkan Bagas.

Mentari tidak tahu bahwa disana ada Biru yang sedang melihatnya.

***

Ketika pertandingan berlangsung, Biru berhenti bermain dan digantikan oleh pemain cadangan. Biru segera bergegas menuju tribun untuk menemui Mentari, namun ketika ia melihat tribun tidak ada Mentari di sana.

"Mei Mentari mana?" Tanya Biru kepada Meisha

"Oh tadi dia lari keluar kayaknya ke toilet deh, coba aja lo cari."

Biru keluar dan mencoba mencari Mentari, ketika ia sedang berjalan ia melihat Mentari mengobrol dengan seorang lelaki, ia sangat penasaran siapa lelaki tersebut. Obrolan tersebut terlihat asik sehingga membuat Biru enggan untuk menghampirinya.

Lelaki tersebut melihat Biru dan membuat Biru geram. Lelaki tersebut adalah Bagas, Bagas tersenyum kepadanya lalu ia membuat hati Biru memanas karena kelakuannya.

Biru segera pergi dan kembali masuk keruangan lalu duduk di tribun dengan wajah kesal, Meisha yang berada di sampingnya merasa heran dengan tingkah laku Biru.

"Kenapa lo?" Tanya Meisha.

Biru hanya diam. Tribun sangat ramai teriakan para suporter yang mendukung timnya, namun itu tidak membuat Biru berhenti untuk berfikir.

Tak lama Mentari datang dengan nafas ter-engah-engah. Biru langsung menetralkan perasaan kesalnya.

"Dari mana aja?" Tanya Biru.

"Toilet." Jawab Mentari.

Biru hanyaa mengangguk, lalu Mentari duduk disebelahnya dan terdiam ia masih memikirkan perkatan Bagas yang tadi.

Saya gak akan marah jika kamu bermain dengan Bagas, Mentari. Hanya perasaan ini tidak bisa di bohongi. Jika kau ingin berteman dengannya saya bebaskan. Tetapi, saya gak akan diam jika ia menyakitimu." Ucapnya dalam diam.

Mentari & BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang