"Mungkin karena rasa yang belum hilang, membuatku menerima saja jika kau datang kembali. Apalagi dengan perlakuan yang baik. "
---
"Pergi dulu ya tante" Ucap Sigit terhadap Sarah --- Mama Ajeng. "Ajeng, Qika ayo buruan." Ucapnya lagi.
"Kak aku gak mau ke sekolah ah!" Ucap Qika dengan wajah misuh.
"Kenapa?" Tanya Ajeng.
"Diomongin kak." Jawab Qika pelan. Tidak bersemangat.
"Yaudah, terserah. " Ajeng merespon cuek. Berbicara sepata kata saja dia malas apalagi untuk membujuk adiknya ini untuk pergi ke Sekolah. Dia lebih dulu pergi ke mobil, meninggalkan Sigit dan Qika yang masih di depan pintu.
"Ayo Qik, nanti kita telat. " Ajak Sigit, menarik lengan baju Qika.
Qika menepis tangan Sigit. "Aku gak mau kak. "
"Kenapa?"
"Kan udah dibilang, mereka di sekolah pada ceritain ayah Qika kakkk. " Ujar Qika secara tidak langsung mengeluh kepada Sigit. Dia sudah menganggap Sigit seperti kakaknya sendiri, karena setelah masalah yang melanda keluarganya Sigit selalu berada di dekatnya, dan Ajeng. Sampai setiap hari menjemput untuk ke Sekolah seperti ini. Dia seperti merasakan kasih sayang seorang kakak laki - laki. Tapi dia tahu Sigit baik seperti ini pasti mempunyai maksud yang tersembunyi dan Qika tahu maksud tersembunyi itu.
"Terus dengan begitu lo gak mau ke Sekolah? Lo gak boleh gitu dong, Ajeng aja digosipin tapi dia gak ladenin karena yang diomongin orang itu gak bener. " Sigit kembali berbicara setelah menghela napas kasar. " Jangan karena omongon orang menghambat lo untuk melakukan hal yang baik. Seperti sekolah, sekolah kan penting buat masa depan lo."
Qika menggelengkan kepalanya, membuat Sigit menipiskan bibir. Bingung bagaimana untuk membujuk Qika supaya mau ke Sekolah. Melihat jam yang sudah hampir jam 7 membuatnya semakin bingung ajakan seperti apa yang bagus dilontarkan agar Qika mau pergi Sekolah.
"Kalau lo ke Sekolah, pulangnya lo mau beli apa aja. Gue traktir. " Ucap Sigit akhirnya.
"Gak deh bosan."
"Terus lo maunya apa?"
Qika nyengir sebelum berbicara"Qika maunya dikenalin sama teman -teman cowok kakak aja, gimana?"
What?.
***
Catherin seperti cacing kepanasan saat ini.
Berusaha menarik perhatian Ajeng agar melihatnya. Tidak lagi melihat buku."Jeng udah kali belajarnya. " Kata Catherin. Rambut hitam tebal Ajeng yang tertiup angin membuatnya terpesona beberapa saat. Mereka sekarang sedang berada di rooftop setelah melaksanakan ulangan pertama untuk hari ini jadi angin tanpa izin menerbangkan rambut mereka berdua. Pandangan Catherin masih tidak berpindah, menurutnya kenapa orang secantik ini harus merasakan patah hati yang begitu dalam?.
"Jeng!"
Ajeng tersentak kaget karena Catherin yang menarik paksa bukunya dan... mendudukinya!
"Kok didudukin Cath?"
"Biarin, biar lo gak bisa ambil lagi. Lo gak capek apa belajar terus dari semalam?"
Ajeng menarik napasnya panjang, udara segar yang masuk ke hidungnya mampu merilekskan otak yang dia pakai terus - terusan belajar. Tapi setelah menghebuskannya beban - beban terasa datang kembali. Dia menarik napas lagi dan menghembuskannya, berharap jika melakukan itu terus bisa menghilangkan bebannya sedikit demi sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIT HEART💔
Teen Fiction[TAHAP REVISI.] Kisah seorang cewek dan cowok yang menjalin persahabatan yang cukup lama. Ajeng dan Aldi, di persahabatan mereka rasa suka, sayang, dan cinta melebihi persahabatan tidak ada di kamus mereka. Tapi apakah mereka lupa?, bahwa hakikatny...