"Biru!!" Teriak Mentari sambil berlari.
Biru yang mendengar pun langsung menengok kearah suara tersebut dan menunggu sampai Mentari mendekatinya.
"Ada apa?" Tanya Biru ketika Mentari sudah berhenti berlari.
"Itu .. gue minta maaf, gak bisa nemenin lo ke Ruang Kreatif. Tapi, gue tetep nginep di rumah lo ko, soalnya gue ada urusan." Jelas Mentari dengan rasa takut.
"Urusan surat yang tadi Meisa kasih? Kamu beneran mau temuin dia? Kalau gitu saya ikut boleh? " Ucap Biru sedikit khawatir.
"ihh gak usah, tadi lo baca sendiri kan kalau disurat itu hanya gue seorang yang harus nemuin dia."
"Yasudah kalau gitu, saya pamit pulang." Ucap Biru dan langsung meninggalkan Mentari.
Mentari jadi merasa bersalah karena tidak bisa menemaninya ke Ruang Kreatif, padahal kemarin ia yang antusias untuk pergi menemaninya.
Biru pun menyalakan motornya dan meninggalkannya sendirian. Sebelumnya Biru berpesan kepada Mentari.
"Kalau ada apa-apa hubungi saya, saya gak mau kamu terluka walaupun hanya sedikit. Sampai nanti ya Mentari, saya tunggu kehadiran kamu di rumah." Begitulah pesan Biru kepada Mentari.
Mentari pun langsung bergegas menemui seseorang yang telah menulis surat tersebut, ia berjalan ke arah taman belakang perpustakaan. Letak taman tersebut sangat jauh, jarang sekali ada orang yang datang ke taman ini.
Sesampainya di taman, ia menemukan seorang berbadan tinggi yang sedang duduk membelakanginya.
Mentari berjalan menuju kursi taman yang diduduki oleh lelaki tersebut dan duduk disampingnya.
Terjadi keheningan yang cukup lama yang membuat Mentari sangat jenuh berada ditempat ini lama-lama. Akhirnya, ia membuka suara.
"Hai sorry ganggu, gue cuma penasaran sama surat yang lo kirim lewat Meisa tadi, kira-kira ada keperluan apa?"
lelaki tersebut tidak menjawab ia hanya diam mendengar perkataan Mentari. Ia kesal karena sedari tadi lelaki tersebut hanya diam.
"lo bisu atau gimana sih? tadi lo nyuruh gue kesini, giliran gue disini didiemin." Tanya Senjani.
Tidak ada jawaban apapun dari lelaki tersebut, akhirnya Mentari memutuskan untuk pergi dari taman tersebut.
"Kalau gak penting, gue pulang." Ucapnya lagi dan berniat untuk pergi.
"Tunggu." Ucap lelaki tersebut sambil meraih tangan Mentari.
Mentari yang melihat tangannya dipeganjg oleh lelaki tersebut merasa jantungnya berdegup kencang.
"e eh, lepasin." Ucap Mentari gugup. Lelaki tersebut pun menuruti Perintahnya.
"Kenapa?" tanya Mentari.
"Mau jadi pacar gue?" Ucap lelaki tersebut, Mentari yang mendengarnya kini sangat terkejut.
"Sebelumnya gue minta maaf, gue bahkan belum mengenal lo sama sekali, gue gak bisa." Jawab Mentaru dan langsung berlari meninggalkan lelaki tersebut.
Aneh, gue aja gak kenal dia, namanya pun gue gak tau. Bisa-bisanya dia nembak gue padahal belum pernah dekat satu sama lain. Pikir Mentari sambil berlari, tetapi ketika berlari ia menabrak seseorang.
"Maaf, maaf, gue gak sengaja." Ucap Mentari lalu ia langsung berdiri melihat orang yang ditabraknya.
"Lah bang Samudra, ngapain lo jam segini masih di sekolah?" tanya Mentari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari & Biru
Подростковая литература"Mentari, ingat janji kita? Janji kamu dengan saya? Janji sewaktu kita masih kecil dimana kamu bilang ketika kita sudah besar nanti, kita akan pergi hanya untuk melihat senja dan lautan diatas gunung Merbabu? "