24. DEVIL!

20K 1.8K 246
                                    

“Ish, Kak Irene jangan!”

Gaduh sekali rasanya UKS pada pagi itu. Masih pukul sebelas, jam makan siang dan dua gadis itu berkumpul di UKS untuk sekedar makan roti sambil mengobrol.

“Ini lucu tau, Rim. Aku share di medsos nanti ah.” Kim Yerim mencerucutkan bibirnya pertanda sebal.

Tiba-tiba saja, Kim Yerim teringat sesuatu. Seminggu yang lalu ketika ia melihat Yook Sungjae, dengan wanita lain tentunya.

“Kak,” Bae Irene mengangkat kedua alsinya saja, masih sibuk dengan ponselnya.

“Waktu itu aku liat Sungjae itu, yang pacarnya Kak Joy. Jalan sama cewe lain.” Sontak Irene menatapnya dengan horror, menbuat Kim Yerim ikut terkejut akan hal tersebut.

“Jadi bener kan yang gue liat dulu itu! Emang beneran brengsek tuh si Sungjae!” Bae Irene buru-buru kembali mengangaktifkan ponselnya, tentunya hendak menghubungi Joy.

“Kak Irene mau ngapain?”

“Kita kasi tau Joy sekarang, Rim. Udah kelamaan ini.” Kim Yerim menggeleng, entah kenapa ia tidak yakin harus melakukan ini sekarang.

“Aduh, Kak...aku takut Kak Joy sakit hati, dia kan sayang banget sama Sungjae itu.”

“Rim, now or never.” Ah, benar juga. Semakin lama disembunyikan, bisa semakin besar dampaknya.

Tiga kali sudah Bae Irene mencoba menghubungi Park Joy, namun belum ada jawaban sekalipun. Ah, kemana kiranya gadis yang satu itu, sih? Disaat seperti ini malah menghilang.

Tidak tahu saja bahwa dirinya harus segera mengetahui kelakuan bejat Yook Sungjae di belakangnya selama ini.

“Pengumuman untuk seluruh siswa, hari ini dipulangkan lebih awal. Akan ada undangan acara untuk para guru. Anak-anak, silahkan meninggalkan sekolah dalam waktu 30 menit. Terimakasih.”

Kim Yerim menjadi orang pertama di ruangan tersebut yang berdiri dari duduknya. Hendak menuju ke kelas, sedangkan Bae Irene masih memegang ponselnya di telinga.

“Kamu pulang duluan aja, Rim. Aku disini dulu.” Kim Yerim pun mengangguk dan melenggang meninggalkan UKS untuk pergi ke kelasnya.

Siswa lainnya sudah berhamburan membawa tas mereka masing-masing keluar dari kelas dengan wajah gembira tentunya, sekolah dipulangkan lebih awal.

Sesampainya di kelas, Kim Yerim merapikan mejanya yang masih ada beberapa buku dan pulpennya yang belum sempat ia masukan ke dalam tas miliknya tadi. Ah iya, lalu hari ini apa Jeon Jungkook akan mengantarnya pulang juga? Atau mungkin lelaki itu sudah pulang terlebih dulu? Entahlah.

“Nonton drakor dulu deh.” Gumamnya pada dirinya sendiri. Ia mengeluarkan ponselnya, kemudian menjadikan botol minumnya sebagai sandaran ponselnya. Tipikal anak SMA.

Ia juga malas kalau harus pulang sekarang. Tidak ada siapapun di rumah, tidak ada yang bisa diajak bicara, tidak ada kegiatan yang begitu berarti disana. Dan ditambah lagi, papanya sudah jarang sekali pulang, ia rindu, tentu saja. Anak mana yang tidak merindukan ayahnya yang jarang pulang. Kim Yerim bahkan sampai merasa papanya sudah mulai melupakan kehadirannya dan lebih mementingkan pekerjaan.

“Yerim,” Kim Yerim yang tadinya tenggelam dalam drama yang ia tonton, terkaget mendengar namanya dipanggil. Ia menoleh dan menemukan si lelaki Jeon di ambang pintu.

“Kenapa ga pulang? Aku kan udah chat tadi.” Kim Yerim langsung mengecek notifikasi di ponselnya, ah benar ternyata, ia sampai tidak sempat melihat notifikasi.

“Iya, aku ga liat ada chat masuk. Mau pulang nantian sih tapi.” Jelasnya sembari merapikan lagi mejanya, pertanda ia memilih untuk pulang sekarang, karena pertanyaan dari Jeon Jungkook.

[1] When The Devil Come Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang