Betrayal

3.7K 140 1
                                    

Pagi yang cerah. Aku terbangun dari tidurku. Suara burung terdengar sayup-sayup di telingaku. Melewati celah-celah jendela, udara segar memasuki ruang tidur kami. Kulihat dia masih terlelap.  Aku tidak pernah melihat ia tidur selelap ini. Ia masih memeluk tubuhku. Kulihat bulu matanya yang panjang begitu dekat dan nyata. Sungguh sangat tampan. Aku tidak ingin membangunkannya. Ia terlihat sangat kelelahan. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan kulihat ada 15 kali panggilan tak terjawab di handphonenya. Vanesha. Nama yang tertulis di layar. Berani sekali ia melakukan hal itu. Apa yang dia inginkan? Apa yang direncanakan? Karena tak juga mendapat respon, ia mengirimkan sebuah pesan yang sangat menohok hatiku.

Aku hamil anakmu, Sean.

Shock. Aku terduduk. Runtuh semua duniaku membaca pesan itu. Apa yang harus aku lakukan? Perempuan itu hamil. Aku tidak akan membiarkan seorang anak lahir tanpa Ayah. Sean harus bertanggungjawab akan apa yang ia lakukan.

Kenapa ia begitu bodoh bahwa ia percaya untuk jatuh cinta dengan pria ini? Melabuhkan hatinya. Menyerahkan cinta yang ia miliki. Ia mengutuk dirinya sendiri. Air mata jatuh berlinangan membasahi kedua matanya. Penuh sesal dan amarah menguasai dirinya. Ia tidak bisa tinggal diam disini. Ia tidak sanggup jika harus terus disini. Cepat atau lambat ia pasti harus merelakan Sean untuk perempuan itu.

Dua bulan menikah dengannya dan muncul masalah seperti ini. Ia tidak bisa bertahan lagi. Ini begitu berat baginya. Janin itu tidak berdosa. Dia berhak untuk hidup.

Ia membereskan segala barang-barangnya. Ia melangkah keluar dari kamar itu. Dari rumah itu. Kamar itu. Meninggalkan rumah yang menjadi saksi kisahnya yang baru saja dimulai.

Tanpa tujuan dan planing apapun. Ia hanya ingin segera pergi dari sana sebelum Sean bangun. Ia yakin Sean tidak akan melepaskan nya apabila tau ia pergi.

"Aku pergi. Bayi itu tidak berdosa. Kau harus bertanggungjawab. Aku ingin bercerai. Kau tidak perlu khawatir Aku akan mengembalikan semua uangmu nanti. Selamat tinggal."

Pesan terakhir yang aku kirimkan kepadanya. Aku mematikan ponselku begitu setelah mengirimkan pesan itu. Terlanjur hancur dan sakit hati. Aku tidak mau tersakiti lebih lama lagi. Sudah cukup baginya.

****
Sean POV

Fuck!!! Wanita brengsek itu menjebakku. Sudah bosan hidup dia. Aku tidak yakin jika anak itu benar anakku. Aku selalu 'save'. Tidak pernah sekalipun tanpa pengaman.

"Apa kau bosan hidup?"

"Sean akhirnya kau meneleponku." sahut wanita yang bernama Vanesha itu.

"Aku tidak merasa itu anakku."

"Ini memang anakmu. Kau ingat terakhir kali kita bertemu? Kau mabuk. Dan kita melakukannya. Tepat kau kembali dari bulan madu. Kau datang ketempatku dengan putus asa. Kau memaksaku untuk melayanimu. Kau mengira aku adalah istrimu."

Shitt!! Aku melupakan malam 'Sial' itu.

"Kau pergi sebelum aku menceritakan yang terjadi. Malam itu kau tanpa pengaman, Sean. "

"Aku tidak akan mengakui anak itu. Gugurkan. Kau tahu akibatnya jika tidak menuruti perintahku" ia lalu menutup ponselnya.

Brengsek! Brengsek! Ia mengutuk dirinya sendiri. Ia menghubungi Michele berkali-kali tapi gagal. Michele menonaktifkan ponselnya. Ia mencari ke sekolah tempat Michele mengajar dan rumah orangtuanya, ia tidak menampakkan diri disana. Ia seperti orang gila yang mencari kemana tanpa arah.

Kemana kau, Michele Bodoh! Ia tidak bisa meninggalkanku seperti ini. Ia menunggu di depan rumah orangtua Michele seperti orang gila. Ia kacau.

***

My Sex(y) DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang