06. Dengan Sang Iblis

26.3K 2.4K 174
                                    

Warning! Mature content.

•••

Sebenarnya kakiku terkilir atau patah sih? Kenapa sakitnya parah sekali!

Sudah sekitar 3 menit sang gadis bermarga Kim sibuk bergulat antara pikiran dan hatinya. Ia merasa sebal karena kakinya tidak kunjung terasa membaik walau sudah ia urut seperti biasanya. Ia ini sering menangani persoalan kaki terkilir, jadi sekarang ia tau ini tidak semudah yang di bayangkan jika mengurut kaki sendiri. Baiklah, Kim Yerim bukan seorang dokter saraf atau lainnya, maklum saja jika ia masih kebingungan sendiri.

Pintu ruangan yang tidak ia ketahui ruangan apa tersebut terbuka kembali, tentu saja dibuka oleh sang kapten basket ; Jeon Jungkook. Si iblis berwajah pangeran tersebut datang dengan begitu gagahnya, rambut berantakan dan baju acak-acakan serta keringat di dahinya–well bagi Kim Yerim itu gagah.

Kim Yerim menggelengkan kepalanya akan pikiran tidak benar itu.

“Kak Jungkook...” Panggil gadis itu ketika Jeon Jungkook tengah sibuk membuka sebuah lemari di sudut kanan ruangan, entah lemari berisi apa, Kim Yerim tidak tahu sedikitpun mengenai rungan luas ini.

“Hm?” Gumaman tersebut membuat Kim Yerim merasa canggung pada kakak tingkatnya itu, awal mula ia ingin meminta bantuan untuk membawanya ke UKS atau apapun guna mendapat pertolongan untuk kaki tercintanya itu. Namun sepertinya sekarang harus ia urungkan melihat raut wajah Jeon Jungkook yang sedang tidak bisa di tawar.

“Kak Jungkook pulang aja duluan, aku–aku nungguin Wendy disini, boleh ga?” Astaga, kenapa harus gugup –pikir Yerim.

Bohong sekali, mana tahu Wendy bahwa ia sedang ada disini. Dia terjatuh dan kakinya terkilir saja sang sahabat sudah hilang dari pandangannya. Ponsel untuk menghubungi sahabatnya pun tidak ia bawa, pintar sekali kau Kim Yerim.

“Nunggu disini sampe malem? Terus gelap, sendirian, dan gaada yang dateng bantuin kamu?” Benar sekali. Jeon Jungkook teramat pintar untuk di bodoh-bodohi, Kim Yerim harusnya tahu itu!

“Uh-Engga apa kok kak, nanti juga Wendy nyariin aku. Aku gaenak ngerepotin kakak terus.” Bisiknya namun masih bisa terdengar.

Tanpa sang gadis sadari, kini Jeon Jungkook sudah berada di depan ia duduk, dengan sebuah hoodie abu-abu di tangannya.

“Princess, you don't have to wait. Aku anter pulang sekarang.”

Tangan kekar tersebut, menyentuh pipi sang gadis. Mengusapnya dengan begitu lembut seolah ia tengah menyentuh sutra terbaik. Jeon Jungkook, dengan lancangnya mendekat, berdiri di antara paha Kim Yerim ; yang dengan sengaja laki-laki itu buka agar mempermudah tindakannya. Astaga, Kim Yerim tidak habis pikir.

“K-kak?” Terdengar sekali suara gelagapan Kim Yerim. Membuat sang laki-laki menyeringai lebar, bukan pertanda baik tentunya bagi Kim Yerim.

Semakin berani pula lelaki Jeon tersebut meletakkan medua tangannya pada pinggul sang gadis. Posisi yang membuat Kim Yerim seakan jantungan, namun bagi Jeon Jungkook adalah posisi yang sangat nyaman. Dasar gila.

“Kamu cantik dan kamu pasti tau,” Kim Yerim diam, tangannya sudah berada pada dada sang kakak tingkat. Menahan, berjaga-jaga bila sesuatu mungkin saja terjadi.

“Tapi hari ini, kamu keliatan lebih sexy.”

Detik berikutnya, sesuatu benar-benar terjadi antara keduanya. Bukan hal yang Yerim inginkan, tapi nambaknya yang sangat Jungkook dambakan.

Bibir Jeon Jungkook tak hentinya melumat bibir dari Kim Yerim, dengan paksa. Tangannya pun semakun meremas pinggul sang gadis, sedangkan Kim Yerim melakukan hal sebaliknya, ia mencoba keras mendorong Jeon Jungkook dengan tangannya yang menempel di dada sang lelaki. Berharap usahanya membuahkan hasil.

Kim Yerim rasanya ingin menangis, ia pukul dada Jeon Jungkook karena nafasnya sudah habis. Membutuhkan pasokan oksigen lagi.

Jeon Jungkook paham, segera ia lepaskan tautan bibir yang baginya begitu memanjakan itu. Tidak peduli dengan Kim Yerim yang nyatanya sudah meneteskan air mata karena kakuan darinya. Yang dilakukan lelaki bermarga Jeon selanjutnya bahkan semakin tidak terduga. Didorongnya tubuh sang gadis agar tidur terlentang, kembali mencium gadis itu dengan ganasnya dan penuh nafsu. Tubuh kekarnya tanpa malu menindih tubuh mungil Kim Yerim.

Kim Yerim benar-benar ingin berteriak, namun jiwanya tidak mengijinkan, entah oleh rasukan apa. Dirinya tidak tahu apa yang harus dilakukan, ia sangat minus dalam hal seperti ini. Jika ingin diingatkan lagi bahwa Kim Yerim adalah gadis manis yang lugu.

“Akh! Sakit, kak! Hiks, hiks...” Tidak, Jeon Jungkook tidak melakukan hal tersebut. Terpaksa, lelaki kekar tersebut menghentikan aksinya.

Mengetahui kaki terkilir Kim Yerim lah yang menyebabkan gadis itu berteriak dan menangis semakin kencang dari sebelumnya.

“Masih belum sembuh?” Kim Yerim sudah dalam posisi duduknya, menangis sembari Jeon Jungkook membawa kaki kirinya ke pangkuan pria itu. Gadis itu menggeleng cepat.

Hiks, hiks, apa kaki aku patah? A-aku gamau kaki aku patah, hiks.” Kim Yerim meremas baju seragam sang kakak tingkat, menunjukan betapa was-was dirinya akan kondisinya saat ini.

“Kita ke rumahku, dokterku bakal obatin kaki kamu.” Sang gadis menggeleng. Yang benar saja ia ikut ke rumah lelaki itu. Sudah gila namanya.

“Gausah kak, aku ke dokter aja nanti sendiri. ” Elakkan Kim Yerim malah membuat Jeon Jungkook marah, dan Yerim hanya bisa menunduk mengetahui kesalahan yang ia perbuat ; membuat Jeon Jungkook murka.

“Kamu mau diem di rumah, sendirian, terus jalan dikit kaki kamu langsung patah, gitu? C'mon Princess, just come with me.” Jeon Jungkook dengan alibinya mengusapkan telapak tangannya di pipi sang gadis lagi. Menyampirkan pula helaian rambut yang menutupi wajah gadis itu.

“Come with me, ok?” Sihir sepertinya yang telah Jeon Jungkook bacakan sehingga Kim Yerim dengan mudahnya mengangguk kali ini.

Lelaki berperawakan kekar tersebut menyeringai penuh arti. Dengan cepat menghubungi seseorang yang sudah ia targetkan sejak tadi.

“Dr. Hwang, jam 3, di rumah gue.” Kim Yerim hanya menunduk mendengarkan percakapan Jeon Jungkook di telepon.

Selanjutnya ia menghubungi orang yang lain, sepertinya tangan kanannya atau sejenis itu? Entahlah.

“Bawain mobil gue sekarang, dan motor bawa balik. 5 menit, gue tunggu.” Yang ini Yerim yakin, Jeon Jungkook ingin menukar kendaraannya yang semula ia membawa motor ke sekolah tadi pagi dan akan di tukar dengan mobkl sportnya yang sekarang entah brand dan warna apa yang akan ia pakai.

“Kak, abis di obatin kakinya, aku langsung pulang ya?” Jeon Jungkook diam, tidak ada jawaban yang bisa Yerim dapatkan dan itu membuatnya semakin ingin mengeluh.

“Aku nanti naik bus aja dari rumah kakak te–”

“Aku anter pulang nanti.” Ah, ingin rasanya Yerim mengucapkan beribu-ribu kata terimakasih pada sang kakak tingkat walaupun ia tahu itu cukup berlebihan. Tapi Yerim sangat tersentuh, sang kakak tingkatnya yang terkenal jahat dan dingin ini bisa bersikap baik padanya.

Mungkin Kim Yerim terlalu sibuk memikirkan persoalan kakinya yang terkilir hingga lupa dengan apa yang tadi sempat di lakukan Jeon Jungkook padanya. Menciumnya secara paksa yang sekaligus merebut ciuman pertama sang gadis. Astaga, Kim Yerim perlu disadarkan segera, ia bersikap terlalu tenang untuk berada dalam satu ruangan hanya berdua dengan Si Iblis Jeon Jungkook.

Tentu, karena jika itu dengan orang lain, Si Iblis Jeon Jungkook tidak kenal kata ampun.

Disinilah, segalanya perlu dipertanyakan.



















•••••

Maaf  ya pendek dulu.

Maaf juga kalo agak cringe hihihihi. Aku susah banget maduin sifat kasar Jungkook supaya bisa lembut kalo bareng Yerim. Tapi semoga kedepannya bakal lebih baik lagi. Makasih udah mau baca!

[1] When The Devil Come Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang