"Kau bilang aku pantas mati. Aku akan melakukannya. Tapi, aku tak akan membiarkanmu jauh dariku. Kita akan mati bersama."
Mata Jiheon membulat dengan penuturan Yechan, ia bergerak panik saat melihat Yechan melajukan mobilnya dengan kencang kearah jalan keluar mansion.
"Hentikan mobilnya! Aku tak mau mati bersamamu!"
Tangan Jiheon menarik lengan Yechan agar berhenti menyetir, tapi ia didorong dengan kasar.
Sampai didepan gerbang keluar mansion, mobil Yechan berhenti, menunggu gerbang yang perlahan terbuka dan tepat didepan mobilnya ada sebuah mobil yang juga berhenti.
Detik kemudian, seseorang dengan tampilan jas keluar dari sana lalu berjalan mendekat kearah mobil Yechan dan berdiri disamping pintu mobil. Yechan menghela napas sebelum menarik kaca jendela turun.
"Ada apa?"
"Nyonya besar baru saja kembali dari Thailand tuan."
Yechan menghela napas berat, lalu mengangguk samar. Disisi lain Jiheon merasa lega, ia bisa lolos dari Yechan.
###
Disebuah ruang inap, seorang wanita dewasa terbaring lemah, bahkan untuk makan pun dirinya tampak disuapi putrinya. Jiheon menarik kembali uluran sendok ditangannya lalu mengambil lagi sesendok bubur dalam mangkuk diatas nakas.
Truuruuu
Ponselnya bergetar dan ini sudah kesekian kalinya, namun ia tidak mau mengangkatnya karena ia tahu itu pasti Yechan.
Dari dulu ia sudah lelah dengan sikap Yechan, namun jika ia tidak menuruti kemauan Yechan maka Ibunya tidak akan bisa dirawat lagi karena selama ini Yechan lah yang mebayar biaya rumah sakit. Dan dengan memperlakukan Yechan seperti ini, anak itu pasti akan marah besar padanya.
Jiheon sudah siap dengan apa yang akan terjadi setelah ini pada hidupnya, mungkin ia akan putus sekolah dan berkerja untuk membayar biaya rumah sakit Ibunya. Hidup seperti ini lebih baik dari pada hidupnya harus membuat orang lain sengsara.
Ia sangat menyesali kejadian yang menimpa Sungwon, anak itu sekarang pasti masih mencari siapa pelaku pembunuhnya dengan kondisi menjadi roh, ia tak bisa membayangkan jika Sungwon tahu Yechan lah pelakunya, seseorang yang ia anggap kakaknya sendirilah yang tega merenggut nyawanya. Memikirkan itu tak terasa mata Jiheon berair, ia merasa sesak.
"Maafkan aku Sungwon." Ucapnya lirih, Jiheon sangat menyesal, tentu kejadian yang menimpa Sungwon juga karena dirinya. Kalau saja dari dulu ia keluar saja dari sekolah itu dan tidak memaksakan diri untuk bertahan, ia tidak akan bertemu Sungwon, ia tidak akan bertemu Yechan dan semua ini pasti tidak akan terjadi.
Mendengar suara isakan, wanita cantik itu menatap putrinya, lalu mengusap belakang kepalanya pelan, "Kenapa putri Ibu menangis hm? Ada masalah di sekolah?"
Jiheon segera menggeleng, "Tidak, aku baik-baik saja Ibu."
"Kau tidak bisa membohongi Ibu, Ji, apa yang terjadi?"
Bukan menjawab, Jiheon malah memeluk Ibunya lalu berbicara dengan pelan, "Ibu akan mendukung semua pilihanku kan bu?"
"Tentu saja, Ibu akan selalu mendukung putri Ibu jika itu baik untukmu nak."
###
Seharusnya kemarin mereka pergi menjenguk Junhyuk, tapi saat pulang sekolah Haruto diharuskan mengerjakan remedial ulangannya. Hal itu membuat Jeongwoo kesal karena anak itu tidak selesai mengerjakan meski waktu sore sudah tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Ghost || [BROTHERSHIP] ✔️
Fiksi PenggemarKata orang ada alasan kenapa arwahmu masih gentayangan, itu berarti ada masalah yang belum kau selesaikan di dunia atau kau tak tahu sebab apa kau meninggal. Tapi dalam kasus Sungwoon berbeda, ia merasa sudah mengetahui segalanya, seharusnya ia suda...