DUA PULUH ENAM

2.8K 146 38
                                    

Setelah bercanda dengan teman temannya dikelas, Shannon berencana untuk mengejutkan Vano yang kata Gilang sedang menghabiskan waktu istirahatnya di lapangan belakang sekolah tapi ternyata dia sendiri yang malah dikejutkan oleh Vano. Terlihat dari jauh, Vano sedang berada di pelukan Patricia, si kakak kelasnya itu. Rasanya begitu sakit saat melihat mereka berdua sedang berpelukan seakan-akan sedang berselingkuh di belakang Shannon tapi, Shannon kembali mengingat status hubungannya dengan Vano. Dia tidak pantas untuk marah dan cemburu.

            Air mata Shannon rasanya ingin menetes tapi dengan cepat dia menahannya. Dia bukan siapa-siapa nya Vano jadi buat apa juga dia cemburu. Mungkin bagi Vano, Shannon hanya seorang anak kecil yang bisa di mainkan dan di beri janji-janji palsu. Shannon berjalan menjauh dari lapangan. Apa ini saatnya untuk menutup diri dengan Vano? Sepertinya cowok itu hanya kasihan padanya—untuk sesaat. Apa karena dia melihat Shannon yang sudah mengejarnya selama setahun ini atau mungkin karena Shannon adalah teman masa kecilnya jadi dia merasa tidak enak dan untuk menutup nya, dia melayangkan janji-janji untuk Shannon sebagai kalimat penenang saja?

            Rasanya ingin mempercayai itu semua tapi, Shannon merasa kalau Vano tidak mungkin sebrengsek itu. "Sakit ya?" kata Rangga yang menyenderkan punggungnya pada salah satu tembok yang ada di dekat Shannon.

            Shannon menatap Rangga dan tersenyum sedih, "Udah biasa, tapi mungkin ini yang terakhir kalinya."

            "Yakin ini yang terakhir? Gue rasa hati lo nggak mungkin mau mengakhiri ini semua."

            Shannon membenarkan apa yang barusan Rangga katakan dalam hatinya. Rasanya berat untuk mengakhiri semua perjuangannya selama setahun ini. "Mungkin dia cuman kasihan sama gue jadi dia deketin gue, mungkin juga dia cuman anggep gue sebagai teman masa kecilnya jadi dia mulai deketin gue. Tapi lucu ya, dia bilang katanya gue cinta pertamanya."

            Rangga berjalan mendekati Shannon, "Jangan mikirin dia lagi kalau dia hanya ngebuat lo sakit hati. He is not worth it for your tears."

            "Menurut lo gue harus gimana, Ga?" tanya Shannon.

            "Coba lo test dia, kalau emang dia beneran sayang sama lo. Dia sendiri yang bakalan datengin lo, bukan sebaliknya," jawab Rangga.

            "Ta-tapi berat, Ga," Shannon menitikkan air mata kesedihannya itu. "Gue merasa seperti cewek murahan yang dikasih kalimat penenang langsung senang, yang di bilang cinta pertama langsung tambah baper sama dia."

            "Gue tau, udah nggak usah bahas itu lagi," jawab Rangga, dia membawa Shannon ke dalam pelukannya. "Jauhin dia untuk sementara waktu ya."

            "Kenapa gitu?" tanya Shannon yang masih menangis.

            "Gue udah anggep lo sebagai adik gue, gue nggak mau lo di sakitin sama cowok bajingan kayak dia jadi gue minta lo untuk mundur dulu perlahan, gue mau lihat dia kayak gimana nantinya. Kalo dia emang beneran serius sama lo, he will come to you at the end of the day." Rangga menaruh dagunya sendiri di atas kepala Shannon sembari memeluknya.

            Untuk siang hari ini, Rangga menjadi saksi bisu kesedihan yang dirasakan oleh Shannon dan di dalam pelukan Rangga, Shannon menumpahkan kesedihannya.

•••

Bel pulang sekolah sudah berdering sedari tadi tapi, Shannon belum juga keluar dari dalam kelasnya. Dia terduduk disana sambil menatap ke depan papan tulisnya, membiarkan semua teman sekelasnya untuk keluar terlebih dahulu. Dia rasanya tidak mempunyai tenaga untuk membereskan barang-barangnya ataupun untuk berdiri keluar dari dalam kelasnya.

COOL BOY VS CRAZY GIRL | ABIJAYANTO SERIES#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang