EMPAT BELAS

3.5K 156 11
                                    

Seorang cewek tersenyum ke arah Shannon dan Vano yang sedang berjalan menuju parkiran. Shannon mengernyitkan dahinya dan memfokuskan matanya untuk melihat nametag yang ada di kantong kiri seragam cewek itu, Anna. Perempuan bernama Anna itu langsung saja menaruh kedua tangannya di pinggang, "Kemana aja lo kak?! Gue tungguin dari tadi tau nggak! Cape nih!"

Vano menghembuskan nafasnya pelan, "Eh onta, harus banget ya lo disini? Mau ngapain lo disini hah?"

"Mau nebeng lah kak! Motor gue dibawa sama si Sean gara-gara dia harus ngejar abang siomay yang barusan lewat di depan gerbang, terus taunya dia nggak balik-balik sampe sekarang," adu Anna tanpa menyadari kehadiran Shannon.

Shannon menatap binggung kedua orang yang ada di depannya ini, apa hubungan mereka berdua sebenarnya sampai-sampai mereka nampak seperti orang yang sudah sangat akrab? Vano yang menyadari raut wajah Shannon yang binggung langsung saja menjelaskan, "Dia keponakannya mama gue, gue tinggal sama dia dan keluarganya setelah orangtua gue meninggal"

Shannon hanya membalasnya dengan ber-oh ria. Dia tau kalau orangtuanya Vano meninggal tapi dia tidak tahu kalau dia tinggal dengan om dan tantenya yang mempunyai anak perempuan yang juga bersekolah di sekolah yang sama.

"Lo Shannon Smith kan? Kok lo bisa barengan sama kakak gue? Kok bisa? Kok lo mau sama dia? Lo kan famous tuh, kok mau sih sama dia?" tanya Anna dengan satu helaan nafas.

Terlalu banyak pertanyaan yang ditanyakan oleh Anna sampai-sampai Shannon sendiri binggung harus menjawabnya dari mana ke mana, "Boleh tanya nya satu-satu?"

"Udah ah, lo terlalu bikin orang binggung, Na." Vano pun memegang tangan Shannon dan membawanya masuk ke dalam mobil nya. Sebelum itu dia juga membukakan pintu untuk Shannon agar cewek itu lebih mudah untuk masuk ke dalam mobil.

"Terus gue gimana kak? Lo tega liat adek lo yang cantik ini di culik sama nenek gerondong? Nggak kasihan sama gue?" Anna menyusul kedua orang yang ada di depannya saat ini.

"Kalo dia emang mau nebeng ke kakak, nggak apa-apa kok. Aku bisa naik taksi," kata Shannon yang merasa tidak enak.

"Nggak lah, harusnya dia yang naik taksi bukannya lo." Vano menatap Shannon, "Mau ke rumah gue gak?"

"Hah?" Shannon melongo.

"Udah, ikut aja ke rumah kita ... nanti juga Kak Vano anterin lo balik. Yang penting anterin gue dulu pulang. Mau tidur sama ngebucinin Jackson GOT7" ujar Anna yang langsung mengambil kunci mobil di kantung celana Vano dan masuk ke dalamnya.

"Ta-tapi Kak, aku malu—"

"Nggak usah malu, just be yourself."

•••

Rumah mewah bernuansa classic dan elegan ini adalah milik keluarga Bengawan. Mungkin kalian sendiri binggung kenapa namanya keluarga Bengawan bukannya keluarga Abijayanto seperti nama Vano. Kenyataannya adalah Vano itu anak dari kakak perempuannya Raina, mama nya Anna dan karena Raina menikah dengan Alexander Bengawan, nama belakangnya berubah menjadi Bengawan.

"Yok masuk~" ajak Vano.

"Kak, beneran harus masuk nih?" tanya Shannon yang ragu dan malu. Pertama kalinya dia datang ke rumah seorang cowok yang bisa di bilang gebetannya, seumur-umur ini pertama kali-nya Shannon ke rumah seorang cowok bahkan mantannya sekalipun tidak pernah mengajaknya untuk berkunjung ke rumah mereka.

"Iya beneran, ayo masuk!" ajak Vano lagi.

Anna menatap Shannon dari atas sampai bawah seperti sedang memindai Shannon, "Gue nggak nyangka sama lo, gue kira cewe the most wanted kayak lo itu nyalinya gede, eh taunya ciut kayak gini." Anna memandang Shannon rendah padahal awalnya dia sangat menyukai Shannon.

Shannon berdecih dan menatap Anna tajam, "Anak kecil kayak lo berani ngomong kayak gitu sama gue?" Shannon memang paling tidak bisa kalau diremehkan oleh orang lain, menurutnya orang lain tidak pantas untuk menghinanya ataupun meremehkannya karena mereka itu bukan siapa-siapa jadi mereka tidak mempunyai hak khusus untuk meremehkannya.

"Anak kecil?" Anna menyunggingkan senyuman sinisnya, "Lo berani bilang kayak gitu sama gue?"

"Lah? Emangnya gue harus takut sama lo? Emangnya lo siapa? Sorry to say aja nih, gue nggak ada takutnya sama lo, emangnya lo Tuhan sampe harus gue takutin?" kesal Shannon.

"Heh! Anak nakal, ngapain kamu ajak tamu ribut kayak gitu?" Seorang perempuan paruh baya datang dan langsung menjewer telinga Anna. "Pake acara ngeremehin orang lagi! Bunda udah bilang buat jaga sikap kan sama orang? Gimana kamu mau punya temen kalau kelakuan dan sifat kamu kayak gini?"

"Ahh ... sakit bunda!" Anna mengaduh kesakitan dan berusaha untuk melepas jeweran ibu nya itu.

Raina—mamanya Anna, menyunggingkan senyuman manisnya pada Shannon, "Hai, kamu temennya Vano ya?"

"Iya bunda, dia temen Vano."

"Bunda kayaknya nggak asing liat wajah kamu, nama kamu siapa? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Raina ramah.

"Nama aku Shannon Smith, Tante." Shannon melebarkan senyumannya dan menjabat tangan Raina dengan sopan.

Raina nampak berfikir sebentar dan dia berhasil mengingat sesuatu, "Kamu temen masa kecil nya Vano dulu kan? Kamu dulu tinggal di sebelah rumah kakak Tante ya? Mama kamu namanya Michelle kan?" dia memberikan banyak sekali pertanyaan untuk mendapatkan kesimpulan.

Shannon menganggukan kepalanya perlahan walaupun dia sedikit ragu, "Iya, Tan. Mama aku namanya Michelle."

"Dia temen masa kecil kamu, Van!" pekik Raina girang seperti baru saja bertemu dengan artis idolanya.

"Hah? Temen masa kecil Vano?" Vano bingung sendiri dengan perkataan Bundanya itu. "Bener lo temen masa kecil gue?" Vano menoleh dan bertanya.

Shannon tersenyum memperlihatkan sederet gigi putihnya itu, "Iya, Kak."

"Kok nggak pernah bilang?" tanya Vano.

Shannon mengerlingkan matanya ke samping kanan, "Biar Kakak sadar sendiri aja sih."

"Pantesan lo nggak kaget waktu gue bilang orangtua gue meninggal, lo Shannon yang suka ngepang rambut itu kan? Yang bawel banget?"

"Iya Kak, udah inget sekarang?"

"Aduh Vano, gimana sih kamu! Masa temen sendiri nggak sadar? Parah banget kamu, Van," kata Raina.

Vano menggaruk belakang kepalanya, "Sorry ya Sye, gue nggak nyadarin lo dari dulu."

"Nggak apa-apa kok Kak, kakak inget janji kakak dulu ke aku pas kecil?" tanya Shannon penasaran, hal yang paling membuat dia penasaran cuman satu. Apakah Vano masih mengingat janji mereka dulu? Janji yang berhasil membuat dirinya bertahan sampai sekarang.

"Kalian ngobrol nya di dalem aja ya, Bunda masak banyak loh!" Raina melebarkan senyumannya dan membukakan pintu rumahnya lebih lebar dari sebelumnya.

"Bunda! Lepas dulu dong ini jewerannya sakit tau!" oceh Anna yang kupingnya masih di tarik oleh Raina.

"Biarin aja, kamu jadi anak itu jangan nakal. Ayo masuk!" Raina menggiring Anna masuk ke dalam.

"Ayo masuk, Sye!" ajak Vano, dia menggengam tangan Shannon dengan erat seakan-akan dia tidak mau terpisah barang sejenak dengannya.

COOL BOY VS CRAZY GIRL | ABIJAYANTO SERIES#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang