Bagian 10~

72 25 0
                                    

Adrian berjalan disamping Diana, dan menuju parkiran. Adrian terlihat sangat lesu.

Abang kenapa ya? Dia marah tadi gue bentak? Tapikan dia juga ngebentak gue! Batin Diana.

Adrian menaiki motor Ninja nya. "Cepetan naik!" perintah Adrian dengan wajah datar.

Diana hanya bisa menurut. "Bang?" panggil Diana.

Adrian tidak berniat menjawab Diana.

Diana hanya bisa menundukkan kepalanya karena kelakuan abangnya yang satu ini.

Saat sampai didepan rumah, Adrian sama sekali tidak berniat untuk masuk.

Tapi langsung balik ke sekolah. Bahkan megang, bicara aja dia nggak mau.

Diana pun turun dari motornya Adrian.

"Bang? Abang langsung ke se-" pertanyaan Diana belum selesai, tapi Adrian langsung pergi meninggalkan Diana didepan rumah.

Diana memencet bel rumah sebanyak 3 kali, dan langsung ada mamah yang membukakan pintu.

"Diana? Kamu kenapa nak? Pasti ngebenturin kepala lagi? Kan mamah bilang jangan gitu lagi! Nanti kepala kamu kenapa-napa lagi! Gak boleh gitu lagi ya?!" nasehat Nadiya.

"Iya mah" jawab Diana lesu. Diana yang merasa pusingnya kembali lagi, tanpa Diana sadari dia pingsan.

Diana dibawa oleh mamah ke kamarnya.

...

Sudah 2 jam Diana belum bangun juga.

"Apa kamu nggak tau akibatnya bisa sefatal ini Zena?" ucap mamah tegas, sambil mengusap lembut kepala

Diana yang masih belum sadar. Genangan air dimata Nadiya sudah mengalir kepipinya, karena sampai sekarang Diana masih belum siuman.

Terdengan suara motor dari luar, dan membuat mamah turun kelantai bawah.

Bel mulai dipencet oleh sipengendara motor tadi. Nadiya langsung membukakan pintu, dan masuklah si Adrian.

Adrian masuk tanpa mengucapkan salam, dan membuat Nadiya marah.

Nadiya menghampiri Adrian ke kamarnya, dengan emosi yang memuncak.

"Adrian! Buka pintunya! Cepetan!" bentak Nadiya.

Adrian langsung membukakan pintu kamarnya, dan terlihat sosok Adrian dengan wajah antara marah dan lesu.

"Mamah mau tanya aku tadi kenapa? Nanti aja mah, aku lagi gak enak badan. Dan mamah jangan pikir aku gak sopan ya" tebak Adrian dengan senyum tipis, lalu menutup pintu dengan pelan.

Nadiya mendengus sedikit kesal, karena Adrian bersikap seperti itu lagi.

Nadiya pun memutuskan untuk memasak makan malam. Baru sampai didapur Nadiya medengar erangan dari Diana.

Sontak Nadiya langsung berlari keatas.

Saat masuk kekamar Diana, Nadiya kaget melihat Diana sudah terjatuh dilantai dengan pecahan cangkir yang berserakan.

"Adrian! Tolongin adek kamu!" teriak mamah sambil mengeluarkan air mata.

Adrian yang mendengar teriakan ibunya langsung kekamar Diana.

Dan Adrian membeku saat melihat adik kesayangannya tergeletak dilantai.

"Mah? Di-Diana, ke-kenapa?" tanya Adrian terbata-bata sambil menahan air mata yang memaksakan untuk menetes.

"Nanti aja kamu nanya! Sekarang cepetan siapin mobil! Kita ke Rumah Sakit!" perintah Nadiya kepada Adrian.

Adrian yang sedari tadi menatap Diana penuh sesal, langsung menuju garasi setelah mendengar perintah mamah.

Adrian menggendong Diana masuk kedalam mobil, dan dilanjutkan oleh Nadiya.

Adrian membawa mobil dengan kecepatan tinggi.

Dan akhirnya, mereka sampai di 'RUMAH SAKIT HARAPAN'.

Adrian langsung memanggil beberapa suster untuk membawa adiknya ke ruang UGD.

Diana dibawa menuju ke ruang UGD.

Sampai disana, Diana dibaringkan dikasur berwarna biru muda.

Adrian dan Nadiya hanya bisa memandang Diana dari kaca diluar ruangan.

Setelah lama meratapi Diana dari luar ruangan, Adrian pun terduduk di kursi.

Adrian menunduk, ia bingung harus bagaimana, hingga suatu ide melintas dikepalanya.

Gue kasih tau Lita sama Della aja kali ya? batin Adrian.

Adrian meraih ponselnya disaku celana.

Jari Adrian mulai menari dilayar ponselnya.

"Hallo Della?"

'Iya kak, ada apa?'

"Gue cuma mau ngasih tau aja, kalo Diana masuk UGD"

'Hah? Beneran kak? Dirumah sakit mana? Lita udah tau belom?'

"Mana mungkin gue becanda masalah beginian. Rumah Sakit Harapan. Lo kasih tau aja ya?"

'Iya kak'

"Oke, udahan ya? Bye"

Setelah selesai menghubungi Della, Adrian tidak sengaja melihat Tasya bersama dua orang temannya.

Tasya Amanda Gerlia, anak murid kelas 11, cantik, tinggi, putih, baik, dan dia suka sama Adrian.

"Sya? Liat tuh ada Adrian!" ucap Mely sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah Adrian yang berada lumayan jauh dari mereka.

Perkataan Mely membuat Tasya terkejut. Tasya melihat kearah yang ditunjuk oleh Mely.

Tanpa Tasya sadari bibirnya mulai mengembangkan senyum manisnya.

Mely dan Diandra yang sedari tadi memperhatikan Tasya hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepala mereka.

Dari kejauhan, Adrian melihat Tasya dan dua temannya, seperti sedang memperhatikan dirinya.

Merasa tidak enak diperhatikan, Adrian pun menuju ketempat mereka.

Dengan wajah yang datar, masam, dan sedih, Adrian menghampiri mereka bertiga.

"Kalian!?" panggil Adrian.

"I-Iya, kak?" jawab Tasya terbata-bata.

"Kalian ngapain disini?" tanya Adrian sambil memperhatikan mereka satu-persatu.

"Kami lagi mau jenguk Bryant. Kakak sendiri?" jawab Tasya, lalu melontarkan pertanyaan kepada Adrian.

"Ooh Bryant adiknya Nastiar? Nunggu adek gue, masuk UGD dianya" ucap Adrian dengan mimik wajah sedih.

"Iya, adiknya ka Nastiar" jawab Mely.

"Kok kalian bisa kenal sama Bryant?" tanya Adrian dengan bingung.

"Yaiyalah! Kan adek pacar aku kak" ucap Diandra dengan santainya.

"Oh gitu" singkat Adrian.

"Adek kakak kenapa?" tanya Tasya.

"Adek gue jatuh dari tempat tidur, habis ngebenturin kepala di WC sekolah" jawab Adrian.

"Hah? Yang ngebenturin kepala disekolah tadi, Diana? Dia adek kakak?" tanya mereka bertiga, kompak.

"Iya. Emang kenapa?" selidik Adrian.

"Hmmm, gak papa kak" kata Tasya sambil menundukkan kepalanya.

"Gue balik ke ruang UGD ya?" pamit Adrian.

"Oh! Iya kak!" semangat Tasya.

"Hati-hati ya? Jangan sampai nyasar!" ucap Adrian sambik melambaikan tangan, begitu juga Tasya.

Tasya, Mely dan Diandra pun menuju keruang rawat Bryant.

I'm Sorry [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang