Tease Me

8.1K 246 6
                                    

Dengan menggunakan sweater, Sean terlihat tampan dan teduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan menggunakan sweater, Sean terlihat tampan dan teduh. Tidak seperti Sean yang kulihat satu jam yang lalu. Pikir Michelle. Mata birunya selaras dengan sweater yang dikenakannya. Sungguh seperti manekin yang amat sempurna. Apakah dia orang berbeda?

Ia menghampiri Michelle di kamar tamu penthouse-nya. Sean biasanya tidak bernegosiasi dalam urusan seperti ini. Entah kenapa ia malah menuruti keinginan Michelle. Padahal ia belum berarti apa-apa baginya.

Michelle mengenakan hotpants dan kemeja tanpa lengan berwarna putih duduk di sisi tempat tidur.

Sean membuka pintu kamarnya. Melihat Michelle yang terlihat kaget ketika melihatnya, ia pun tersenyum tipis.

"Apa aku begitu menakutkan?"
Tanya Sean diiringi senyumnya yang bisa meluluhlantakkan seluruh daratan.

"Entahlah." Sahut Michelle

"Kau lapar?" tanya Sean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kau lapar?" tanya Sean

"Sepertinya."

"Ayo kita makan malam di luar"

"Aku tidak punya gaun."

"It's okay. Kita bisa mampir ke salah satu store. Kau bisa pilih apapun."

Dengan mengendarai CCXR Trevitanya, Sean berhenti di salah satu toko brand ternama di kota X itu.

Dengan mengendarai CCXR Trevitanya, Sean berhenti di salah satu toko brand ternama di kota X itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Michelle tidak habis fikir kenapa pria semapan dan setampan Sean memilih kehidupan seperti ini. Ia bisa saja memilih wanita manapun yang dia mau. Menjadikannya wanitanya. Kenapa harus membuat hubungan yang rumit dengannya??

Dengan beberapa bisnis yang dimilikinya, ia bisa mendapatkan apa yang ia mau. Bahkan dengan sedikit 'ego' seperti yang tengah ia lakukan padaku. Ia tidak mengenal kata tidak.

Kedua orangtuanya ingin Sean mengambil alih perusahaan ayahnya. Namun Sean menolak karena ingin fokus sebagai dokter dan juga mengelola rumah sakitnya. Salah satu rumah sakit terbesar.

Setelah memilih beberapa dress, Mitchell menjatuhkan pilihannya pada dress berwarna nude dengan sepatu yang berwarna senada. Membuat penampilannya terlihat manis dan mempesona.

 Membuat penampilannya terlihat manis dan mempesona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Beautiful" ucap Sean. "Let's go!"

Sesampainya di restaurant, semua mata tertuju kepada mereka berdua. Seolah akan memakan hidup-hidup. Sean melingkarkan lengannya di pinggang Michelle dengan erat. Seolah berkata 'She's taken'. Pada para pria yang memperhatikan lekukan tubuh Michelle.

 Pada para pria yang memperhatikan lekukan tubuh Michelle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana keadaan ibumu?" Tanya Sean

"Mom membaik." Sahut Michelle

"Syukurlah."

"Berkat bantuanmu."

"Kapan kau akan pindah ke penthouse-ku?"

"Kau ingin aku pindah?"

"Tentu saja. Aku ingin dekat dengan mangsaku."

Oh Shit...

"Hm.. secepatnya... Aku akan berkata pada ibu dan adikku terlebih dahulu"

"Bagus"

"Tapi aku masih tetap harus melakukan aktifitasku. Aku suka anak-anak. Aku suka mengajari dan mendidik hal yang berguna untuk mereka. Itu impian dan mimpiku menjadi seorang guru."

"Yes of course. Tapi aku tidak akan mengijinkan jika kau masih bekerja di restaurant. Aku tidak suka seseorang memerintahmu selain aku."

"Akan aku pikirkan"

"Ini sudah keputusan final untuk hal itu."

"Okay Mr Bossy" sahut Michelle. "Why you're so bossy?"

"Because I am" jawab Sean. "Apa kau tau seberapa besar aku menginginkanmu?"

Michelle menggeleng.

"This bad... " Ia menarik Michelle ke arahnya. Mendekap tubuhnya. Menikmati setiap sentuhan yang digetarkan oleh gesekkan kedua kulitnya. Ia mencium bibir itu lagi. Bibir vanilla yang menggoda dan memabukkan. Ingin segera memiliknya, menjelajahinya dan merasakannya.

"Sean, kita ditempat umum."

Ia terus menciumku tanpa memperdulikan berpasang mata yang menatap kami.

"No body cares."

"Semua melihat."

"They're just jealous of me. Karena aku bisa mencium wanita secantik dirimu."





My Sex(y) DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang