ReLia ~ 6

211 28 22
                                    

"Jika kamu punya masalah, ceritakanlah! Maka aku siap membantumu."

-Arif Dirgantara-

*****

"Ada apa?" Reza menatap cewek didepannya ini. Sebisa mungkin Reza bersikap ketus, padahal dalam hatinya ingin sekali Reza rasanya memeluk cewek didepannya ini lalu mengatakan kalau dirinya kangen dengan cewek itu.

"Santai dong Za, aku masih makan ini." jawab cewek didepannya ini.

"Cepat Nisa, gue sibuk."

Nisa menghentikan makannya. Cewek itu menatap kearah Reza. "Kamu kok jadi jutek gini, kenapa hem?"

"Gak usah basa-basi."

"Reza kamu berubah banget, kemana panggilan aku kamu dulu? Kenapa jadi gue lo? Aku ada salah ya?" tanya Nisa dengan wajah murung. Matanya mulai berkabut, pertanda cewek itu hendak menangis.

Reza mengepalkan tangannya erat-erat dibawah meja. Reza tak akan tahan melihat cewek yang disayanginya menangis.

"Maaf."

Dan pada akhirnya tembok yang dibangun oleh Reza runtuh juga. Sekuat apa pun dia ingin menghindar dari masa lalunya, dia tak akan bisa. Rasa itu masih ada walau perlahan tergeser dengan kehadiran Lia dihatinya.

*****

Reza mengacak rambutnya frustasi. Cowok itu merebahkan tubuhnya diatas ranjang king sizenya. Dia kembali teringat dengan percakapaan dirinya dan Nisa tadi waktu di cafe.

"Aku minta maaf sudah ninggalin kamu." Nisa menundukan kepalanya, takut melihat wajah Reza. "Aku terpaksa ikut ke Amerika. Mama Papa pindah kesana."

Reza diam. Tangannya kembali mengepal mengingat Nisa meninggalkannya dulu.

"Sekarang aku sudah kembali. Aku harap perasaan kamu masih sama." kata Nisa lagi.

Reza tetap diam. Perasaannya sudah terbagi, tapi jauh dalam lubuk hatinya dia masih mengharapkan Nisa.

"Gue pulang dulu." Reza bangkit dari kursinya, keluar dari cafe, meninggalkan Nisa seorang diri.

Ah, Reza benar-benar dilema sekarang. Tetap kah dia mengejar Lia atau kembali pada Nisa?

Reza sungguh pusing sekarang.

*****

Lia menatap kearah Reza yang duduk termenung dikursi depan kelas cowok itu. Sudah 5 hari Reza tampak cuek dengannya. Ada perasaan tak rela dalam hati Lia melihat Reza seperti itu.

Seperti ada bagian yang hilang dalam diri Lia. Lia sudah terbiasa dengan kehadiran Reza dalam hidupnya.

"Kenapa?" Lia tersentak saat Ana menepuk pundaknya. Cewek itu menggelengkan kepalanya.

"Gak papa." jawab Lia, kemudian cewek itu masuk kedalam kelasnya.

Ana menganggukan kepalanya. Menyusul Lia masuk kedalam kelas. Ana tak yakin Lia baik-baik saja, pasti ada yang disembunyikan oleh cewek itu.

Ana menggelengkan kepala melihat Kia yang tengah tertidur dimeja cewek itu. Ah, temannya yang satu ini memang suka tidur dikelas. Kadang bisa saja dijam belajar dia juga tidur.

"Tidur mulu dia." ucap Lia yang tiba-tiba saja sudah duduk dikursi depan Ana.

Ana mengangkat bahunya acuh. "Biasa."

*****

Arif menepuk punda Reza membuat cowok itu kaget.

"Apa?" tanya Reza.

"Gak papa." katanya nyengir. "Lo kenapa ngelamun?" tanya Arif lagi.

Reza diam. Dia bingung, haruskah dia menceritakan semua permasalahan pada sahabatnya ini.

Reza menatap Arif. "Gak papa." jawabnya.

"Gue tau lo boong Rez. Lo pasti ada masalahkan."

"Cerita aja, gue ini sahabat lo dari SMP." lanjutnya lagi.

"Dia kembali." kata Reza pelan.

"Maksud lo Nisa?"

Reza menganggukan kepalanya. "Hem."

Arif diam. Dia tau betul apa yang dirasakan sahabatnya sekarang. Arif masih sangat ingat dulu ketika Nisa meninggalkan sahabatnya ini. Cowok itu benar-benar mengenaskan. Disekolah cowok itu seperti patung hidup, tak ada ekpresi sedikitpun. Dingin tak tersentuh.

"Gue harap lo gak akan jatuh kedalam lubang yang sama lagi." kata Arif. Cowok itu berlalu dari hadapan Reza.

Reza termenung. Dia tau betul makna dari perkataan Arif tadi. Sahabatnya itu tak ingin membuatnya sampai merasakan luka lagi.

Tess

Reza menengadahkan kepalanya saat lagi-lagi darah segar keluar dari hidungnya.

"Astaga lo mimisan Za." pekik Bagas. Sahabat Reza itu segera membawa Reza ketoilet siswa.

"Gue gak papa Gas." kata Reza lemah. Cowok itu tak ingin membuat sahabatnya khawatir.

"Gak papa gimana. Muka lo pucet gini. Lo itu gak bisa berpikir keras, entar lo drop lagi. Lo mau dirawat diRS lagi?" omel Bagas layaknya emak-emak mengomeli anaknya yang tak mau minum obat.

Reza diam. Dia memang tidak boleh banyak pikiran. Dia bisa langsung drop. Contohnya seperti sekarang, dia mimisan dan kepalanya sakit.

"Udah biasa gue Gas. Udah 3 tahun gue kaya gini." Reza memandang lantai ubin toilet. Cowok itu tersenyum getir.

Bagas menepuk pundak sang sahabat. "Jangan pantang menyerah Za, gue yakin lo bakal sembuh."

"Lo tau kan kata dokter waktu gue idup gak lama lagi."

"Dokter itu cuma manusia biasa. Yang nentuin lo hidup dan mati itu Tuhan, bukan dokter."

"Tapi tetap aja gue takut Gas."

"Gue pengen lo semangat Za, bukan kaya gini. Kalau lo mati nanti siapa yang jagain Lia." canda Bagas.

Reza tertawa mendengarnya. Bagas ikut tertawa melihatnya, seenggaknya sahabatnya ini bisa tertawa lagi.

"Pesan gue lo harus tetap semangat. Banyak yang sayang sama lo Za."


---TBC---

wih Reza sakit apa tuh

Selamat membaca, mohon vote dan comennya

Thank You

ReLia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang