SPECIAL CHAPTER PART 1
•••
Gadis Kim itu sejak tadi hanya bisa memandangi kehadiran Jeon Jungkook di seberang sana, di sebuah sofa dalam kamar luas tersebut. Ia duduk dengan sebuah laptop di pangkuannya. Begitu terfokus dan tidak beranjak dari sana sejak tiga jam yang lalu, sejak Kim Yerim belum terbangun dari tidurnya.
Kim Yerim bahkan sempat berpikir bahwa Jeon Jungkook itu seorang workaholic, sangat menggila dalam bekerja bahkan sampai lupa waktu. Tidak heran memang, pekerjaan lelaki itu memang banyak dan butuh otak yang cerdas untuk menjalaninya.
Kim Yerim menyingkap selimutnya dan turun dari ranjang karena sebuah ketukan pintu mulai terdengar, tidak mungkin Jeon Jungkook mau meninggalkan pekerjaannya untuk pergi membuka pintu, jadi gadis Kim itupun memilih untuk membukanya seorang diri.
"Pagi, Non." Ah, Bi Han ternyata. Kim Yerim membalas dengan senyuman hangatnya dan menerima nampan berisi sejumlah menu sarapan pagi untuknya.
"Makasih ya, Bi." Setelah pintu tertutup, ia berjalan mendekati sofa dimana Jeon Jungkook duduk.
Memilih untuk duduk di sebelah lelaki itu untuk sarapan. Kim Yerim itu sedikit berdecak sebal kala melihat secangkir kopi yang sudah terhidang di meja depan mereka. Lelaki itu rupanya kembali mengkonsumsi kopi di pagi hari.
"Mau ga?" Entah kenapa, Kim Yerim menyodorkan sepotong roti lapisnya ke arah wajah Jeon Jungkook.
Lelaki Jeon itu menggeleng sambil menyelipkan senyuman kecil untuk sang gadis.
"Ga sayang, kamu aja." Dan Kim Yerim juga sudah tahu jawabannya pasti akan seperti itu terus.
Jadilah Kim Yerim melahap sarapan paginya dalam diam, termenung dan masuk ke alam pikirannya yang luas itu. Segala hal ingin ia bahas dalam otaknya seorang diri.
Ia kembali teringat akan perkataan teman-temannya, tentang dirinya dan Jeon Jungkook.
Bahwa dia adalah segalanya untuk Jeon Jungkook.
Dia adalah pengaruh besar bagi Jeon Jungkook.
Jeon Jungkook begitu peduli padanya.
Jeon Jungkook selalu mengutamakannya.
Apa itu bisa ia simpulkan sebagai hal wajar? Karena ia tidak ingin menganggap hal itu adalah hal wajar. Hatinya ingin meminta lebih dari Jeon Jungkook, hatinya ingin meminta imbalan untuk apa yang ia rasakan. Beberapa hari terakhir sekiranya itulah yang selalu mengisi pikiran Kim Yerim, selalu saja tentang dia dan lelaki Jeon itu.
Selalu saja tentang betapa ia ingin tahu apakah Jeon Jungkook mencintainya.
"Itu namanya tanda cinta."
Satu rentetan kalimat itu yang selalu Kim Yerim kenang, ia tak tahu harus menjelaskan seperti apa, kalimat itu terdengar aneh dan asing tapi ia menyukainya.
Dia bilang tanda cinta? Dan dia yang bikin? Apa artinya dia cinta sama aku?
Kim Yerim selalu saja ingin menuntut jawaban. Ia tidak sabar untuk tahu, ia ingin sebuah jawaban.
Sampai ia teringat di hari itu, dimana Bae Irene mengatakan dalam kesunyian ketika mereka tengah asik dengan diri masing-masing bahwa Jeon Jungkook sangat-sangat menyayangi gadis Kim itu lebih dari pada diri lelaki itu sendiri. Hatinya berdesir, setiap kali mengingat seluruh perkataan-perkataan yang terdengar begitu indah di telinganya, hatinya selalu berdesir hebat.
Kim Yerim bahkan menungumpulkan segala bukti agar ia bisa menyimpulkan sendiri apakah ada cinta dalam hati Jeon Jungkook kepada dirinya.
Bagaimana lelaki itu selalu ada untuknya bahkan sejak pertama mereka saling mengenal, tepat di hari dimana ia hampir dilecehkan tukang ojek. Kemudian saat ia dihukum oleh guru BK karena terlambat. Ada Jeon Jungkook yang datang melindunginya dengan segala cara.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] When The Devil Come
FanfictionJeon Jungkook. Dia adalah pertanda buruk bagi semua orang. Kemudian disinilah Kim Yerim, berdiri di hadapan lelaki bak iblis yang siap menggenggam serta menguasai hidupnya. "Come here, princess." [Dialog non baku!] [Started : 12 March 2019] [End :...