DELAPAN BELAS

3.1K 159 8
                                    

Sebuah Lamborghini Aventador merah berhenti di sebuah rumah bergaya minimalis. Vano keluar dari mobilnya bersamaan dengan Shannon yang ada di sampingnya, seorang pembantu keluar dari rumah itu menyambut mereka, "Langsung ke atas aja, Mas!"

            Vano berjalan lebih cepat ke sebuah kamar yang ada di lantai satu, dia membuka kamar itu tapi kamarnya masih terkunci. Keringat dingin sudah membasahi pelipisnya, tangannya mulai bergetar dengan sendirinya, takut akan sesuatu hal buruk yang bisa saja terjadi pada Cia, "Cia! Buka cepetan!"

            "Saya ada kunci cadangan, Mas!" seru Bibi yang menunjukkan kumpulan kunci ditangannya.

            Setelah berhasil membuka kamar itu, hal pertama yang di lihat oleh Vano adalah seorang perempuan yang sedang menatap kaca dengan penampilan yang sudah kacau, bahkan dia sudah memegang pecahan gelas ditangannya. Semua barangnya sudah berserakan di lantai, "Cia!"

            Shannon menutup mulutnya sendiri kaget, dia benar-benar tidak menyangka tentang postingan yang tadi dia lihat di instagram sangat mempengaruhi kakak kelasnya itu. Dia tau kalau akan berpengaruh, tapi dia tidak kira akan seperti ini.

            "Jangan kayak gini, please!" mohon Vano. Dia menyingkirkan pecahan kaca yang ada di tangan Cia dengan perlahan.

"Hidup gue udah hancur, Van. Udah bener-bener hancur," jawab Patricia dengan suaranya yang sudah melemah, "Gue hamil di luar nikah, semua orang udah tau bahkan ada yang ngepost foto gue dan jelek-jelekin gue di social media. Hidup gue udah nggak ada apa-apanya lagi, Van."

            "Siapa yang udah hamilin lo?!" Rahang Vano sudah mengeras, emosinya sudah memuncak.

            "Oscar, cowok brengsek itu yang udah hamilin gue dan nggak mau tanggung jawab!" teriak Patricia marah, air matanya menetes lebih deras daripada yang sebelumnya.

            Shannon terdiam di depan pintu kamar Patricia, dia menyaksikan kejadian ini dalam diam karena dia sendiri merasa tidak berhak untuk ikut campur. Tapi, ada satu hal yang dia sadari. Vano. Iya, Vano sangat peduli dengan Cia tanpa cowok itu sendiri sadari.

            "Gimana caranya kalian bisa ngelakuin itu, " tanya Vano ragu-ragu.

"Gue mabok, gue kacau, gue—"tangis Patricia kembali pecah, "gue kacau,Van! Apa yang bakalan terjadi sama pendidikan gue? Nyokap gue bahkan suruh gue gugurin kandungan ini dan nikah dengan cowok pilihannya sendiri. Kalau gue gugurin kandungan gue sama aja kayak gue ngebunuh orang. Iya kan, Van? Bener kan?"

            "Sye, gimana perasaan lo kalo lo kayak gue Sye? Apa yang bakalan lo pilih Sye?!" teriak Patricia histeris ketika dia melihat ada seorang perempuan yang masih menatapnya dengan tatapan terkejut dan bingung harus apa, "Gue ...  malu sama bokap gue, Van."

            Shannon berjalan mendekat ke kakak kelasnya itu dan memeluknya, membiarkan Patricia menumpahkan semua air matanya di dalam pelukannya, "Aku emang nggak bisa ngerasain jadi kakak karna aku bukan kakak, tapi yang perlu kakak tahu, apapun keputusan kakak nantinya, kita akan selalu support kakak." Shannon mengelus-elus punggung Patricia, "Kakak boleh nangis tapi nggak boleh kelamaan karena kesedihan itu nggak boleh di bawa terus di hidup kita, kita harus bisa ngelepasin hal yang bisa dibilang sebagai beban."

            Vano menatap kedua cewek yang di depannya itu, "Sye, gue titip Cia bentar karna gue harus hubungin bajingan itu buat langsung kesini!"

            Shannon menganggukan kepalanya mengerti. Sebelum Vano keluar dari kamar Patricia, Shannon memanggilnya dan kembali mengingatkan untuk tidak terlalu mengeluarkan emosinya.

COOL BOY VS CRAZY GIRL | ABIJAYANTO SERIES#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang