006.

12.1K 2.2K 535
                                    

Bagian 6: Hati yang Lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 6: Hati yang Lain.

Sepasang mata untuk melihat.

Ayuna mempunyai sepasang mata untuk melihat dunia. Tersembunyi di balik kelopak yang hampir tidak pernah ia buka penuh. Menyimpan, merenggut warna-warna oniks di dunia untuk disimpan dalam jelaganya. Seringkali netranya berkerja bagai kamera, menangkap momen, dan menyimpannya dalam memori.

Jika boleh jujur, sebagian besar dari memori yang ia simpan baik-baik dalam galeri alam pikirnya, memuat seorang adam sebagai aktor utama. Dilakoni penuh perasaan, dan terkadang membuat hatinya menghangat seketika.

Sebuah bibir untuk tersenyum.

Apa ada yang berbeda? Tidak ada. Dari dahulu pun, jika seseorang sedang kasmaran, Mereka akan lebih sering tersenyum bersama yang mereka kasihi. Tidak bisa Ayuna pungkiri kalau tidak ada yang spesial di antara dia dan Dimas. Ayuna jatuh seperti biasanya, kasmaran, dan sering menyunggingkan senyum simpul akibat segala candaan, bahkan sekadar eksistensi dari si adam. Tapi yang membedakan dari cinta-cinta yang telah lalu, Dimas memiliki satu hal yang lain.

Kedua lengan untuk merengkuh.

Hingga ia mengenali Dimas sebagai tempat teduh. Sebuah petak nyaman di mana ia bisa berbagi kisah dan keluh kesah. Membagi kebahagiaan, juga kesedihan yang tak bisa ia bendung sendiri. Dimas selalu membuka telinganya untuk diskusi dan bersedia meminjamkan bahu untuk bersandar. Hingga sampai pada kesimpulan, Ayuna mempunyai satu hati untuk jatuh.

Terlalu kaku, terlalu kikuk. Ia hanya gadis yang tidak punya petunjuk. Ia tidak menyangka perasaannya akan begitu betah menetap pada Dimas. Ia tidak menyangka Dimas bisa memasuki zona nyamannya, Sama seperti bagaimana si adam begitu sering mendobrak stigma.

Awalnya, Ayuna segan untuk jatuh pada Dimas. Ayuna takut perasaannya akan dibalas dengan kontra dan hanya akan membuat hati kecilnya terluka saja. Ia tidak ingin terluka untuk kedua kalinya. Tapi sekarang, Ayuna tidak ambil pusing. Jika memang hubungan mereka sebatas itu, biarlah. Biarlah Ayuna mencinta, asalkan Dimas tetap bahagia, semuanya tak apa.

Persetan dengan masa lalu, ia hanya harus fokus pada masa sekarang.

Itu sampai Ayuna tersadar, semua punya perubahan. Hidup tidak selalu konstan, dan beberapa memang tidak menetap seperti yang ia duga. Hingga Ayuna sadar, ia juga memiliki dua telinga untuk mendengar.

Hingga ia terperangkap dalam situasi untuk mendengarkan curahan hati yang lain. Sudut pandang suatu cerita dari mata seorang Yasmin.











"Assalamualaikum." Ayuna memasuki ruang OSIS dengan salam sopan. Mengetuk pintunya terlebih dahulu lalu masuk setelah melepas sepatu. Ruangan OSIS mereka berada di lantai dua dan kedap suara, menjadikan tempat itu begitu sekretif dan terisolasi.

SemenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang