Kim Yerim sesekali menoleh ke arah Jeon Jungkook yang masih fokus menyetir. Tidak ada pembicaraan lagi dan keheningan mereka hanya ditemani lagu country yang diputar di radio. Kim Yerim baru tahu Jeon Jungkook suka dengan genre lagu semacam ini, selera yang cukup menarik dan sudah langka.“Tadi itu, beneran nelfon papa aku kan, Kak?” Kejadian dimana Jeon Jungkook menghubungi ayah sang gadis sekitar sepuluh menit yang lalu kembali ia ungkit.
Kim Yerim takut saja jika Jeon Jungkook bohong padanya, siapa tahu tadi ia bukan menelfon papanya.
“Kamu ga percaya sama aku?” Jeon Jungkook mengangkat satu alisnya. Menatap tidak suka akan prasangka gadis Kim itu terhadapnya.
“B-bukan gitu, maksud aku kalo sampe papa gatau aku kemana dan sama siapa, nanti dia bisa marah dan–”
“Kamu bisa tanya mama kamu, kalo kamu ga berani tanya ke papa kamu.” Jeon Jungkook mengalihkan pandangannya dari Kim Yerim. Rasanya mood lelaki itu hancur karena tingkah-tingkah Kim Yerim yang sedari tadi membuatnya harus menahan amarah susah payah.
Kim Yerim segera membuka aplikasi Whatsapp dan mencari kontak sang mama, rasanya hati gadis itu campur aduk, ada rasa takut dan juga senang sekaligus. Kalau iya papanya benar mengijinkannya, ini pertanya pertama kalinya ia diberi kebebasan sejauh ini, merasakan menginap di rumah orang tanpa harus ngotot. Tapi hal yang membuatnya takut adalah jika papanya tidak mengijinkan tapi Jeon Jungkook tetap memaksa.
Ma, papa beneran udah ditelfon sama Kak Jungkook?
Sekiranya itulah isi pesan yang dikirimnya pada sang mama. Berharap-harap cemas akan balasan dari mamanya.
“Dirumah ada susu, di dapur. Langsung ambil aja, ada Bi Han di sana malem ini,” Kim Yerim memusatkan atensinya pada Jeon Jungkook setelah penuturan itu.
“Bi Han itu pembantu, sering ke rumah beberapa hari seminggu.” Terjawab sudah pertanyaan Kim Yerim tersebut, tanpa harus mengeluarkan pertanyaannya.
“Hujan-hujan gini di rumah Kak Jungkook dingin ga?” Gadis Kim ini adalah tipe orang yang tidak kuat dengan dingin sedikit saja, ia orang yang sangat sensitif terhadap cuaca yang kelewat dingin. Butuh selimut setebal mungkin, karena ia lebih nyaman dengan kondisi hangat atau bahkan panas dari pada dingin.
“Nanti nyalain penghangat ruangan.” Kim Yerim mengangguk patuh. Kelegaan melanda dirinya.
Kim Yerim memang pernah menginap di rumah lelaki Jeon tersebut, tapi saat tidak musim penghujan. Dan sialnya baru-baru ini musim hujan telah di mulai, musim yang kurang disukai Kim Yerim.
Dan juga, waktu itu saat pertama kali menginap di rumah Jeon Jungkook, lelaki itu sama sekali tidak tidur di kamar yang ia tempati. Walau gadis itu yakin betul bahwa kamar yang ia tempati adalah kamar milih Jeon Jungkook. Lelaki itu hanya muncul di tengah malam saat ia terbangun membaca pesan dari mamanya, kemudian lelaki itu menenangkan Kim Yerim sejenak hingga gadis itu kembali terlelap.
Selanjutnya muncul lagi saat Kim Yerim terbangun dari tidurnya karena percakapan via telefon yang dilakukan Jeon Jungkook, setelah itu ia tahu bahwa Jeon Jungkook langsung bergegas pergi meninggalkan kamar itu bahkan ia tahu bahwa Jeon Jungkook langsung pergi tengah malam kala mendengar suara mobil lelaki itu meninggalkan rumah besar miliknya kemudian kembali di pagi harinya. Gila, hal apa yang dilakukan Jeon Jungkook malam-malam itu?
Kim Yerim berhenti bergulat dengan pikirannya kala notifikasi Whatsapp terpampang pada layar ponselnya.
Udah sayang, papa ijinin juga. Jarang-jarang ya papa kamu bisa gini
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] When The Devil Come
FanficJeon Jungkook. Dia adalah pertanda buruk bagi semua orang. Kemudian disinilah Kim Yerim, berdiri di hadapan lelaki bak iblis yang siap menggenggam serta menguasai hidupnya. "Come here, princess." [Dialog non baku!] [Started : 12 March 2019] [End :...