ReLia ~ 5

250 27 17
                                    

"Disaat aku mulai melupakanmu dan mencari yang baru, kenapa engkau harus kembali?"

-Fahreza Mahendra-

*****

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

Tubuh Reza menegang. Cowok itu menatap kearah gadis didepannya ini, dia takut cewek didepannya ini akan menolaknya lagi.

"Maaf kak, gue gak bisa."

Dan sesuai dengan bayangannya, cewek didepannya ini menolaknya lagi. Meski hatinya sakit tapi Reza tetap mencoba tersenyum, lebih tepatnya senyum paksaan. Siapa sih yang tidak sakit hati saat orang yang dicintai menolaknya?

"Gak papa. Lanjut geh makannya." kata Reza sok tegar.

Lia mengangguk takut-takut.

Sekarang keduanya tengah berada disebuah cafe yang berada tak jauh dari rumah Lia. Ditolak oleh Lia untuk yang sekian kalinya tidak membuat seorang Fahreza Mahendra menyerah.

"Gue permisi ke toilet dulu ya." kata Reza lagi.

Tanpa menunggu jawaban dari Lia, cowok itu langsung beranjak pergi menuju toilet.

"Please, jangan sekarang." guman Reza saat sudah sampai ditoilet. Tangan cowok itu mengusap sesuatu berwarna merah yang mengalir keluar dari dalam hidungnya. Darah.

*****

"Sorry, lama ya?" Reza mendudukan bokongnya dikursi yang tadi dia duduki.

"Gak papa, santai aja."

Hening.

Tidak ada pembicaraan diantara kedua mahluk berbeda jenis kelamin itu. Hanya ada suara dentuman sendok dan piring ketika bersentuhan. Reza yang malu karena lagi-lagi ditolak oleh Lia, sementara Lia merasa tidak enak karena lagi-lagi menolak kakak kelasnya itu.

"Pulang yuk, gue udah selesai lo juga kan." ajak Reza bangkit dari kursi yang dia duduki.

Reza memanggil salah satu pelayan untuk meminta tagihannya setelah itu cowok itu membayarnya.

"Ayo."

Lia mengiringi saja kakak kelasnya itu. Ada rasa kecewa dalam diri Lia saat Reza tak mengajaknya bicara sedikitpun. Bahkan saat mereka diperjalanan pulang Reza juga tidak mengajaknya berbicara.

"Makasih kak." ucap Lia setelah turun dari motor besar Reza.

Reza menganggukan kepalanya. "Sama-sama." Setelah itu cowok itu mengendarai motornya meninggalkan Lia yang masih berdiri didepan pintu gerbang rumah cewek itu. Dalam hati Lia bertanya-tanya, menurutnya ada yang aneh dari Reza.

*****

Drettt drettt

Ponsel Reza bergetar membuat cowok itu menghentikan langkah kakinya menaiki anak tangga rumahnya. Reza menyeritkan keningnya melihat sebuah nomer yang tidak dikenalnya menelponnya. Dalam hati Reza bertanya-tanya siapa gerangan yang menelponnya ini.

Dari pada penasaran, Reza memilih mengangkatnya.

"Hallo."

"Tunggu aku Reza, aku kembali."

Tuttt

Panggilan terputus secara sepihak. Jantung Reza berdetak kencang saat mendengar suara yang sudah tak asing lagi baginya. Dia kembali? Benarkah? Tapi kenapa disaat Reza sudah mulai melupakannya dan mulai mencintai cewek lain dia harus datang lagi dikehidupannya, membawa kembali perasaannya yang sudah dia kubur dalam-dalam. Sekarang dihati Reza tidak hanya ada nama Lia saja, tetapi juga ada nama cewek dimasa lalunya, Anisa Maharani.

Reza kembali bimbang, antara ingin mengejar Lia lagi atau kah dia kembali bersama masa lalunya yang jelas-jelas akan menerimanya. Jika boleh egois Reza ingin memiliki kedua cewek itu.

Arggghhh

Reza mengacak-acak rambutnya frustasi. Cowok itu memilih melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Sesampainya didalam kamar, Reza merebahkan tubuhnya diatas ranjang, matanya menatap kearah langit-langit kamarnya. Bayangan senyum Lia dan wajah cantik cewek itu menari-nari dalam otaknya membuat Reza tersenyum. Namun senyumnya berubah menjadi masam saat bayangan Lia tergantikan dengan bayangan dirinya dan Nisa dulu.

Reza mengusap hidungnya saat lagi-lagi darah keluar dari hidungnya. Cowok itu menatap lengan bajunya yang sudah dipenuhi dengan noda darah. Reza tersenyum kecut melihatnya.

*****

Pagi ini Lia sudah heboh sendiri dikamarnya. Cewek itu memakai dasinya dengan cepat lalu mengambil topi dan tasnya. Hari ini hari senin, seperti biasanya pasti akan diadakan upacara bendera. Lia tak ingin telat makanya gadis itu sedari tadi heboh sendiri.

Lia mengambil roti yang sudah disiapkan oleh mamanya diatas meja makan. Memakan roti itu secepatnya, Lia meminum susunya dengan cepat juga. Mama Lia menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putri satu-satunya. Pemandangan ini bukan lah hal yang langka seperti badak bercula satu. Pemandangan ini sering didapati oleh mama dan papa Lia pada setiap hari senin.

"Bye, ma pa, Lia berangkat dulu." pamit Lia pada kedua orang tuanya.

Mama dan Papa Lia menggelengkan kepalanya. Melihat tingkah putri mereka.

Lia sampai disekolahnya. Setelah memarkirkan motornya, Lia segera berjalan menuju kelasnya. Cewek itu meletakan tasnya lalu berjalan menuju Ana.

Lia mendudukan bokongnya dikursi Kia. Jangan tanya Kia kemana, cewek itu memang sering datang telat.

"Na, yang lain mana?"

"Belum pada datang." kata Ana tanpa menatap Lia. Cewek itu sibuk mewarnai kaligrafinya.

Lia ber oh ria. Cewek itu lebih memilih memperhatikan Ana.

*****

"Lama banget astaga." dumel Arif. Cowok itu meletakan tangannya dijidatnya, menandakan cowok itu kepanasan.

"Itu pidato apa ceramah sih." kali ini Bagas yang ikut mendumel.

Sementara Reza hanya menggelengkan kepalanya mendengar ocehan kedua sahabatnya. Bayangkan saja sudah lebih 1 jam mereka berdiri ditengah lapangan untuk melaksanan upacara bendera, dan sampai sekarang belum selesai juga. Ditambah lagi cuaca hari ini yang cukup panas membuat para murid mengeluh.

Sesekali Reza melirik kearah Lia yang nampak juga kepanasan seperti dirinya dan yang lain. Reza tersenyum kecil melihatnya.

---TBC---

Gue teh lagi diRS atuh
Tante gue lagi sakit, do'a in yan man teman semuanya

Di RS kg ada sinyal, jd susah pengn up, pdhl dri kemaren udh mau up. Dan sekrng gue bru up

Happy reading guys

Salam dri author
Azkiazulfa_

ReLia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang