ReLia ~ 3

332 37 49
                                    

"Perasaan itu memang tidak bisa dipaksakan, tapi aku harap kamu bisa membuka hatimu untukku."

-Fahreza Mahendra-

*****

Langkah Lia mendadak terhenti. Cewek itu menegang saat melihat kakak kelasnya yang akhir-akhir ini mendekatinya tengah berdiri didepan kelasnya.

"Misi kak, saya mau pulang." kata Lia, sopan. Cewek itu bahkan sampai menunduk agar terlihat sopan oleh kakak kelasnya itu.

Reza tersenyum, menarik pelan lengan Lia. "Ikut gue, ada yang pengen gue omongin."

Lia menganggukan kepalanya. Lebih baik dituruti daripada entar makin ribet.

Keduanya berjalan menuju taman belakang sekolah. Lia, cewek itu meremas jari-jarinya saking gugupnya. Pasalnya sekarang mereka berdua tengah menjadi tontonan para siswa-siswi yang belum pulang.

"Duduk." perintah Reza saat keduanya sudah berada ditaman belakang sekolah. Reza menyuruh Lia duduk disalah satu kursi kayu yang berada ditaman itu.

"Ada apa ya kak?" tanya Lia, to the point.

Reza menghela napasnya kasar kemudian menatap lekat kearah Lia membuat cewek itu risih.

"Maaf kak, tapi tolong jangan liatin saya segitunya." protes Lia.

Reza terkekeh. Tangannya bergerak mengacak-acak rambut Lia.

"Kak!"

"Maaf Lia." sesal Reza.

"Em...jadi gini gue pengen nanya sama lo, tapi jawab jujur ya." ujar Reza.

"Lo taukan gue ini suka sama lo." Lia menganggukan kepalanya. Emang benar toh dia tau kakak kelasnya ini menaruh rasa padanya.

"Kalau lo ada gak rasa sama gue?"

Pertanyaan itu. Pertanyaan yang paling dihindari oleh Lia. Sahabatnya juga sering bertanya tentang itu tetapi Lia tak pernah menjawabnya sekalipun.

Lia diam. Matanya menatap takut-takut kepada Reza.

"Jawab aja, gue gak marah kok." kata Reza lembut.

Lia menggelengkan kepalanya. Reza mendesah berat, kemudian cowok itu menunjukkan senyumnya. Sudah Reza duga sebelumnya pasti jawaban cewek didepannya ini tidak.

"Ya udah gak papa, tapi nanti belajar ya buat suka sama gue." kekeh Reza sambil berjalan meninggalkan Lia yang tak bergerak sedikitpun dari tempatnya.

*****

Keesokan harinya, Lia pergi kesekolahnya menggunakan motor putih kesayangannya. Cewek itu memarkirkan motornya disamping motor besar milik Reza.

Menghela napasnya, Lia mulai melangkahkan kakiknya keluar dari tempat parkir motor itu. Rasanya Lia benar-benar malu untuk bertemu dengan Reza. Dia masih ingat betul wajah kecewa kakak kelasnya itu kala dia menggelengkan kepala menjawab pertanyaannya.

"Lia ngelamun?" tanya Kia mengagetkan Lia. Cewek itu juga baru keluar dari tempat parkir motor.

"Kapan lo datang?" tanya Lia heran.

Kia mengerucutkan bibirnya kesal. "Ih masa Lia gak liat Kia lewat sih." sewotnya.

"Lo gak sama Ana?" tanya Lia lagi. Biasanya juga Kia sama Ana selalu bareng. Duduk aja mereka sebangku loh.

"Kia kan sama Ana kalau pulangnya aja bareng. Kalau berangkat enggak, kecuali ntar ketemu dia di pinggir jalan." jawab Kia polos.

Lia menoyor kepala cewek itu pelan. "Sembarangan aja ngomong. Emang Ana itu sampah apa sampai nemu dipinggir jalan."

Tak terasa keduanya sudah sampai didepan kelas.

"Lia itu Reza." kata Kia menujuk kearah Reza yang sepertinya habis dari kantin.

Degh

Jantung Lia berdetak cepat saat matanya dan mata Reza saling tatap. Demi kesehatan jantungnya, Lia segera memutuskan aksi tatap mata mereka. Kalau enggak bisa-bisa jantung Lia copot.

"Acieeeee." Lia menatap garang Kia dan Ana yang tengah menggodanya. Lia yakin pasti kedua sahabatnya itu melihat aksi tatap mereka berdua tadi.

"Apaan sih kalian berdua. Kia masuk kelas yuk, taruh tas dulu." kata Lia. Kia hanya mengikuti langkah kaki Lia dari belakang.

Diluar kelas Ana berdecak kesal, kenapa dirinya ditinggal? Apa salahnya coba? Dasar teman-teman kampret.

"Kuampret kalian. Baby Ana ditinggalin." kata Ana kemudian ikut masuk kedalam kelas.

*****

Reza duduk dikursi kayu panjang yang berada didepan kelas 11 IPS A. sekarang jam istirahat, kedua temannya mengajaknya kekantin tapi cowok itu tak ingin ikut.

Dari sana Reza bisa melihat Lia dan keempat temannya yang tengah bercanda didepan kelas cewek itu. Reza tentu saja mengenal teman-teman Lia, semua tentang Lia pokoknya Reza tau. Nah kalau Lia, kayanya kebalikannya deh.

Reza tak ingin menampakkan dirinya didepan cewek itu. Dia hanya memperhatikan cewek itu dari kejauhan. Reza tengah memberi waktu pada Lia agar cewek itu mulai membuka hati untuknya.

Jujur saja, selama dia menantikan cinta Lia, Reza sering berpacaran dengan adik-adik kelasnya dan terkadang teman sekelasnya. Dia berpacaran dengan mereka bukan karena cinta tapi pelampiasan belaka karena kesal ditolak Lia mulu.

Lia ini merupakan cinta kedua Reza. Cinta pertama Reza adalah Anisa Maharani, mantannya waktu kelas 10 SMA. Jujur saja, sebenarnya masih ada sedikit rasa didalam hatinya untuk Nisa, mantannya.

"Menunggu itu memang membosankan. Tapi untuk menunggu mu tidak akan ada kata bosan."

*****

"Hari ini jadikan kerumah Ana?" tanya Kia pada kedua sahabatnya. Mereka kini berada diparkiran sekolah.

"Tanya aja dia." Lia menunjuk kearah Ana membuat gadis itu menyeritkan keningnnya.

"Kok gue?" tanya Ana heran.

Kia mendorong pelan kepala Ana membuat cewek itu meringis. "Kan janjiannya dirumah Ana. Gimana sih?" decak Kia, kesal.

Ana terkekeh. "Jadi dong." ucapnya semangat.

Kia memasang helmnya sementara Lia menghidupkan motornya. Rumah Lia dekat dari sekolah jadi cewek itu males katanya pakai helm segala. Kalau rumah Kia itu cukup jauh dari sekolah.

"Bye bye Lia." kata Kia pada Lia.

Lia menganggukan kepalanya. Menatap kearah motor yang dikendarai kedua sahabatnya itu. Setelah itu cewek itu juga mulai mengendarai motornya.








---TBC---

ReLia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang