LIMA

3.9K 203 19
                                    

"Mak lampir ini yang suka sama Kakak dari dulu, tapi Kakak nggak pernah ngelirik sedikitpun. Seandainya aku bisa paksa kakak buat nerima perasaan aku kayaknya lebih bagus deh, tapi sepertinya nggak akan pernah bisa ya kak?"

            Vano menatap perempuan yang ada didepannya ini sendu, bukannya dia mau berbuat jahat dengan menolak Shannon, hanya saja dia tidak bisa. "Jangan banyak berharap sama gue, gue udah punya cewek yang harus gue jaga."

            "Ma-maksud kakak?"

            "Gue udah punya orang yang gue sayang, Sye."

            Shannon menahan air matanya, biasanya dia sangat tahan dengan kata-kata tajam dari Vano tetapi kenapa rasanya kali ini lebih sakit ya? Pernahkah kalian merasakan sudah lama berjuang, sudah kebal dengan kata-kata tajam dan semua sifatnya tapi, sekarang malah ditolak sebelum diperjuangkan?

            "Kakak bercanda kan?" Shannon terkekeh, menutupi rasa sakitnya yang mulai terasa, "Jokes nya lucu banget kak." Kali ini dia tertawa dengan canggung.

            "Gue nggak bercanda, Sye."

            "Dia siapa? Siapa cewek itu? Anak sini?"

            "Lo nggak perlu tau, Sye."

            "Aku perlu tau, Kak. Siapa perempuan yang mau kakak jaga hatinya?"

            "Gue nggak bisa kasih tau lo, Sye."

            Shannon mengangguk mengerti, dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan air matanya walaupun sebenarnya dia ingin sekali, "Aku mau ke toilet dulu ya, Kak, cepet sembuh."

"For your information, aku bakalan selalu ngejar kakak sampai aku sendiri yang lelah. Kakak nggak bisa ngatur ataupun nyuruh aku untuk berhenti hanya karna kakak punya orang yang harus kakak jaga hatinya." Setelah berkata seperti itu, Shannon benar-benar pergi dari hadapan Vano.

            "There's nothing I could do, Sye. I love her, not you."

•••

Rooftop sekolah

Shannon memejamkan matanya sekejap, mengambil nafas panjang dan membuangnya perlahan berusaha untuk menenangkan dirinya dan menghentikkan air mata yang keluar begitu saja. Dia tidak mau perasaan sedihnya mengambil alih hati dan pikirannya, dia tetap ingin berjuang untuk mendapatkan Vano. Dia tidak mungkin melepaskan Vano begitu saja mengingat perjuangan yang selama ini dia lakukan.

            "Sye, lo pasti bisa! Jangan nyerah, udah biasa kan lo dengerin hal-hal kayak gitu dari Vano? Mau dia punya cewek kek atau belum, sebelum jalur kuning melengkung itu tandanya masih bisa diperjuangin," kata Shannon menguatkan dirinya sendiri.

            "Mau kapan lo nyerah sih, Sye?" tanya Evelyn yang sedari tadi ada disana.

            "Sejak kapan lo disini?"

            Evelyn memutar bola matanya, "Badan gue udah segede gajah aja masih nggak keliatan? Lo ganggu belajar gue tau nggak?"

            "Belajar? Ini kan masih istirahat, emangnya lo nggak makan?"

            "Gimana mau makan kalau orang yang tadi ajak gue kantin, lari-lari ke UKS buat ngejar gebetannya yang lagi sakit," sindir Evelyn.

            "Iya dah, maap ye. Gue cuman khawatir aja sama dia."

            "Minggu depan kita beneran libur loh," kata Evelyn.

            "Padahal gue lagi semangat buat masuk sekolah. Semangat banget malah." Shannon berbohong. Dia tidak mau kalo Evelyn mengetahui suasana hatinya sekarang.

            "Semangat pale lo buntung, nggak mungkin seorang Shannon mau semangat buat masuk sekolah," cibir Evelyn.

            "Shannon, di cariin sama Bu Manda di kelas 12-1 sekarang and by the way, udah bel masuk," ujar Patricia, kakak kelas mereka yang baru saja datang menginterupsi perbincangan Shannon dan Evelyn.

            "Si mama kayaknya kangen deh sama gue, makanya di cariin terus," kekeh Shannon.

            Mama yang dimaksud adalah Bu Manda, guru BK sekolahnya. Entah kesalahan apa lagi yang di perbuat Shannon kali ini, dia sendiri juga tidak tahu.

Shannon mengetuk pintu kelas 12-1, "Misi Bu, ibu manggil saya?"

            "Akhirnya kau datang, anak nakal. Masuk cepat!" perintah Bu Manda dengan logat bataknya.

            Shannon pun menuruti guru itu untuk masuk ke dalam kelas, "Kenapa Bu?"

            "Minggu lalu saya dengar kamu membuat masalah dengan guru baru ya? Kamu itu ya, nggak bisa ya sehari aja nggak buat gaduh? Ibu sudah pusing melihat dan mendengar masalah kamu, Sye. Kapan kamu tobat sih?"

            "Ya elah, Bu, itu si Bu Dewi aja yang nggak jelas, yang bawa kodok kan bukan saya."

            "Gimana ceritanya sih kemarin? Gimana bisa kamu bawa kodok?"

            Shannon berdeham sebelum menceritakan kisahnya, "Jadi gini, Bu. Pada suatu hari ada seorang pangeran,"

            "Apaan sih kamu, Sye. Ceritain ibu yang bener!"

            "Ibu kepo nih sekarang?" kata Shannon dengan nada jenakanya.

            Semua kakak kelasnya hanya bisa menahan tawanya ketika Shannon berbicara, entahlah, Shannon seperti orang yang tidak punya otak dan mempunyai keberanian khusus karena bisa membuat Bu Manda si guru BK killer menjadi penasaran.

            "Kemaren itu si Angga yang bawa kodok nya, Bu," adu Shannon seperti anak kecil.

            "Kok bisa bawa kodok?"

            "Kata dia sih iseng, katanya dia mau lepas di kantor guru biar pada heboh tapi nggak jadi karena pas pelajaran si guru baru itu kodoknya malah lepas sendiri."

            "Bego amat cewek lo sih, Van," bisik Gilang ke orang yang ada di sebelahnya saat ini. Vano memperhatikan dan mencerna cerita yang Shannon ceritakan, entah kenapa dia merasa sangat ingin tahu. Ada apa dengan dirinya?

            Bu Manda mengernyitkan dahi nya binggung, "Terus kenapa Bu Dewi mikir kamu yang bawa kodoknya? Yang bawa kan Angga?"

            "Nggak tau Bu, dia sensi sama saya. Masa ya Bu, saya baru masuk kelas aja udah di pelototin. Kalo dengan tatapan bisa membunuh orang, mungkin saya udah mati sekarang, Bu."

            "Berarti yang salah disini Bu Dewi?"

            Shannon menganggukan kepalanya cepat, "Iya, Bu."

            "Kalau begitu, biar nanti saya jelaskan pada Bu Dewi kalau kamu tidak salah."

            "Yey! Makasih ibu cantik!" pekik Shannon yang langsung memeluk guru BK nya itu.

            Bu Manda mengulurkan tangannya untuk mengelus puncak rambut Shannon, "Belajar yang bener dong, Sye. Kamu udah kelas 11 loh!"

            Shannon menganggukan kepalanya, "Sye masuk kelas ya Bu, dadah!" Dia melepaskan pelukannya, tapi sebelum dia melangkahkan kakinya keluar dari kelas 12-1, dia baru sadar kalau ini adalah kelas gebatannya. Shannon berhenti dan mengedarkan pandangannya dan terhenti pada seorang cowok yang sedang menatap dirinya juga, "Semangat belajarnya, Kak Vano!" Mendengar itu, langsung saja satu kelas menggoda Vano termasuk dengan guru BK nya itu.

            "Cepat pacaran lah kau Vano sama Sye, biar dia bisa sembuh dari penyakitnya. Ibu selalu berharap yang terbaik buat dia," kata Bu Manda pada saat Shannon keluar dari kelasnya.

            "Penyakit?" tanya Vano dalam hati.

COOL BOY VS CRAZY GIRL | ABIJAYANTO SERIES#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang