TIGA PULUH ENAM

2.6K 123 33
                                    

Setelah melewati beberapa pos dan melakukan beberapa tantangan, Team Shannon sekarang berada di air terjun yang artinya sebentar lagi mereka akan sampai di tempat tujuan mereka.

"Gue udah laper banget nih!" keluh Liam lagi seperti biasanya. Dari awal perjalanan sampai akhir perjalanan, Liam selalu aja mengeluh. Keluhannya juga beragam, contohnya, lapar, haus, kenapa dia jomblo, kenapa dia ganteng, kenapa dia harus ikut camping, kenapa dia harus sekelompok oleh orang-orang seperti Vano dan Cia.

Cia mengosok-gosokkan kedua tangannya seperti sedang memberikan kode pada orang yang ada di sampingnya itu, "Dingin."

"Udah pake jaket aja masih aja kedinginan!" cibir Liam, dia tidak suka dengan Cia. Sifat Cia benar-benar tidak bisa di tebak, kadang baik, kadang bersifat seperti jalang yang haus perhatian. Rasanya, Liam ingin membuang Cia ke jurang-jurang yang ada di hutan ini. Biarkan saja mayatnya membusuk disana.

Vano melepas jaket yang melekat di tubuhnya dan langsung memakaikannya ke tubuh Cia, "Pakai." Dia juga mengambil kedua tangan Cia dan menggosokkannya ke telapak tangan miliknya untuk menyalurkan kehangatan.

"Thank you," kata Cia yang diiringi dengan senyumannya.

Shannon yang tidak fokus karena melihat adegan itu langsung saja terjatuh ke tanah, kakinya sakit dan mulai bengkak, "Aw!"

"Watch your step, Sye!" Cia memperingati, lalu pandangannya beralih pada kedua telapak tangannya yang langsung di lepas oleh Vano. Melihat terjatuh, Vano langsung saja jongkok di depan Shannon, "Naik!"

"Nggak usah," tolak Shannon.

"Naik!" perintah Vano lagi.

"Nggak usah, gue berat," tolak Shannon. Ketika dia mau bangkit berdiri, kakinya sama sekali tidak bisa di ajak kerja sama. Dia merintih kesakitan dan meminta pertolongan temannya yang dia harap dapat membantu,"Li, gendong gue."

"Sorry to say aja ya Sye, gue lagi nggak ada tenaga sama sekali. Lo tau kan gue belom makan dari pagi?" Liam memohon maaf. Dia mau saja mengendong Shannon, tapi perutnya itu tidak bisa di ajak kompromi.

"Naik ke punggung gue, Sye!" perintah Vano sekali lagi dengan wajah datarnya itu. Dia menaikkan nada suaranya sehingga mau tidak mau, Shannon naik ke punggungnya.

Shannon menyembunyikan wajahnya di samping kanan leher Vano, "Maaf ngerepotin."

"Lo berdua jalan di belakang aja, biar gue sama si Cia yang mimpin jalan," tawar Liam, mungkin dia akan memberikan sedikit waktu bagi sahabatnya untuk berbicara dengan Vano. Anggap saja kalau Shannon sedang mendapatkan kesempatan dalam penderitaan.

Vano menganggukan kepalanya mengerti, "Tolong jagain Cia."

"Seharusnya yang jagain Cia itu bukan kita berdua, harusnya Oscar yang ada disini—but yes, gue bakal jagain dia kalo misalkan lo juga jagain Shannon," jawab Liam, dia menoleh ke Shannon yang masih menyembunyikan wajah merah padamnya itu di balik leher Vano.

Tidak ada percakapan diantara Shannon dan Vano sampai akhirnya Shannon yang membuka suara, "Katanya mau fokus ke Harvard, ngapain cari cewek lagi?"

"Gue nggak cari cewe."

"Bohong banget, terus ngapain deket-deket sama Cia? Suka sama dia ya? Makanya lo nolak gue secara halus? Kalau kayak gitu, ngomong aja dari awal. Pasti bakalan gue jauhin kok kalau orangnya Cia, kok," bohong Shannon.

COOL BOY VS CRAZY GIRL | ABIJAYANTO SERIES#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang