TIGA PULUH LIMA

2.6K 128 40
                                    

Shannon merasa dirinya sudah kembali, entah dari mana kekuatan dalam dirinya muncul kembali. Dia merasa kalau dia tidak boleh lama-lama terpuruk dan menangisi orang yang sama sekali tidak pantas di tangisi. Shannon berjalan menyusuri hutan, dia berjalan di depan bersama Liam yang sedari tadi menggerutu lelah. Di belakang Shannon, masih ada Cia dan Vano yang diam dan mengikuti langkah Shannon.

"Tau nggak, gue tuh udah cape banget!" keluh Liam lagi. Ingatkan Liam untuk menguliti panitia acara yang sudah membuat permainan pos dan membuatnya sangat lelah.

Shannon mencibir, "Dasar lemah!"

"Emangnya lo kuat?" tanya Liam.

Shannon terkekeh dan menyindir, "Di sakitin aja gue kuat, di tikung juga gue kuat kok. Masa cuman disuruh main pos kayak gini gue lemah?" Ya, sifat Shannon si tukang sindir, semena-mena, ceplas-ceplos sudah kembali dan hanya bisa membuat orang-orang yang di sekitarnya menggelengkan kepala mereka.

Liam merangkul Shannon dengan bangga, "Akhirnya Shannon si kuat datang kembali ya setelah di rasuki oleh si lemah!"

"Oh jelas dong! Ngapain gue nangis-nangis," kekeh Shannon walaupun sebenarnya dia masih sedikit sedih. Dia tidak mau Vano melihatnya menangis dan sedih seperti ini, tidak akan pernah terjadi. Dia harus menang dari siapapun.

Shannon menaruh tangannya di pinggang Liam seperti biasanya, "Doi aja bisa mesra sama SAHABATNYA , masa gue nggak bisa mesra sama SAHABAT gue. Ya kan?"

Liam menganggukan kepalanya, "Dunia milik kita berdua ya, Sye?"

"Kalian berdua pacaran ya?" tanya Cia dari belakang, berusaha untuk ikut masuk ke dalam pembicaraan kedua adik kelasnya itu.

Shannon menengok ke belakang tanpa melepas tangannya di pinggang Liam, "Kita sih sahabat tapi mesra, kayak lo dan Kak Vano," sindir Shannon halus.

"Maksud lo?" tanya Cia bingung.

Shannon tersenyum penuh arti, "Well, you heard me." Shannon mengalihkan pandangannya ke Vano, tatapan mereka saling mengunci selama beberapa detik sampai akhirnya Liam menyadarkan Shannon dan dia kembali berjalan seperti biasa.

"Sye, lo mau jadi pacar gue nggak?" gurau Liam. Dia tidak mempunyai maksud tertentu dengan mengatakan itu, dia sendiri pun tahu kalau Shannon akan menganggapnya sebagai candaan.

Shannon menjitak kepala Liam, "Pacar-pacar, mau fokus pendidikan dulu gue."

"Bagus deh kalo lo mau fokus sama pendidikan dulu, gue support lo kok." Cia tersenyum hangat tapi di balik kehangatan itu, ada maksud tersembunyi di dalamnya.

"Oh ya? Support ya? Gue juga support lo kok sama Oscar, kalian sama-sama cocok untuk satu sama lain." Shannon tersenyum ke belakang dan melanjutkan perkataannya, "sama-sama brengsek," ujar Shannon pelan.

Vano dapat mendengar itu dan langsung saja memperingati Shannon, "Watch your mouth!"

"My bad," Shannon menutup mulutnya sendiri dengan tangan kiri nya, "Satpamnya marah."

Liam terkekeh, "Jangan ganggu pasangan yang belakang, satpamnya galak!"

"Iya nih, jadi takut," Shannon terkekeh, meledek kedua orang yang ada di belakangnya secara tidak langsung.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di pos satu. Di sana ada dua orang laki-laki yang memegang bendera Indonesia di tangan kanan. Mereka semua mengenali siapa laki-laki itu.

COOL BOY VS CRAZY GIRL | ABIJAYANTO SERIES#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang