BROKEN HOME.

676 147 190
                                    

"Jeng..."

"Ajeng..."

Aldi yang baru saja keluar dari mobilnya yang tentunya bersama Steffi dan sekarang berada di parkiran sekolah memanggil Ajeng yang sedang berjalan bersama Sigit. Keempat orang itu menuju ke tempat yang sama, Kelas.

"Ajeng. "

"Dia gak mau ngomong sama lo, jangan dipaksa. " Ucap Sigit kepada Aldi yang sekarang berada di sampingnya. Jadi posisi mereka sekarang Ajeng, Sigit, Aldi dan Steffi

"Yauda oke." Aldi dengan pasrah mengiakan perkataan Sigit. Dia tadi hanya mencoba sapatau Ajeng sudah ingin berbicara dengannya, ternyata tidak. Bukannya dia sangat cepat menyerah hanya saja belajar sampai larut malam menyisakan rasa lelah sampai saat ini. Hari ini hari pertama UAS Tidak sedikit orang seperti Aldi memforsir belajarnya untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Apalagi di kelas Aldi. kelas IPA 1 banyak saingan yang bisa saja menurunkan peringkatnya dari 3 besar. Dia hanya berusaha agar peringkatnya tidak turun atau bisa naik, menjadi peringakat 1 dan menggantikan posisi Ajeng mungkin?

"Ajeng memang gitu yah? Kayak anak kecil banget. " Ucap Steffi setelah Ajeng dan Sigit sudah berjalan duluan ke kelas.

"Dia memang begitu anaknya, manja. Sifatnya kayak anak kecil suka ngambek, tapi aku udah terbiasa dengan sifatnya itu karena ya.. gue udah lama banget sahabatan sama dia. Nanti dia bakal baik lagi...mungkin. "

"Kamu udah tau banget Ajeng yah." Ucap Steffi.

"Iya, yuk buruan ke kelas." Kata Aldi, Salah satu caranya agar mereka tidak lagi membahas Ajeng, dengan mengalihkan pembicaraan. Dia juga berusaha menjaga perasaa Steffi karena memang Steffi adalah pacarnya.

***
"Telinga lo, lo buat tuli aja jeng." Ucapan Catherin yang baru saja mengambil kursi dan duduk di sampingnya membuat Ajeng tersenyum kecut. Ulangan pertama sudah selesai, setelah pengawas keluar dari kelas dia mendengar banyak bisik - bisik yang membawa - bawa namanya itu semua terjadi karena Kabar masalah keluarganya sudah tersebar di kelasnya, dia tidak tahu siapa yang menyebar berita ini.

Ajeng terasa lemas,hal yang membuatnya nyaman sekarang adalah membaca dengan posisi kepala yang disandarkan di atas meja. Dia dari semalam menghabiskan waktunya dengan belajar, sampai waktu untuk makan dia hilangkan. Tadi pagi sebelum pergi sekolah dia hanya makan sepotong roti itupun tanpa memakai selai. Padahal percuma jika hanya belajar yang di forsirkan. Dan kesehatan tidak dijaga.

Karena pada dasarnya badan yang lemas membuat orang sulit untuk berfikir.

Tring...tring...

"Jeng, udah bunyi lonceng, keluar main yuk. " Ucap Catherin sambil menggoyangkan pundak Ajeng.

"Lo aja."

"Lo mau belajar lagi?Astaga..." Catherin tidak habis pikir dia baru kali ini melihat orang lebih suka belajar dibanding makan.

"Eh...eh Indah! " Panggil Catherin kepada orang yang mungkin ingin keluar kelas.

"Apa?"

"Lo pasti kan yang nyebarin masalah keluarga Ajeng? " Tanya Catherin to the point dan yang ditanyai itu sudah cengengesan tidak jelas. "LO KAN?" Ucap Catherin lagi.

"Iya gue... tapi kok lo langsung tau gitu sih? "

Ajeng yang sedang duduk di kursinya ingin segera pulang ke rumah. Kepalanya yang sudah pusing, bertambah pusing lagi karena mendengar Catherin dan Indah yang berbicara seperti mengenakan toa. Seandainya hari ini bukan hari ulangan dia tidak akan berada di sekolah.

"Lo kan temenan sama Steffi, Steffi pasti ceritain ke lo kan? "

Indah mengangguk, membenarkan ucapan Catherin.

SHIT HEART💔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang