29. Pembantu Baru

20.7K 1.7K 423
                                    

Komen yang banyak. Aku up lagi deh besok.

Soalnya ku suka bacain komenan kalian jajajajaja.

•••

Kim Yerim menjadi orang pertama yang membuka mata pagi ini. Ia terbangun karena suara kicauan burung yang terdengar begitu nyaring dari luar jendela. Gadis Kim itu menemukan Jeon Jungkook masih terlelap di sebelahnya, dalam posisi tengkurap dengan kepala menghadap kanan–ke arah dirinya. Jujur saja, wajahnya terlihat sangat damai dan menenangkan dalam tidur. Tidak ada tatapan tajam maupun rahang mengerasnya.

Kim Yerim menyingkap selimutnya, menyentuhkan kedua kakinya pada karpet yang menjadi alas ranjang. Mencari sebentar keberadaan sepasang sendal berbulu yang biasanya singgah di bawah ranjang sebelum akhirnya berjalan menuju kamar mandi.

Gadis Kim itu mendekati wastafel, untuk menggosok gigi dan mencuci wajahnya sebelum mandi. Ia berusaha membiaskan diri tinggal di rumah besar itu, masih tidak yakin mamanya akan datang menjemputnya, mengingat bagaimana respon sang mama semalam yang cukup membuatnya kecewa.

Apa mama udah gamau ngurusin aku?

Gadis itu memilih untuk menyudahi pergulatan dalam otaknya dan bergerak mencari letak pasta gigi dan sikatnya. Ia beralih menatap cermin di depannya, bersiap untuk menggosok giginya.

Jantungnya hampir copot. Nafasnya tercekat, matanya membulat sempurna, ditambah mulutnya yang mengaga lebar melihat kondisi tubuhnya.

Bercak-bercak keunguan hadir di sekitar leher hingga dadanya. Tangannya spontan meraba beberapa titik itu dan meringis merasakan sakit saat menyentuh bercak keunguan disana. Dia panik, ingin menangis melihat keadaan leher dan dadanya.

Astaga, aku sakit apa?

Ia berlari keluar, menjatuhkan sikat gigi yang sudah berisikan pasta gigi ditangannya. Ia berlari menuju tempat tidur dan tentu saja untuk membangunkan Jeon Jungkook.

Kedua tangannya menyentuh lengan telanjang Jeon Jungkook. Mengguncangnya dengan cukup kencang dengan harapan lelaki itu segera bangun dari tidurnya.

“Kak Jungkook!” Kim Yerim panik, namun Jeon Jungkook masih saja pulas dalam tidurnya. Ah, mungkin jika dunia kiamat, lelaki itu akan tetap tertidur.

“Kak Jungkook! Tolongin aku...” Kim Yerim memelas, ia hampir pasrah karena tidak ada respon dari lelaki itu.

“Hm?” Gumaman Jeon Jungkook membuat Kim Yerim memiliki harapan lagi.

“Kak...please.

Jeon Jungkook mengerang, matanya melebar mendengar ucapan memohon dari Kim Yerim yang lebih terdengar seperti memohon dalam hal lain.

Sial, otak bajingan gue mulai lagi.

Lelaki Jeon itu terpaksa bangun dari tidurnya dan mengucek matanya, masih membuat Kim Yerim berdiri di hadapannya dengan tidak sabaran.

“Kenapa, hm? Aku ngantuk, mau tidur lagi.” Jeon Jungkook hendak menjatuhkan lagi tubuhnya pada ranjang karena benar-benar ingin tidur lagi untuk seharian penuh.

“Kak, ish! Liat ini, leher aku banyak luka-lukanya. Tolong anterin ke dokter, aku ga tau aku sakit apa.” Kim Yerim menarik lengan Jeon Jungkook lagi, ia benar-benar ingin menangis.

Tapi, tolong. Ia benar-benar ingin ke rumah sakit, ia menganggap bercak-bercak keunguan itu akan menyebar.

Jeon Jungkook menyeringai dalam tidurnya. Tidak benar-benar tidur kembali. Kemudian ia kembali mendudukkan tubuhnya, mengarahkan pandangannya pada leher Kim Yerim.

[1] When The Devil Come Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang