DUA PULUH SEMBILAN

2.7K 130 12
                                    

Shannon berjalan ke arah rooftop sekolahnya, dia memutuskan untuk bolos dari pelajaran matematika sekarang. Entahlah, dia malas dengan gurunya dan juga pelajarannya. Lagian, pikirannya juga masih kacau karena hubungan abu-abu nya dengan Vano. Shannon membuka pintu masuk rooftop sekolahnya itu dan tatapan matanya langsung saja melebar saat melihat Patricia yang sedang merengkuh Vano dalam pelukannya.

            Dia tidak menyangka sama sekali kalau kedua orang yang notabane nya sebagai 'Kakak kelas paling rajin' bisa bolos dan melakukan adegan mesra di rooftop. Sudah kedua kalinya dia melihat adegan seperti ini. Hari ini sudah Shannon putuskan, dia tidak akan pernah mau membuka hatinya lagi untuk Vano. Sampai kapanpun tidak.

            Shannon membalikkan badannya dan tidak sengaja menyenggol botol beling yang ada di samping kanannya, "Shit!" umpat Shannon pelan.

            "Shannon, dari kapan lo disitu?" tanya Patricia canggung.

            Shannon tersenyum, bukan senyuman hangat, melainkan senyuman sinis yang dia layangkan saat dia bertemu dengan musuh-musuhnya, "Kenapa? Kok kayak kaget gitu?"

            "Gue nggak ada apa-apa kok sama Vano," kata Patricia yang merasa nggak enak hati dengan Shannon. Dia seperti merasa perlu menjelaskan sesuatu disini.

            "Ada apa-apa juga nggak apa-apa kok, gue nggak pernah ada hubungan sama Vano. Lagian, ini bukan pertama kalinya gue lihat kalian pelukan mesra kayak gitu." Shannon menekankan kalimat terakhirnya itu.

            Vano diam, dia hanya menatap mata Shannon. Dia tahu kalau cewek itu hanya berbohong, di matanya masih ada tatapan kecewa dan sedih. Dia sendiri juga tahu kalau dia yang membuat cewek itu seperti itu.

            "Kalian kayaknya butuh ngobrol berdua," ujar Patricia berniat untuk meninggalkan mereka berdua.

            "Oh, nggak perlu, gue mau masuk kelas aja daripada ngelihat adegan mesra lagi. Anyway, there is nothing we need to talk about, so I guess you can stay and accompany him with a hug," sindir Shannon secara langsung, lalu dia pergi meninggalkan Vano dan Patricia.

            Patricia menoleh ke arah Vano dengan perasaan bersalahnya, "Dia salah paham."

            Vano mengangguk, paham akan itu tapi apa yang harus dia lakukan? Dia sendiri juga bingung. Di satu sisi, dia sudah berjanji untuk fokus kuliah dulu baru ada hubungan dengan Shannon tapi di lain sisi, Shannon tidak bisa kalau belum diberikan status yang baru. Vano mengerti kalau Shannon membutuhkan status dan diberikan kepastian darinya.

            "Gue ngerti maksud Shannon, Van. Cewek itu emang butuh kepastian, nggak bisa lo gantung-gantung kayak gitu. Cewek itu bukan jemuran. Girls need attention also, Van. We need action instead of words."

            "Gue ngerti, tapi lo tau sendiri kalau gue itu mau fokus sama pendidikan gue."

            "Punya hubungan belum tentu mempengaruhi pendidikan lo, Van. Menurut gue, Shannon bukan tipe cewek manja yang perlu di temenin kesana-kemari sama lo, dia itu sama dengan kebanyakan cewek lainnya, dia butuh kepastian Van. Every girls need that."

            "Tapi gue nggak mau buat ayah gue kecewa, gue udah terlanjur janji sama ayah gue."

            "Ya itu sih terserah lo Van, yang penting jangan sampe lo nyesel nantinya. You are gonna lose your first love."Setelah berkata seperti itu, Patricia turun dari rooftop meninggalkan Vano sendiri dengan pikirannya yang semakin kusut.

•••

Setelah mendengar bel pulang sekolah berbunyi, Shannon dan teman-temannya yang lain langsung saja memasukkan peralatan sekolah mereka ke dalam tas mereka dan bersiap untuk pulang. Meninggalkan neraka yang menjelma sebagai sekolah. Shannon merogoh kolong mejanya, mencari-cari handphonenya yang barusan terasa getar di bawah sana.

COOL BOY VS CRAZY GIRL | ABIJAYANTO SERIES#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang