34. Moody

19.8K 1.9K 617
                                    

Bakal fast update kalo komennya rame(:

•••

Beberapa hari belakangan ini, Kim Yerim merasa seperti berada di antara keluarga yang hangat. Bagaimana tidak? Setiap hari, anggota Bangtan dan para wanitanya datang untuk berkunjung ke rumah Jeon Jungkook secara bergilir. Selagi mengurus pekerjaan sembari menenami gadis Kim yang tengah kesepian itu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa faktanya Kim Yerim sangat diperhatikan oleh para pendamping Bangtan itu. Bahkan karena belakangan ini Jeon Jungkook sering tidak pulang, mereka secara bergilir menemani gadis Kim itu sampai pagi datang, sampai Jeon Jungkook kembali.

“Kamu bilang pengen es krim kan? Aku udah bawain loh, di kulkas.” Park Joy berujar sembari duduk di sofa sebelah Kim Yerim lengkap dengan bungkusan snack.

“Tapi kan Kak Jungkook gabolehin makan es krim.” Kim Yerim mencerucutkan bibirnya, kembali teringat akan peringatan Jeon Jungkook soal dirinya yang tidak boleh menyentuh es krim sedikitpun.

“Nanti makannya diem-diem aja pas dia lagi ga ada. Kamu tuh ya, gabisa pake trik licik sih.”

Aku kan ga kayak kalian.
Nangis baru deh jago.

“Iya deh, nanti aku coba.” Irene terkikik geli, ada-ada saja kelakuan kedua sosok yang ia anggap adik itu.

“Nanti ketauan baru deh, mewek sampe pagi.” Seru Bae Irene dan membuat Kim Yerim langsung lemas.

Ah, jangan sampai itu terjadi. Sudah lelah dimarahi terus oleh lelaki itu. Ia lebih suka Jeon Jungkook yang lembut dan memperhatikannya ketimbang Jeon Jungkook si pemarah saat Kim Yerim melanggar peraturannya.

Girls, data revenue pabrik bulan ini udah ada ga? Ditanyain sama si Jeon.” Tiba-tiba Kim Namjoon datang dari arah ruangan Jeon Jungkook sembari memainkan ponselnya.

Yang ditanyai, Bae Irene dan Park Joy pun mengangguk.

“Gue udah kirim semua data-data buat bulan ini ke email nya Jungkook. Sekalian juga sama semua data buat kasus-kasus yang dia minta. Suruh cek email makanya.” Ujar Park Joy sedikit sebal. Masalahnya seluruh data yang Jeon Jungkook inginkan sudah ia kirim sejak kemarin siang.

“Dia minta yang udah di print out, bukan soft copy-nya, Joy.” Kim Yerim yang tidak mengerti apapun tentang pembicaraan itu hanya bisa diam dan memperhatikan ketiga orang itu.

Masih cukup muda namun pekerjaan mereka terlihat sangat profesional dan cukup berat. Kim Yerim sendiri jadi berpikir, dirinya bisa apa untuk bekerja? Jangankan memikirkan pekerjaan, sekolah saja ia sudah tidak bisa. Sampai-sampai ia sangat merindukan sekolahnya.

“Yaampun, banyak mau banget sih si kapten. Untung gue udah bawa print out-nya. Nih.” Park Joy menyodorkan lembaran-lembaran kertas yang ia keluarkan dari tas miliknya kepada Kim Namjoon sehingga lelaki itu bisa melenggang pergi dari hadapan mereka.

Kim Yerim termenung setelahnya. Ia merasa mood-nya cepat sekali berubah jika sedang datang bulan seperti ini. Tapi entah kenapa sesi datang bulan kali ini jauh lebih ekstrim dari biasanya. Ia bahkan jadi agak malas untuk bicara dan sedari tadi bungkus-bungkus cemilan sudah banyak ia buka dan ia makan namun tidak sampai habis.

Awalnya ia mengeluhkan hal itu pada Bae Irene, hal hasil ia dibawakan banyak snack dan langsung saja diterkam habis-habisan oleh mereka bertiga, terutama Kim Yerim yang membuka satu-persatu cemilan itu namun cepat bosan dan membuka cemilan lain lagi, lalu bosan lagi. Bae Irene dan Park Joy hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Hei, masih ga mood ya?” Kim Yerim mengangguk.

“Aku moody banget hari ini, males jadinya.” Kim Yerim menutup wajahnya dengan bantal. Sudah menyerah dengan suasana hatinya sendiri.

[1] When The Devil Come Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang