17. KEPUTUSAN YANG MUNGKIN TEPAT #2

480 168 95
                                    

Pagi hari di sekolah, Ajeng bersama Catherin hanya duduk di pinggir lapangan basket melihat teman - teman sekelasnya saling berlawanan antar tim bermain basket. Hari ini jadwal mata pelajaran pertama mereka olahraga, tapi pak sofyan guru yang mengajar olahraga di kelas mereka tidak datang.

"Jeng... " Panggil Catherin.

"Hm? " Jawab Ajeng seperti biasa, singkat. Catherin mendecak, dia sepertinya harus mulai belajar dengan sikap Ajeng yang berubah ini.

"Gue heran tadi malam Sigit nge chat gue" Catherin mengatakan hal yang sedari tadi yang ingin ia katakan.

"Emang kenapa? "

"Ya enggak, barusan aja gitu... "

"Emang sebelumnya lo gak pernah chat an sama dia? "

"Pernah sih, itupun kalau ada kepentingan doang, tapi tadi malam Sigit nanyain gue lagi ngapain.. gitu. "

Ajeng hanya menganggukkan kepalanya, itu hanya hal biasa yang tidak harus dipikirkan menurutnya. Sesaat kepalanya menoleh kembali ke arah lapangan, Mata Ajeng bertemu dengan mata Aldi yang tengah memandang ke arahnya. Ajeng secara cepat membuang wajahnya menghindari tatapan Aldi.

"Jeng... " Panggil Catherin lagi.

"Hm? "

"Lo, sariawan ya? Ngomongnya ham hem ham hem mulu!" cerca Catherin.

"Emang gue harus ngomong apa? "

"Ya... Anu.. " Catherin kicep dengan perkataan Ajeng. Susah emang ngomong sama orang yang sedang sakit hati, susah!

Pandangan orang yang tengah duduk di pinggir lapangan basket itu, Ajeng dan Catherin tertuju pada Sigit yang tengah bermain di lapangan basket berlari mendekat ke mereka.

"Hai Cath!"

"Lo manggil gue? " Tanya Catherin melihat Sigit yang sudah duduk diantara dirinya dan Ajeng.

"Lo aja kan yang namanya Catherin disini? "

"Ish.. Kenapa? "

"Enggak sih, manggil doang" Ucap Sigit santai.

"sa ae lo! " Catherin memukul kepala Sigit sebal. Ajeng yang melihat itu mengulum senyum tipis di bibirnya.

***

Setelah pelajaran olahraga selesai, murid - murid mengganti pakaian olahraganya, dan masuk ke kelas. waktunya pelajaran kedua dimulai.. Sekarang Aldi di kelas duduk tenang mendapat pelajaran dari guru, dia bernafas lega ketika bu guru izin keluar sebentar. Sesekali Aldi melirik Ajeng yang terus - terusan mendiami nya.

Jeng lo ga kangen gue apa? Tanya Aldi dalam hati.

"Huft"

"Jeng... " Panggil Aldi pelan, dan yang dipanggil itu hanya fokus menatap buku paket yang ada didepannya.

"Jeng.. Dengerin gue! " Aldi sedikit mengeraskan suaranya.

Ajeng menoleh "Apa? " Balas Ajeng sedikit kesal.

"Gu.. Gue minta maaf " Aldi lebih memilih untuk mengalah, kalau dua - dua nya keras, masalah ini tidak akan selesai.

"Lo ngomong sama gue? "

"Ajeng plis. "

"Lo sendiri kan ya bilang, anggap aja kita ga saling kenal? Yaudah. " kalimat yang di keluarkan Ajeng sangat memberontak dengan kata hatinya. Iya di iyaa gue maafin lo. Itu kata hati Ajeng yang sebenarnya.

"Huft" Aldi menghembuskan nafasnya sambil mengangguk - ngangguk "Gue udah ngalah, dan lo masih kayak gini. Oke gue mau liat lo sampai kapan kayak gini, asal lo tau gue mau kita kayak dulu jeng. " lirih Aldi.

SHIT HEART💔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang