Dari jendela yang tirainya tidak ditutup tersebut, bisa dilihat dua orang gadis yang sedang memfokuskan pandangannya pada sebuah laptop didepan mereka. Itu adalah rumah keluarga Kim, dan kedua gadis itu adalah Kim Yerim yang 'tak lain merupakan anak pemilik rumah bersama dengan sahabatnya Son Wendy.
Mereka tengah sibuk mengerjakan tugas pairing yang dibicarakan tempo hari. Sepulang sekolah tadi, keduanya tidak langsung menuju rumah Yerim, melainkan mampir ke mcd untuk menuntaskan masalah perut masing-masing. Kim Yerim sendiri tahu betul dia tidak diizinkan terlalu sering makan junk food, tapi kebetulan papa dan mamanya sedang di luar kota, sehingga dia memilih jalan berdosa dengan memakan makanan semacam itu walau sudah diperingati berkali-kali oleh Mamanya.
“Kalo mamamu tau kita habis dari mcd, habis kamu dimarahin!” Wendy terkesan menyindir dengan tawa diakhir kalimatnya.
Sungguh, itu membuat Kim Yerim merasa semakin berdosa. Andai saja waktu bisa diputar, maka akan ia urungkan niatannya makan ke mcd sore tadi.
“Makanya kamu jangan bilang ke mama, aku bakal ngakuin sendiri nanti sekalian minta maaf.” Son Wendy menggelengkan kepalanya, heran dengan temannya yang satu ini.
“Yaampun Rim, gausah dibilang deh mendingan. Lagian kan mereka ga tau, jadi kamu aman kok.” Upaya gadis bermarga Son diharapkannya berhasil untuk menenangkan sang sahabat yang kini gelisah karena melanggar larangan orang tuanya.
“Enggak deh Wen, aku ngerasa salah sama mama. Nanti bakal aku bilang aja, aku mau minta maaf sama mama.” Baiklah, biarkan saja Kim Yerim menjalankan keinginannya. Tidak ada salahnya memang jika berkata jujur, tapi Wendy tidak menyangka sahabatnya ini terlalu jujur juga.
Satu jam berlalu, mata mereka pun sudah sayu 'tak tahan untuk segera tidur. Sesuai rencana, setelah tugas tersebut selesai, Son Wendy akan menginap di rumah keluarga Kim, menemani Kim Yerim yang merasa kesepian.
Biasanya, mamanya akan datang sebelum ia tidur. Member kecupan pada keningnya dan tidak lupa membawakan segelas susu putih guna membantunya tidur lebih nyenyak ; salah satu kebiasaan yang tidak pernah lepas darinya.
“Kamu tunggu disini ya, Wen. Aku mau ambil susu dulu, kamu mau juga gak?” Kim Yerim meletakkan laptop nya pada meja belajar disamping televisi. Bersiap hendak pergi ke dapur.
“Ew! Aku bukan pencinta susu kayak kamu, jadi...no.” Yerim mendelik pada sahabatnya, ah! Penghinaan terhadap susu yang sangat ia cintai.
“Ih, kamu waktu kecil juga minumnya susu. Dasar gengsian deh.” Sindir Yerim yang selanjutnya mendapat lemparan bantal dari sahabatnya.
Beranjaklah Kim Yerim menuju dapurnya, jujur saja, dia tidak begitu pandai mengurus dapur. Biasanya ia menyentuh tempat ini hanya untuk ; Membuat susu, mengambil minuman, membuat sarapan yang simple. Itupun ia lakukan bila tidak ada mamanya, selebihnya adalah urusan sang mama. Maka kadang, gadis itu ingin sekali belajar memasak dan bergulat dengan peralatan dapur. Dia ini juga ingin terlihat seperti wanita yang pandai dalam urusan dapur, loh!
•••••
Nasib buruk memang, kedua gadis itu bangun kesiangan. Tahu apa artinya? Tentu saja terlambat. Entah apa yang membuat keduanya mampu mengabaikan panggilan dari alarm yang sudah memangunkan mereka tepat waktu dan malah lebih memilih untuk tidur kembali.
“Aduh, Wen. Pasti kita dihukum deh.” Wendy mengangguk, tentu saja. Mana mungkin mereka diizinkan masuk begitu saja. Apalagi Kim Yerim dan Son Wendy, dua siswi yang terkenal rajin tersebut bisa terlambat? Hei, mereka juga manusia biasa asal kalian tahu.
“Eh, kayaknya kita ga berdua doang deh.” Wendy menepuk-nepuk pundak Yerim, memaksa gadis itu untuk mengikuti arah pandangannya pada seseorang di sebelah kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] When The Devil Come
FanficJeon Jungkook. Dia adalah pertanda buruk bagi semua orang. Kemudian disinilah Kim Yerim, berdiri di hadapan lelaki bak iblis yang siap menggenggam serta menguasai hidupnya. "Come here, princess." [Dialog non baku!] [Started : 12 March 2019] [End :...