HeartIzProject : Scenery

1.5K 219 34
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







4 years later after Scenery...

Minjoo Pov

Tubuhku gemetar menerobos dinginnya udara musim gugur tanpa mantel menghangatkan tubuh, lalu mendaki bukit-bukit landai bebatuan menuju tebing pantai. Terduduk lelah di atas tebing, napasku terengah engah mengeluarkan uap dingin dari mulut.

Takut, itu yang menghantuiku saat ini. Aku takut dihakimi. Aku takut melihat raut kekecewaan di wajahnya. Aku takut mengetahui kalau ia sekarang membenciku.

Melihat dari bermeter meter jauhnya permukaan laut, apakah semuanya akan berakhir jika aku mengakhirinya? Atau malah hanya aku yang akan berakhir sedangkan yang lain hanya mengasihani nasibku?

“Minjoo?”

Panggilan bernada berat menghentakku.

Yujin?

Entah kebetulan apa yang terjadi detik ini, kami saling menatap mata satu sama lain. Sunyi. Hanya suara angin dan ombak yang mengisi celah sepi di antara kami. Sudah bertahun-tahun aku tidak lagi melihatnya sejak aku menangis di hadapannya malam itu.

Apa kabar?

Bagaimana musikmu?

Apa kau makan teratur?

Apa kau sudah punya seseorang yang kau suka?

Apa kau merindukan aku?

Begitu banyak pertanyaan di kepalaku yang ingin diutarakan, namun kau tau kalau aku begitu takut untuk mengakuinya. Aku berdiri tersenyum seolah olah terlihat aku baik-baik saja. Sebaliknya, kau tau aku ingin menangis.

“Sudah lama,” ujarnya.

Tentu, sudah lama. Aku…

Ia terlihat menyesal atas apa yang dia ucapkan, lalu menyunggingkan senyum pahit membuang pandangannya ke arah bahu kirinya.

Sorot matanya datar, menatapku dingin. Tanpa ragu, ia berbalik, langkahnya yakin menjauh. Sesaat aku berpikir bahwa ia akan menoleh namun hanya punggungnya yang terlihat olehku. Perasaan sedih meliputiku. Diri ini yang menyesal dan bersalah tak bisa dimaafkan. Begitu saja dadaku sesak.

Dalam sepersekian detik hormon adrenalin mengalir deras dalam darah di seluruh tubuhku. Kepingan-kepingan ingatan melesat secara acak dalam benakku yang kacau.

Demi apapun aku ingin hidupku yang baru, diriku yang baru. Tuhan, apabila aku masih diberikan kesempatan untuk hidup maka biarkan aku menjalaninya dengan tenang tanpa rasa bersalah, namun jika tidak, tolong, setidaknya buat aku lupa akan hal itu.

Angin kencang berhembus menggoyahkan raga ini yang kian terasa ringan. Tak kuat menahan pijakan. Bebatuan pada tepi tebingpun bergeser berjatuhan, membuat posisi pertahanku tidak stabil kemudian begitu saja menghempasku ke dalam lautan. Anehnya tidak ada perlawanan dariku.

Heart Iz ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang