BAB 9 'Gudang'

98 12 0
                                    

"Mentari!!" Mentari yang mendengar kini langsung menoleh karah suara tersebut.

"Kamu ngapain disini? kan saya suruh tunggu." ucap Biru heran.

Mentari hanya diam menatap Biru dengan pandangan sendu, takut akan sesuatu terjadi padanya dan dirinya. Biru yang melihatnya kini bingung, ice cream yang di tangannya kini sudah mulai mencair.

"Kenapa? Nih ice creamnya udah cair." Ucap Biru.

"Biru Mentari takut." Ucap Mentari sambil memakan ice cream yang sudah ditanganya tersebut. Biru yang mendengarnya kini merasa ada sesuatu yang terjadi pada Mentari.

"Takut kenapa? Lagian siapa suruh ke taman deket danau ini, sudah tau tempatnya seram." Ucap Biru

"Bu.. bukan karena tempat ini." Jelas Mentari gugup karena takut dan langsung memeluk Biru dengan erat dan menangis.

Biru membuang ice cream yang ditangannya dan langsung membalas pelukan Mentari sambil berusaha untuk memberhentikan tangisan Mentari.

"Mentari udah dong nangisnya, saya gak suka kamu nangis." Ucap Biru.

"Hiks..Hiks.. Biru janji ya harus selalu dideket gue, selalu jagain gue, apapun rintangannya." Ucap Mentari dan melepaskan pelukannya. Biru yang mendengarnya kian sontak terkejut dan heran bahkan ia terkekeh kecil.

"Kalau soal jagain kamu memang itu sudah jadi kewajiban saya, kamu itu aneh ya tiba-tiba saja berbicara seperti ini, tiba-tiba saja kamu menangis seperti ini tanpa alasan yang jelas." Jelas Biru sambil mencubit pipi Mentari.

Mentari tersenyum tipis, Biru tidak tahu masalah apa yang dihadapi jika mereka terus bersama.

Sore ini, senja tidak membawa kebahagian kepada mereka karena tertutup awan jahat yang membuat senjanya menangis.

***

Hari ini Biru dan Mentari sekolah, mereka sedang mengikuti upacara berlangsung, teriknya matahari membuat semua siswa mengeluh kepanasan kecuali Mentari, ia sangat suka teriknya matahari di pagi hari dan di sore hari.

Ketika upacara selesai, Mentari segera bergegas menuju kelasnya, namun ketika ingin ke kelas ia mendengar suara menangis di gudang koridor kelas X, di koridior tersebut hanya ada Mentari karena sehabis upacara semua siswa menuju ke kantin.

Mentari terus mendekati suara tersebut dan sekarang ia berada di depan pintu gudang. Ketika ia mencoba membuka pintu tersebut suara tangis itu hilang dan anehnya pintu tersebut tidak terkunci.

Mentari memasuki ruang tersebut, ingin membuktikan bahwa yang didengarnya itu benar.

"Hallo disini ada orang?" Tanyanya.
Namun nihil ia tidak menemukan orang yang sedang menangis.

Mentari memutuskan untuk pergi dari ruang tersebut, ketika Mentari ingin pergi, pintu gudang tersebut sudah terkunci, ia mencoba mendobrak pintu tersebut namun nihil hasilnya, justru lengan atasnya memar.

"SIAPA PUN TOLONG BUKAIN PINTU INI!!" Teriak Mentari. Tetap saja usaha nya sia-sia, karena gudang tersebut berada di pojok koridor dan jarang orang yang melewatinya.

Mentari mencoba menghubungi Biru, namun tidak ada jawaban dari Biru, teman-temannya pun susah untuk dihubungi karena digudang ini tidak ada sinyal.

***

Istirahat telah berlangsung, Biru bergegas ke kelas Mentari untuk menemuinya. Sesampainya disana Biru langsung memasuki kelas Mentari, namun heran Mentari sudah tidak ada di kelasnya.

"Sil, liat Mentari gak?" Kini Sila yang sedang asik mengbrol dengan Meisa menoleh kearah sumber suara tersebut.

"Lah bukannya sama lo ka? Dari selesai upacara dia gak ada di kelas." Jelas Sila.

Biru yang mendengarnya kini panik, ia mencoba menghubungi Mentari namun tidak ada jawaban dari Mentari.

Biru langsung bergegas pergi mencari Mentari. Sila dan Meisa yang melihat wajah kepanikan Biru, kini ia ikut panik dan mengikuti Biru untuk mencari Mentari.

Ketika mereka sedang berlari banyak siswa kelas X yang heran melihatnya, namun tiba-tiba saja mereka terhenti ketika seorang siswa menabrak Biru.

"Maa...maaf." Ucap Siswa tersebut.

Biru menolongi siswa yang terjatuh dihadapannya, ia kenal orang tersebut, orang yang pernah menyakitinya dulu.

"Lo kenapa?" Tanya Biru.

"Gue denger orang nangis digudang sana." Ucap siswa tersebut sambil menunjuk gudang yang berada di ujung koridor.

Biru langsung berlari kearah gudang tersebut, sementara Meisa dan Sila hanya mengekori Biru yang sedang berlari dengan wajah kelelahan.

Semakin terdengar suara tangis tersebut. Biru tahu betul bahwa yang menangis itu adalah Mentari.

"Mentari kamu disana?" Ucap Biru.

Tidak ada jawaban dari dalam, hanya suara orang menangis. Biru semakin panik ia segera mendobrak pintu gudang tersebut.

"Mentari jangan di belakang pintu, minggir jauh-jauh dari pintu." Ucap Biru.

Brakkk

Terlihat Mentari sedang menangis dengan wajah pucat dan rambut yang berantakan. Biru yang melihatnya kini langsung memeluknya.

"Siapa yang berani ngelakuin ini ke kamu?" tanya Biru sambil memeluk erat Mentari. Mentari hanya menangis ketakutan terlihat dari sekujur tubuhnya yang gemetaran lalu tiba-tiba saja Mentari pingsan.

Biru langsung menggendong Mentari menuju UKS, mereka menjadi pusat perhatian para siswa. Irul dan teman-temannya yang melihat dari balkon kini menemui Biru.

Biru langsung meletakan tubuh Mentari keatas kasur. Ia tidak tega melihat tubuh Mentari yang tertidur lemas dengan wajah yang pucat. Biru bergegas keluar membiarkan Mentari beristirahat.

"Mentari gimana ka?" Tanya Meisa khawatir.

"Biarin dia istirahat dulu aja, gue minta lo berdua jagain mereka ya, gue sama temen-temen gue mau ketemu abangnya dulu." Ucap Biru.

Sila yang mendengar kini merasa heran, Mentari punya abang di sekolah ini? siapa? Pikirnya.

" Emang dia punya abang?" Tanya Sila heran.

"Kemana aja lo, ka Samudra abangnya Mentari." Jawab Irul. Sila yang mendengar kini terlonjak kaget.

"HAH OMG!! GILA-GILA DEMI APA? GUE HARUS UPDATE DI INSTAGRAM DULU." Ucap Sila teriak. Irul yang didekatnya kini menutup kupingnya.

"eh kutu kucing! Sahabat lo lagi sakit gitu malah update berita gak penting." Ucap Irul.

Sila menatap tajam pandangan Irul. Kini Irul hanya menatap balik dengan pandangan konyolnya.

Biru yang melihat hanya diam dan langsung memerintah temannya agar bertemu Samudra.




Mentari & BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang