21. BAIKAN?

706 186 348
                                    

Mulai menampakkan rasa yang di pendam, berharap dirimu lekas peka dengan keadaan hatiku sekarang.

---

"Heboh banget, kayak yang ultah siapa aja" Kata Catherin yang yang baru saja keluar dari kantin untuk mengisi perut yang lapar dan melihat Aldi dan Steffi membagikan undangan dan sekarang tengah berjalan menyusuri koridor bersama Ajeng.

Catherin yang tidak mendapat respons dari Ajeng dan melihat anak itu hanya murung, menatap sendu lantai yang dipijakinya padahal tidak ada yang sedih disana menggerakkan tangannya untuk mengelus pundak Ajeng.

"Tenang aja Papa lo gak apa - apa kok. "

Papa Ajeng yang keluar kota waktu itu, sudah hampir seminggu belum pulang. Walaupun beda, karena sekarang Papanya sudah menghubungi tapi tetap saja Ajeng merasa gelisah. Pasalnya akhir - akhir ini dia selalu mendapati Mamanya melamun atau menangis di pojokan rumah dan Ajeng kasihan melihat itu. Dia takut hubungan Mama sama Papanya renggang karena ini, kalau biasanya Papanya menelpon saja pasti Mamanya memberikan telepon itu kepadanya supaya Ajeng yang mengangkatnya atau adiknya Qika.

Dia takut, jika keluarganya hancur. Mama dan Papanya bercerai.

Ajeng yang tersadar membiarkan pikiran negatif menguasai otaknya itu dengan cepat dia tepis, yang secara tidak sadar kepalanya menggeleng - geleng.

"Cath duduk disitu yuk" Kata Ajeng setelah mereka berada di ujung koridor tepat didepan kelas X iis 1.

Catherin mengangguk mengiyakan dan langsung jalan mendahului Ajeng menuju taman dan duduk dikursi taman tersebut dan disusul oleh Ajeng di belakangnya.

"Btw Aldi tau masalah ini ga? "

"Hm? " Ajeng meluruskan satu tangannya diatas meja dan kepalanya dia benamkan di satu tangan yang dia lipat. "Apanya? "

"Mama lo sama Papa lo... "

"Gak Cath. "

"Lo gak ada niatan buat ngasih tau ke dia? " Tanya Catherin hati - hati dan masih bisa melihat Ajeng yang menenggelamkan kepalanya diatas lipatan tangannya itu menghela napas berat.

"Hm... Ga usahlah toh gue sama dia kan gak kayak dulu lagi

Mengenai hubungan Aldi dan Ajeng, masih sama seperti hari - hari yang lewat kemarin - kemarin tidak ada yang berubah sama sekali. Tidak ada tegur sapa padahal mereka masih duduk sama - sama walaupun terkadang tatapan mereka saling beradu tapi tidak ada yang membuka suara. Ajeng ingin menyapa duluan tapi dia gengsi.

Ajeng menjalaninya normal, dia sudah bisa sedikit demi sedikit merelakan perasaannya, meskipun didalam hatinya masih mempunyai perasaan terhadap Aldi. Bagaimana tidak jika setiap hari dia masih bertemu dengan Aldi, dan dia baru tersadar Aldi sosok cowok yang cool, ganteng dan pintar.

Karena dari kecil bersama Aldi yang melihatnya baru saja memakai popok dan menangis jika mainannya hilang tidak menyangka sudah tumbuh seperti itu.

"Nasehat - nasehat dari emak lo manjur juga yah... " Kata Catherin yang sudah mengetahui Ajeng berubah seperti ini karena di nasehati Mamanya.

Ajeng beralih menopang dagunya "Hehe. "

"Walaupun gue tau lo gak, segampang itu lupa sama Aldi, atau mungkin gak bisa sama sekali... Tapi ingat jeng Aldi sudah lupain lo. Lo juga harus bisa. "

SHIT HEART💔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang