TIGA PULUH SEMBILAN

2.7K 135 30
                                    

Semua orang-orang terdekat Shannon sudah berada di rumah sakit sekarang, menunggu hasil periksa dari dokter yang menangani Shannon di ruang gawat darurat. Angga menjambak rambutnya frustasi, "Harusnya dia nggak bacain speech dan harusnya dia langsung balik ke tempatnya!"

"Gue setuju sama lo, gue bego banget nggak bisa jaga dia!" Liam merasa bersalah.

"Lo!" Rangga mengalihkan pandangannya ke arah cowok yang sekarang sedang terduduk dengan raut wajah frustasinya, "harusnya lo nggak pernah buat Cia baper karena kalau Cia nggak baper sama lo, dia nggak bakalan berbuat yang macem-macem sama Shannon!" teriak Rangga marah, dia menarik kerah seragam Vano sedangkan Vano sendiri hanya bisa menatap Rangga datar.

"Harusnya Shannon nggak pernah kenal sama lo! Lo itu nggak pernah bawa kebahagiaan buat dia, buat apa lo deket sama dia kalau nggak pernah buat dia bahagia?!"

Harry menarik Rangga agar tidak membuat keributan yang lebih parah lagi, "Udah, nggak perlu salahin dia sepenuhnya. Ini rumah sakit, jangan buat kekacauan disini!"

Yang menusuk Shannon di sekolah dengan pisau adalah Cia. Sekarang Cia sudah diamankan oleh polisi dan sudah diinterogasi. Alasan Cia melakukan percobaan pembunuhan pada Shannon sangat sederhana, dia baper sama Vano dan mau Vano jadi cowok satu-satunya di dalam hidup dia. Alasan sederhana itulah yang membuat Shannon harus masuk ke ruang gawat darurat dan ditangani oleh tiga dokter sekaligus karena pendarahannya yang sangat hebat.

Liam menghela nafasnya berat, "Lo pada balik ke rumah aja, biar gue yang tungguin disini."

Angga menggelengkan kepalanya dan menatap Liam tajam, "Jangan pernah nyuruh gue untuk pulang, gue bakal nunggu disini sampai dia bangun!"

"Gue mau lo jauhin Shannon," kata Rangga pada Vano, dia tidak menatap Vano tapi Vano cukup percaya diri bahwa Rangga sedang bicara dengannya.

"Rang!" panggil Harry, dia tidak setuju dengan apa yang Rangga putuskan.

"Rang, gue nggak yakin kalau Shannon setuju dengan permintaan lo mengingat dia sayang banget sama ni cowo brengsek," tunjuk Liam pada Vano.

Vano tidak menggubris perkataan mereka semua karena yang terpenting untuk sekarang adalah Shannon-nya baik-baik saja. Dia sama sekali tidak menyangka kalo Cia—temannya yang hamil itu, akan mencelakai Shannon.

"Lo denger apa yang gue bilang kan? Jauhin dia!" ujar Rangga lagi.

Vano berniat untuk membuka mulutnya tapi kehadiran dokter yang baru saja keluar dari IGD memotongnya. Vano langsung berdiri dan menghampiri dokter laki-laki yang baru keluar itu, "Gimana keadaan Shannon, dok?!"

"Kalian semua beruntung, lukanya nggak terlalu dalam dan keadaan dia sudah stabil. Sebentar lagi dia akan di pindahkan ke ruang inap, apakah disini ada wali dari pasien?" jawab Dokter yang membuat semua orang disana bisa bernafas lega.

"Orangtuanya lagi jalan kesini, Dok."

"Baik, kalau gitu saya permisi dulu ya," pamit dokter.

Setelah kepergian dokter, Rangga langsung saja menatap Vano dengan tatapan tegasnya, "Gue minta lo jauhin dia setelah dia sadar. Gue harap lo setuju sama permintaan gue ini."

"Lo yakin minta kayak gitu? Shannon pasti akan ngamuk besar kalau tau itu, Rang." Harry memang benci dengan Vano tapi dia tidak mau merusak kebahagiaan Shannon nantinya.

Rangga menghela nafasnya gusar, "Kita lihat aja nanti ke depannya gimana." Sebetulnya dia sangat ingin mengusir Vano saat ini juga tapi, mengingat Shannon sangat mencintai Vano, dia jadi tidak tega.

COOL BOY VS CRAZY GIRL | ABIJAYANTO SERIES#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang