DUA PULUH

3.2K 163 15
                                    

Vano menunggu Shannon di dalam mobil karena Shannon harus mengantarkan Cia kembali ke kamarnya untuk memutuskan sahabatnya baik-baik saja. Menunggu itu membosankan apalagi menunggu hal yang tidak pasti, sangat membosankan dan melelahkan.

"Sorry Kak, nunggu lama ya?" Shannon membuka pintu mobil Vano, kemudian masuk dan duduk di samping Vano.

"Lama. Banget," jawab Vano dengan penuh penekanan disetiap kalimatnya.

Shannon meringis pelan lalu mengubah intonasi suaranya menjadi Shannon yang ceria sepeti biasanya, "Sorry ya kak jadi buat lo nunggu lama, tapi nggak selama gue nunggu lo jadi tertarik sama gue kok." Ada nada sedih dibalik perkataannya yang tentu saja bisa dirasakan oleh Vano.

Vano berdecak, lagi-lagi Shannon membawa tentang masalah hubungannya itu, "Buat itu gue minta maaf deh, habisnya gue kan nggak tau kalo lo itu cinta pertama gue. Coba aja gue bisa langsung ngenalin, langsung jadian kita."

"Jadi lo sekarang tertarik sama gue itu karna apa? Karena gue ngaku sebagai temen kecil lo? Ah males, nggak usah ngomong sama gue, Kak." Shannon melipat kedua tangannya di depan dada dan membuang pandangannya ke arah samping.

Vano terkekeh, "Ngambekan mulu, dasar bocah!"

"Bodo, nggak usah ngomong sama gue!" jawab Shannon ketus.

"Jangan ngambek dong, sayang." Vano mengacak rambut Shannon, "sekarang kita mau kemana? Makan yuk!"

Shannon hanya membalasnya dengan dehaman.

"Duh ... anak capa sih yang lagi ngambek." Vano mencubit pipi Shannon gemas dengan tangan kirinya.

"Anak sayton!" jawab Shannon malas.

"Beneran anak sayton? Jadi gue jatuh cinta sama anak sayton nih?" ledek Vano.

"Iya kali," balas Shannon jutek.

"Udah pernah denger cerita tentang anak muda yang meninggal duduk belum gara-gara ngambek?"

"Nggak pernah tuh."

"Hati-hati loh ... ngambek bisa membuat kita jadi mati muda loh."

"Nggak jelas lo kak!"

"Biarin, nggak jelasnya sama lo ini bukannya sama cewek lain."

"Emang bisa sama cewek lain kek gini?"

"Nggak bisa, gue kan jatuh cinta nya sama Shannon Smith bukannya sama cewek lain." Vano melirik sebelahnya sekilas sedangkan Shannon langsung saja menahan senyumannya itu agar acara ngambeknya tidak gagal. Mau taruh dimana kalau dia senyum disaat Vano hanya melontarkan gombalan-gombalan manis.

"Nggak usah nahan senyum gitu deh ya, gue tau kali kalo lo mau senyum," kekeh Vano.

"Sok tau lo ah!"

"Jadi mau gue apain biar nggak ngambek lagi?" tanya Vano yang sudah mulai kehabisan akal.

"Lo harus temenin gue bikin puding!"

"Hah? Puding?" Vano mengerutkan keningnya.

"Iya puding, bikinnya di rumah lo aja kak tapi sebelum itu kita harus mampir ke supermarket."

"Beneran nih? Kenapa nggak di rumah lo aja?"

"Dirumah gue lagi kosong banget nggak ada orang, nyokap bokap lagi rapat di Jepang."

"Padahal kesempatan loh kalo lagi sepi gitu," goda Vano, dia menarik turunkan alisnya sambil melihat Shannon.

"Kesempatan apaan? Lo mau mati muda dengan posisi duduk kayak yang tadi lo ceritain? Gue bisa kok buat lo mati duduk atau mau mati karna serangan jantung?"

"Emangnya bisa lo bunuh gue? Emangnya lo mau nanti jadi janda beranak dua?" kekeh Vano.

Shannon nampak berfikir, "Ya nggak apa-apa sih, gue kan cantik tuh ... pasti banyak yang mau jadi pengganti lo." Dia tersenyum meledek, "Harusnya tuh, mas ganteng yang di sebelah saya itu bersyukur, disaat saya menolak laki-laki yang gantengnya melebihi anda, saya justru malah setia dengan Mas Elvano loh!"

"Oh gitu ya? Jadi gue harus merasa bersyukur nih?"

"Ya iyalah!"

Vano mengusap kepala Shannon. Usapan penuh rasa cinta, sayang menjadi satu. Shannon hanya menatap dua pasang mata milik Vano dan dibalas dengan tatapan hangat dari Vano.

"Jadi kita ke supermarket dulu kan?" tanya Vano.

Shannon menganggukan kepalanya cepat.

•••

Pusat perbelanjaan selalu ramai didatangi banyak pengunjung pada hari sabtu seperti sekarang ini. Vano dan Shannon berjalan di tengah supermarket yang ada di salah satu mall Jakarta. Mereka bekerja sama dengan baik, disaat Shannon memilih bahan-bahan masakannya, Vano dengan setia ada di belakang Shannon mendorong keranjang.

"Kak, mau susu nggak?" tanya Shannon sembari menengok ke belakang.

"Nggak ah, lo kira gue anak kecil apa minumnya susu!" tolak Vano.

"Emangnya cuman anak kecil doang yang boleh minum susu?" cibir Shannon.

"Ya nggak juga sih tapi kan anak kecil yang banyak minum susu, kita mah yang udah gede nggak usah minum susu gitu-gituan!"

"Pantes bogel!" ledek Shannon padahal diri nya sendiri kalah jauh dari tinggi nya Vano.

Vano langsung saja berjalan ke arah Shannon dan merangkulkan tangannya ke pundakcewek itu, "Mau ukur tinggi nggak? Mau lihat perbedaan kita yang jauh ini?"

Shannon menginjak kaki Vano kencang sampai dia mengaduh kesakitan, "Sakit!" Vano mengelus kakinya sendiri dan menatap Shannon kesal, "obatin cepet!"

"Nggak mau! Siapa suruh ledek-ledekin gue." Shannon menjulurkan lidahnya.

"Oh jadi udah mulai bar-bar nih?"

"Dari dulu udah bar-bar kok, siapa suruh nggak pernah ngelihat gue!"

"Tapi sekarang udah dilihat kan?" Vano menaik-turunkan dahinya itu sembari menatap Shannon dengan tatapan menggoda sedangkan Shannon menggelengkan kepalanya tidak percaya, "Kenapa gue bisa suka sama orang kayak lo ya? Apa mungkin karena janji lo dulu sama gue?"

"Janji apaan?" dahi Vano bergelombang. Ia tidak mengerti apa yang Shannon bicarakan. "Gue pernah janji apa sama lo dulu?"

Moodnya mendadak berubah, "Lupain aja, nggak penting," ketus Shannon, dia langsung saja mengambil popcorn yang ada di samping kanannya. Dia marah, tentu saja dia marah karena Vano sepertinya lupa dengan perjanjian mereka itu.

Vano kembali ke tugas awalnya yaitu mendorong keranjang belanjaan mereka sambil berpikir tentang janjinya dulu bersama teman masa kecilnya yang juga merangkap sebagai cinta pertamanya itu.

COOL BOY VS CRAZY GIRL | ABIJAYANTO SERIES#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang