The N(ego)tiation

7.5K 267 4
                                    

"Sean Evans" ucap lelaki bermata biru, berambut coklat, rahang kokoh dan tubuh kekar.

Ia mengulurkan tangannya. Memperkenalkan diri.

"Michelle Abraham" sambut Michelle

"Beautiful name. It's so fits you ." Mitchell menatap aneh pria tersebut.
"I'm a doctor and the CEO of this hospital also. Aku akan memberikan uang itu. " ujar pria dengan bertubuh setinggi 6,2 inch tersebut. "Tapi sebagai balasannya, kamu harus memberikan tubuhmu. You have to please me"

"What the hell... Lancang sekali kau??? Aku tidak sudi menjadi budak seks-mu." Tercabik harga dirinya seketika itu juga.

"Sekretarisku akan menyiapkan dana untuk operasi ibumu."

"Ofcourse, no" ujar Michelle "Itu gila. Kami tidak butuh uangmu Tuan."

"Apabila kau berubah pikiran hubungi aku. This is my card. Kirim nomer rekeningmu. Aku akan transfer uang yang kamu butuhkan."

"Aku tidak berminat ber-urusan denganmu dan uangmu. Go away!"

Pria itu menyelipkan kartu namanya di saku bawah sweaternya. Lalu meninggalkan Michelle yang masih belum yakin dengan apa yang didengarnya. Ia terpaku dan heran kenapa ada orang sebodoh, selancang dan serendah itu. Ia mengumpat. Ia menarik pikirannya sendiri tentang kesempurnaan yang dimilikinya. Ia tidak lebih dari pria kurang ajar dan maniak. Pikir Michelle.

Tapi ia tidak menarik akan kata yang tepat untuk menggambarkan sosoknya. Tampan. Andaikan ibunya tidak terkapar seperti sekarang ini pasti ia lebih liar lagi mengagumi ketampanan yang dimiliki pria itu.

Tampan tapi tak bermoral...Dasar Lelaki mesum. Pikirnya lagi. Huft...

Ava Alla as Claire

Claire berlari ke arah kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Claire berlari ke arah kakaknya. Sambil terisak. Ia menyeka air matanya dengan tersedu-sedu.

"Ada apa Claire?" Tanya Mitchell panik

"Kak... Mommy... Mommy kritis... Cepat temui Mommy kak."

"Ya Tuhan..."

"Ayo kak. Dia sudah tidak sadarkan diri."

Mitchell menatap ibunya yang bernafas dengan lirih. Ia tidak sanggup melihat sang ibu seperti ini. Ia bingung harus berbuat apa. Ia harus segera mendapatkan uang itu untuk operasi ginjal ibunya yang sudah semakin kronis. Ingin rasanya ia menjerit dan berlari. Lari dari kenyataan yang menyakitkan. Bekerja sebagai tulang punggung tidaklah berat baginya. Tapi melihat ibunya terkapar seperti membuatnya seakan tak berarti dan tak berguna. Entahlah... Ia harus melakukan apa.

Apa ia harus menerima tawaran pria 'gila' itu??? Ya Tuhan...

"It's me.. We need to talk." Akhirnya aku menyerah. Ini hal tergila dan yang terbodoh yang kulakukan.

"Okay. Kita ketemu."

Tubuh Michelle gemetaran saat ia memberanikan diri menemui pria itu.

Dengan mata birunya ia menatap wajah Michelle menyeluruh. Diperhatikannya bibir mungil nan merekah itu. Bibir yang mengundang untuk dinikmati. Dirasakan. Olehnya.

"Jadi apa yang harus aku lakuin untuk membuatmu senang?"

"Mudah sekali. Berikan tubuhmu. Setiap inchinya milikku. Tidak boleh berhubungan dengan lelaki manapun kecuali aku."

"Berapa lama aku harus menyenangkanmu?"

"Aku akan memberitahumu ketika aku bosan denganmu"

Damned!! He's the real jerk!!

"Dan sebagai imbalannya apa yang aku dapat?"
Tanya Michele datar.

"Aku kan berikan segala yang kamu inginkan. Uang, barang, rumah/apartment. Except the fucking 'love' words. 

"No love?"

"Yes. Cm kesenangan."

"Okay. No big deal. Aku pun tidak berencana untuk mencintaimu."

Author's Note:

Komen ya sist/bro biar lebih semangat lagi nulisnya. It's very important for my improvement. Leave your comment below. Tq

My Sex(y) DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang