19 : Penyesalan

548 113 48
                                    

Di perpustakaan, Hyeonjun duduk sendirian di sebuah meja panjang, sementara buku entah berjudul apa terbuka diatas meja, tapi perhatiannya malah fokus pada ponsel di tangannya.

Hyeonjun menatap nanar sebuah foto diponselnya, foto Junhyuk yang tak sadarkan diri dengan tangan dan kaki terikat. Genggamannya mengerat pada ponsel seiring amarahnya yang kian meluap-luap.

Jika saja ia sudah bisa menebak kejadiannya akan seperti ini. Dirinya pasti sudah menolak Junhyuk untuk membantunya. Ini benar-benar diluar dugaannya, pembunuh itu ternyata berbahaya, sangat berbahaya.

"Maafkan aku Jun." Mata Hyeonjun berkunang-kunang, merasa bahwa apa yang terjadi pada Junhyuk adalah salahnya.

Kriett...

Terdengar suara pintu perpustakaan yang terbuka, Hyeonjun terkesiap kala mendengarnya dan langsung melirik kearah pintu. Dan ternyata ada Yujin disana, berjalan kearahnya. Dirinya pikir pembunuh itu datang lagi.

"Yujin?"

"Kenapa wajahmu terkejut begitu?"

"Tidak apa-apa." Hyeonjun menggeleng, lalu mematikan layar ponselnya dan memasukkannya kedalam saku jas sekolah.

Yujin segera duduk disamping Hyeonjun, lalu menatapnya penuh selidik, "Jika tidak ada apa-apa, kenapa kau terkejut saat melihatku? Apa ada yang kau sembunyikan dariku?"

"Tidak, ku bilang ti-"

"Hyeonjun, kemarin malam, Jeongwoo bilang padaku kau datang ke kamarnya dan meminta kalung pembunuh itu yang Junhyuk simpan ditasnya setiap hari. Kenapa? Kenapa kau memintanya tengah malam sekali?"

Hyeonjun mengerjap, merasa gugup untuk mengatakan kebenarannya. Tapi, ini kesempatan untuknya menceritakan semua kejadian yang menimpa Junhyuk, meskipun ia sedikit takut akan reaksi orang-orang yang berada disekitar Junhyuk nantinya. Ia harus melawan rasa takutnya, demi Junhyuk.

Perlahan Hyeonjun mengambil kembali ponselnya, lalu menyalakan layar dan mengulurkannya pada Yujin, memperlihatkan sebuah foto Junhyuk tadi.

Sontak mata Yujin melebar melihatnya, "Ju-Junhyuk?! A-Apa apa yang terjadi padanya?" ia menatap terkejut kearah Hyeonjun.

"Malam kemarin, pembunuh itu menculik Junhyuk dan meminta padaku untuk mengembalikan kalung." Hyeonjun nampak frustasi diwajahnya, "Aku tidak tahu kejadiannya akan seperti ini."

"Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" Yujin mulai merasa panik.

"Junhyuk sekarang berada di rumah sakit dan aku belum tahu kabarnya lagi. Aku tak sanggup menemuinya Jin." Kembali mata Hyeonjun berkunang-kunang, hanya membayangkan keadaan Junhyuk saja sudah membuatnya sesak. "Aku seharusnya tidak membuatnya terlibat."

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, ini semua bukan salah siapa-siapa. Lebih baik nanti kita datangi rumah sakit tempat Junhyuk dirawat dan katakan semua kebenarannya pada keluarga Junhyuk."

Hyeonjun mengangguk, sementara Yujin nampak menahan kekesalannnya, ia benar-benar marah pada pembunuh itu. Apa semua yang terlibat dalam mengungkap kebenaran ini akan dia celakai. Itu berarti mereka harus hati-hati dari mulai sekarang.

"Berarti kalungnya ada di pembunuh itu sekarang? Ck aku belum sempat melihatnya."

"Aku mempunyai foto kalungnya."




###




Jinsung berjalan perlahan kearah ruang CCTV, saat hendak tangannya membuka knop pintu, pergerakannya terhenti dan perlahan ia menoleh keujung koridor.

Sadari tadi ia seolah merasa ada yang mengikutinya, lama ia menatap ujung koridor tapi tak ada siluet siapapun disana. Jinsung memutuskan tak perduli lagi dan membuka pintu lalu masuk kedalam.

Stupid Ghost || [BROTHERSHIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang