EMPAT PULUH SATU

2.8K 119 4
                                    

Hari ini Shannon sudah di perbolehkan untuk pulang setelah menghabiskan satu minggunya di rumah sakit untuk masa pemulihan. Liam dan Angga yang akan bertugas mengantarkan Shannon untuk pulang ke rumah karena Rangga sedang mendaftarkan dirinya ke universitas yang dia mau sedangkan Harry, dia sedang mengurus kucingnya yang sedang melahirkan.

            "Tau nggak sih, tadi Harry telefon gue katanya kucingnya teriak-teriak terus!" adu Liam pada kedua temannya itu.

            Shannon tidak berniat untuk membalas perkataan Liam, dia hanya menyunggingkan senyumannya kecil.

            "Ya namanya juga kucing lagi mau beranak ya teriak-teriak lah!"Angga memutar bola matanya. Kadang dia sendiri kesal kenapa teman-temannya itu sangat bodoh. Kenapa juga dia harus berteman dengan orang bodoh?

            "Nggak tau tuh, gue juga pusing denger ocehan dia. Pas kucingnya pembukaan aja tuh dia telefon gue karna dia sendiri panik pas liat kucingnya engep-engepan gitu." Liam mengambil kunci mobilnya yang ada di meja sebelah ranjang rumah sakit milik Shannon.

            Angga menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mengerti atas kejayusan teman-temannya itu. "Udah siap, Sye? Saat nya kita pulang!"

            Shannon mengganggukan kepalanya sekali.

            "Lo nggak cape diem aja Sye? Udah satu minggu lo jadi Shannon lain yang sama sekali nggak gue kenal dan selama satu minggu juga lo cuman ngomong seperlunya. Ini aneh, Sye." Angga sudah menahan untuk mengatakan ini selama beberapa hari terakhir, awalnya dia merasa bahwa tidak perlu menyampaikan ini semua tapi makin lama, dia jadi makin jenuh dan kesal atas terhadap sikap Shannon.

            Shannon terdiam, dia mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya dan bangkit berdiri.

            "Jangan jalan terlalu cepet, Sye. Nanti luka lo basah lagi!" Liam memperingati Shannon ketika Shannon hendak berjalan menuju pintu kamarnya.

            Angga menatap badan Shannon yang sudah keluar dari kamarnya dengan kesal. Bisa-bisanya dia di kacangin oleh perempuan itu. "Ngeselin banget itu orang, untung sahabat kalau nggak udah gue dorong dari lantai tiga puluh gedung rumah sakit."

            Liam tertawa, "Harus sabar, namanya juga habis putus cinta. Nggak ada orang yang ketawa sehabis putus cinta, kalaupun ada berarti orang itu udah gila."

            "Iya juga sih, tapi pas gue putus cinta gue biasa aja tuh," kata Angga bangga. Dulu dia pernah di tinggal oleh perempuan yang umurnya dua tahun di atas dia saat kelas sepuluh dulu. Mereka berpisah karena kakak kelas itu harus fokus kuliah di England jadi mau tidak mau mereka harus perpisah.

            "Hati cewe sama cowo itu beda, jadi kita nggak bisa samain sama rasa sakit yang kita pernah rasain dulu sama apa yang dirasakan Shannon sekarang. Jujur aja, menurut gue kisah percintaan Shannon dan Vano itu agak sedikit rumit."

            "Bukan rumit, mereka-nya aja yang bikin semuanya jadi ribet." Angga mendengus kesal mendengar apa yang di katakan Liam.

            "Mending kita susul aja dia," ajak Liam.

            Angga menganggukan kepalanya dan membawa tas baju Shannon. Mereka berdua langsung saja menyusul Shannon yang katanya sudah berada di parkiran. Terlihat dari jauh Shannon sudah berada di lobby menunggu kedatangan Liam dan Angga. Dia menatap lurus ke depan tepatnya ke pasangan yang sedang berjalan bersamaan, keduanya nampak sangat mirip dengan dirinya dan Vano karena cewek itu nampaknya sedang berusaha untuk mensejajarkan langkahnya dengan cowok yang ada di sebelahnya.

            "Rey! Jalan nya pelan-pelan dong, kaki aku udah sakit dari tadi ngejar kamu yang jalannya cepet banget," omel cewek yang tubuhnya sangat mungil.

            "Aku nggak minta kamu kejar aku, ngapain kamu kejar aku? Jangan pernah deket-deket sama aku, aku nggak pernah suka sama kamu!" jawab cowok itu dingin tanpa melihat cewek yang ada di sebelahnya.

            "Terserah, mau sampai kapanpun juga aku bakalan ngejar kamu. Pasti. Aku bakal pastiin kalau aku akan selalu ada di samping kamu, ngejar kamu, apapun yang terjadi. Kamu denger itu kan?" ujar cewek itu dengan tegas.

            Shannon membuang pandangannya dari pasangan tadi, dia mengatur air matanya agar tidak keluar dari ujung matanya itu. Tidak. Dia tidak boleh menangis lagi karena sudah cukup dirinya menangis. Dia meluruhkan tubuhnya ke lantai, menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya.

            "Ayo masuk, Sye," Liam yang baru saja tiba dengan Angga langsung saja membukakan pintu mobilnya untuk Shannon.

            Shannon mendongak dengan wajahnya yang sudah lelah, namun air matanya belum keluar. Dia memutuskan untuk masuk ke dalam mobilnya tanpa berkata apa-apa. Dia mengambil tempat di belakang.

            "Mau mampir dulu nggak Sye?" tanya Liam, dia menjalankan mobilnya dan keluar dari area rumah sakit. Dia menatap Shannon dari kaca tengahnya, melihat perempuan dengan pandangan kosong yang melihat ke arahnya.

            "Nggak, thank you," jawab Shannon.

            Untuk pertama kalinya dalam sejarah, mobil yang di tumpangi oleh Shannon hening. Biasanya, Shannon akan memutar lagu atau melontarkan lawakannya yang akan mengakibatkan orang-orang yang ada di mobil tersebut menjadi tertawa tapi tidak hari ini. Dia sedang tidak dalam mood yang baik untuk membuat orang-orang tertawa karena dirinya sendiri saja sepertinya sudah lupa bagaimana caranya tertawa.

            "Sye, lo tau kan kalau Vano udah ke Amerika?" tanya Liam, dia berusaha untuk memecahkan keheningan yang terjadi di mobilnya.

            Shannon tau. Dia tau dengan pasti kalau Vano sudah sampai di Amerika tepatnya Cambridge karena dia sempat melihat postingan instagram Gilang yang ternyata juga mengikuti jejak Vano untuk kuliah di Harvard.

            "Dia kuliahnya bareng sama Gilang, Gilang ambil jurusan hukum." Liam melirik Shannon dari kaca mobilnya itu, tidak ada reaksi dari Shannon. Liam menggerakkan bola matanya. Berpikir bagaimana caranya membuat Shannon ngomong dan kembali seperti orang yang biasanya.

            "Lo liburan kemana Sye?" tanya Angga.

            "Nggak kemana-mana," jawab Shannon dengan nada datarnya.

            "Jadi dua minggu ini bakalan lo habisin buat apa Sye? Dirumah? Nggak bosen? Mau pergi bareng aja nggak?" Liam langsung saja melontarkan banyak pertanyaan.

            Shannon hanya membalasnya dengan hembusan nafasnya lelah.

            "Sorry ya kalau gue jadi bawel." Liam tersenyum canggung. Dia merasa sedang berbicara dengan orang asing, sepertinya Shannon benar-benar orang asing sekarang.

            "Li, fokus nyetir aja bisa?" Shannon menatap Liam dari belakang.

COOL BOY VS CRAZY GIRL | ABIJAYANTO SERIES#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang