Malam semakin larut, tapi yang dilakukan kedua bocah itu hanya terduduk di ruang tunggu rumah sakit —terpisah oleh jarak dua kursi— dengan pemikiran masing-masing.
Tak ada yang membuka suara duluan apalagi melirik satu sama lain. Hanya terdengar hembusan napas mereka saling bersahut-sahutan ditengah suasana koridor rumah sakit yang sepi.
Dan Junhyuk, ditengah keterdiamannya, air matanya kembali mengalir begitu saja. Ia segera menghapusnya dengan tangan, namun air mata yang lain malah ikut keluar, kenyataan ini begitu membuat perasaannya sesak, jadi Junhyuk membiarkan saja air mata yang sadari tadi ditahannya keluar.
Mendengar suara isakan samar-samar disampingnya, Sungwon menoleh dan mendapati Junhyuk menutupi wajahnya dengan lengan, sementara bahunya bergetar. Melihat itu membuat perasaan Sungwon kembali terasa sesak. Ia tahu perasaan Junhyuk tidak akan jauh beda dengannya, kita sama-sama terluka.
Sungwon mengambil napas sebanyak-banyaknya, agar air matanya tidak keluar. Ia sudah cape menangis semenjak tahu kebenarannya. Dirinya pikir sebanyak apapun menangis, melampiaskan semua rasa sakitnya, tetap saja kenyataan itu tidak akan berubah. Yang bisa ia lakukan hanya harus menerima semuanya meski sulit.
"Pertemuanku denganmu rasanya seperti aku mengikuti sebuah cahaya yang kupikir bintang kecil tapi ternyata adalah sebuah meteor, meteor itu seolah mengahantam tubuhku saat ini."
Junhyuk menoleh perlahan kearah Sungwon dan berusaha menghentikan tangisnya. "A-Apa... Hiks... Ma-maksudmu?"
"Jika dari awal kita tak pernah bertemu dan aku tidak pernah meminta bantuanmu. Kupikir kebohongan mereka tidak akan sesakit ini, Hyuk. Aku jadi berpikir, apa takdir sengaja mempermainkan kita. Jika pada akhirnya kita akan mengetahui kebohongan ini, untuk apa kita dipertemukan?"
"Dan kenapa takdir... membuatku bisa melihatmu... Hiks..." Junhyuk menekan matanya dengan kedua tangan, air matanya tak mau berhenti keluar.
"Jadi menurutmu, apa takdir kita ini kejam?" Sungwon melirik Junhyuk yang masih menundukan wajahnya, menunggu respon tapi tak ada sahutan dari Junhyuk, "Kau mau menerima takdir kejam ini atau tidak?" masih tak ada sahutan, Sungwon menghela napas, lalu beranjak dari duduknya menghampiri Junhyuk dan duduk disampingnya.
"Kenyataan ini juga sulit untuk kuterima. Tapi seberapapun kau menyangkalnya, tetap saja tak akan merubah apapun." ia menepuk bahu Junhyuk, "Meskipun aku terus menyangkal bahwa tidak mungkin kau adik kandungku. Tetap saja darah yang mengalir dalam tubuh kita ini adalah darah yang sama. Jadi Hyuk, cobalah untuk menerima semuanya. Kita hadapi kesulitan ini bersama."
###
"Sekarang bisa kau ceritakan kenapa kau bisa mengalami kecelakaan?"
Sungwon menunggu Junhyuk menjawab pertanyaannya, tapi ia lihat anak itu menggeleng pelan seraya menatap jalanan yang mereka lalui.
"Apa kau menyeberang tidak lihat kanan-kiri?"
Junhyuk menghentikan langkahnya, lalu menatap Sungwon. Yang ditatap jadi gelagapan.
"Ba-baiklah aku akan berhenti bertanya." Sungwon meringis seraya terkekeh kecil, lalu melangkah mnedahului Junhyuk.
"Aku melihat wajah pembunuhnya."
Mendengar ucapan tiba-tiba Junhyuk, dengan cepat Sungwon berbalik, "Apa? Apa yang tadi kau katakan?"
"Meski samar tapi wajahnya terlihat familiar." Mata Junhyuk mulai bergetar, "Su-suaranya juga, semuanya... terlalu familiar bagiku...." Saat mengatakan kalimatnya, tangan Junhyuk terkepal, kejadian menakutkan yang ia alami seolah di putar kembali dalam otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Ghost || [BROTHERSHIP] ✔️
Hayran KurguKata orang ada alasan kenapa arwahmu masih gentayangan, itu berarti ada masalah yang belum kau selesaikan di dunia atau kau tak tahu sebab apa kau meninggal. Tapi dalam kasus Sungwoon berbeda, ia merasa sudah mengetahui segalanya, seharusnya ia suda...