"Aku dan kamu sudah berakhir. Tak akan ada lagi yang namanya kita."
-Fahreza Mahendra-
*****
Reza masuk kedalam rumahnya. Cowok itu menyerit ketika menemukan keberadaan sang papa. Tumben sekali papanya itu sudah pulang kerumah, biasanya jam segini masih asik berkutat dengan laptopnya dikantor.
"Assalamualaikum pa." Reza berjalan mendekat kearah sang papa lalu mencium punggung tangan pria paruh baya itu.
"Waalakumsalam Reza."
"Tumben pulang cepet pak?" tanya Reza basa-basi sambil mendudukan bokongnya disamping papanya.
"Ada keperluaan."
Reza hanya ber oh ria saat mendengar jawaban papanya.
"Gimana hubungan kamu sama Nisa?" tanya David kepada putranya itu.
"Alhamdulillah baik pa."
David menghela napasnya.
"Masih ada waktu buat kamu mikirin semua ini. Papa tau kamu udah gak cinta lagi sama Nisa."
Reza menggelengkan kepalanya. "Enggak pa, aku masih mencintai Nisa."
"Kamu yakin sama pertunangan ini?" tanya David serius.
Reza menganggukan kepalanya dengan pasti. "Aku yakin pa."
*****
Reza berdiri sambil menatap benda berbentuk persegi empat ditangannya ini. Cowok itu menghela napasnya lalu menatap kelas didepannya.
Nisa yang berdiri disamping Reza mengeratkan genggaman tangannya pada tangan cowok itu. Dia tau apa yang dirasakan Reza sekarang.
Reza dan Nisa masuk kedalam kelas 11 IPS A, kelas Lia.
Lia yang kebetulan saat itu hendak keluar dari kelas bersama sahabat-sahabatnya pun berhenti saat melihat kehadiran Reza dan Nisa dikelasnya.
"Hy kak, ada apa?" tanya Lia sesepon mungkin. Melihat tangan Reza dan Nisa yang saling bergenggaman membuat perasaan sakit muncul dihati Lia.
Nisa yang sadar arah kemana arah mata Lia langsung melepaskan genggaman tangannya dan Reza. Reza tentu bingung dengan cewek itu.
Nisa tersenyum kaku pada Lia.
"Gue cuma mau nyerahin undangan ini." kata Reza dengan nada datar.
Lia menerima undangan yang disodorkan Reza.
Rasanya sakit sekali saat Lia tau ternyata itu adalah undangan pesta pertunangan Reza dan Nisa yang akan diadakan minggu depan, tepat pada hari ulang tahun Lia. Baru disodori undangan pertunangan Reza dengan cewek lain saja Lia sudah lemah. Bagaimana kalau nanti cewek itu disodori undangan pernikahan Reza? Bisa bisa Lia depresi.
"Se..selamat ya kak." seceria apa pun Lia tetapi kelima sahabat cewek itu tau bahwa dia tak sekuat itu. Cewek itu sebenarnya sangat rapuh.
"Makasih ya Lia." balas Nisa dengan canggung. Nisa bisa melihat kesedihan dimata Lia.
Reza tak berkata apa-apa, cowok itu menarik pelan tangan Nisa agar keluar dari kelas yang terasa horor baginya.
Setelah kepergian Reza dan Nisa dari kelasnya air mata Lia luruh. Sekarang dia tak bisa lagi menutupi kesedihannya didepan sahabat-sahabatnya.
"Lia udah, jangan tangisin cowok brengsek kaya dia, diluaran sana banyak cowok yang lebih baik dari pada dia." kata Yola sambil mengelus lembut rambut panjang sahabatnya itu.
"Iya Li. Lagian apa sih yang lo banggain dari cowok itu? Ganteng? kalau kata gue sih kak Bagas juga ganteng. Pintar? banyak cowok pintar, gak dia aja. Tuh si Adit juga pintar. Apa hebatnya coba? Udah berengsek hidup pula." perkataan Nia tadi berhasil mendapat toyoran dari Kia, Ana, dan Yola.
"Tega lo pada." sinis Nia.
"Sumpah ya Lia, Kia nyesel pernah dukung Lia sama kak Reza. Dulu Kia pikir kak Reza itu baik, taunya enggak. Pengen Kia matiin jadinya tuh orang." kata Kia emosi.
Lia menghela napasnya. Sekarang dia sudah berhenti menangis.
"Kia ingat jangan balas dendam, biarin aja mereka. Gue gak papa kok." sahut Lia sambil tersenyum. Lia tau apa yang diucapkan Kia bukan sekedar ancaman doang, bisa menjadi kenyataan.
Kia itu tipe pendendam, tapi dia juga gampang memaafkan seseorang. Nah beda lagi kalau Yola, cewek itu lebih pendendam dari pada Kia. Dia bahkan tak segan membalas orang itu dua kali lipat dari apa yang dilakukannya.
"Bilangnya gak papa, tapi pas dikamar nangis bombay." cibir Ana lalu sahabat dari Lia itu berjalan keluar kelas dengan Ina.
Lia mengerucutkan bibirnya kesal. Sementara Kia, Nia, dan Yola terbahak mendengar ucapan cewek itu. Ana itu emang pendiam, tapi kalau sudah ngomong omonganya itu lebih pedas dari pada sekilo cabe. Nyelekit cuy!
*****
Sepulang sekolah Reza dan Nisa pergi ketempat butik tantenya Nisa untuk fitting baju dihari pertunangan mereka nanti.
"Gimana Za? Cantik gak?" tanya Nisa setelah keluar dari ruang ganti dengan menggunakan gaun putih yang panjangnya semata kaki.
Reza menatap Nisa tak berkedip. "Cantik banget."
'Apalagi kalau Lia yang makai.' batin Reza tanpa sadar.
Pipi Nisa merona setelah dipuji Reza. Cewek itu menatap Reza malu-malu.
"Tambah gemes." kata Reza sambil mencubit kedua pipi Nisa.
"Sakit tau."
"Za, kamu yakin?" Nisa bertanya serius pada Reza.
"Kenapa sih kalian selalu nanyain itu? Kalian ragu sama aku?" Reza mulai emosi. Kenapa setiap orang seperti tak percaya dengannya? Apa salahnya kalau Reza memulai lagi? Meski pun Reza masih tak yakin mampukah dia mencintai Nisa kembali?
"Bukan gitu Za. Aku cuma gak pengen kamu nyesel dikemudian hari." lirih Nisa sambil menundukan kepalanya. Cewek itu takut melihat kemarahan Reza.
"Gak. Aku gak akan nyesel. Kalau aku udah bilang ya, artinya aku siap menerima semuanya." Reza membawa tubuh Nisa kedadanya. Cowok itu membiarakan Nisa mencari kenyamanan didada bidangnya.
---TBC---
Makin deket makin deket
Vote dan comennya
Salam dari author
@azkiazulfa_398
KAMU SEDANG MEMBACA
ReLia ✓
Teen Fiction(Judul awal Penantian Cinta) Hanya kisah sederhana antara Reza dan Lia. Reza yang mengejar, dan Lia yang selalu menghindar. Disaat Lia mulai menerima kehadiran Reza, perempuan di masa lalu Reza justru kembali. Lalu, akankah Reza memilih Lia atau jus...